47. Sampah!

1.9K 101 13
                                    


Kresna meletakkan koper di samping meja. Melepas sepatu seraya duduk di ranjang kamarnya. Setelah mengantarkan Valerie ke rumah, Kresna terpaksa harus pulang ke rumah orang tuanya karena ajakan sang Bunda. Kresna tidak bisa menolak sang Bunda.

Pintu terbuka, menampakkan Felicite sedang berjalan memeluk boneka Jerapahnya. Senyuman Kresna mengembang, rasa letih akibat perjalanan tadi terbayar melihat Adik Kesayangannya.

"Ada apa, Sweety?" Tanya Kresna mendudukin Felicite di atas pangkuannya.

Felicite menatap wajah sang Kakak, "Fizzy disuruh Buna buat ajak Abang makan malam."

"Sehabis Abang mandi, Abang bakal turun ke bawah, Fizzy."

Felicite diam. Seperti ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

"Kenapa, sweety?" Kresna memeluk lembut Felicite, menyalurkan rasa aman untuknya.

"Abang..."

"Iya, Sweety."

Felicite memeluk erat tubuh tegap Kresna, "Fizzy minta setelah makan malam, Abang nggak boleh pergi-pergi lagi. Abang harus sama Fizzy dan Buna di sini."

Kresna peka akan situasi. Sepertinya ada hal yang tak beres selama ia di Bali. Felicite tidak akan meminta hal seperti ini, jika sebelumnya ada suatu hal yang membuat adiknya terancam.

"Bisa, kan, memenuhi keinginan Fizzy, Bang?" Mata sayu lemah adik semawayangnya menyilet hati dengan pelan.

"Papa dan Bunda berantem?"

Felicite langsung terdiam dan menunduk.

"Sweety."

Felicite semakin merunduk. Astaga! Apa yang telah dilakukan oleh mereka sehingga Felicite merasa tertekan seperti ini?!

"Look at my eyes, Sweety." Bisik pelannya.

Felicite segara mengangkat kepala, kedua matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar, serta wajahnya memerah menahan tangisan.

"Fiz... Fizzy de...dengar ka...kata ce...cerai."

"Cerai?"

"Cerai bukan berarti pisah, kan, bang? Teman Fizzy di tempat Les juga setelah denger Papa Bundanya minta cerai. Mereka berpisah. Apa Papa Bunda juga akan pisah, Bang?"

Kresna terdiam. Ia hanya menyimpan kepala Felicite masuk ke dalam dadanya.

"Sweety, listen. Mereka tidak akan pisah. Mana mungkin mereka pisah, bukan? Bunda maupun Papah sayang banget sama Fizzy. Mereka tidak akan membiarkan Fizzy sendirian."

Felicite tidak menjawab, ia menatap manik Kresna. Mencari kebohongan di sana. Dengan sekuat hati, Kresna menyembunyikan rasa marah, kecewa, dan sedih di hadapan adiknya.

Bagaimana bisa ia tidak marah saat mendengar adiknya yang berumur Tujuh tahun menyebut kata cerai?

Kresna mengecup pipi gembul Felicite penuh sayang. Felicite hanya memeluk dan merasakan kenyamanan di dalam pelukan sang Kakak.

"G and B!" Teriak Naura dari lantai bawah, "Dinner's ready! Come on, I know you are two guys at the same room!"

Felicite terkekeh mendengarnya, "Because, Buna prompt Fizzy to take Abang to dinner together."

"Kan, abang belum mandi." Keluh Kresna pura-pura kesal.

"Aihh! Pantesan bau!" Felicite sontak turun dari pangkuan Kresna. Kresna melotot tak terima. Felicite menjulurkan lidahnya, "Buna! I'm coming! I'm very hungry!" Teriaknya seraya lari keluar kamar.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang