59. Netflix and Chill

2.4K 112 21
                                    


Valerie menggeliat pelan dalam tidurnya. Melirik ke arah jam dinding yang tengah menunjukkan pukul satu dini hari. Lalu sorot matanya bergeser ke samping.

Senyum khas Payne terbit, melihat Kresna yang sembunyi di dadanya dengan satu tangan ia masukan ke dalam kaos untuk menangkup payudaranya.

Valerie mencium kening, membuat Kresna bergerak semakin merapatkan tubuhnya. Jarinya berjalan dari kening hingga bibir Kresna.

Ibu Jari Valerie mengelus pelan bibir Kresna. Bibir yang slalu membuatnya melenguh nikmat. Valerie menciumnya pelan sebelum ia dengan hati-hati melepaskan pelukannya.

Setelah dirasa cukup aman, Valerie berjalan keluar kamar menuju dapur untuk menghilangkan pikiran yang mengganggu tidurnya.

Menuangkan air panas ke dalam Pop Mie, sambil menunggu, Ia mengambil Teh Kontak persediaan di Apartemen Kresna.

Ditemani serial Netflix dengan series Bridgerton. Valerie melahap pengganjal perut ratanya. Meksipun pikiran kemana-mana.

Harus kah ia bercerita pada teman lainnya? Jika bercerita kepada Sang kekasih, nyatanya mustahil jika Kresna akan percaya dan membantunya.

Sebuah kecupan mendarat di ubun rambutnya. Ia menatap Kresna bertelanjang dada yang sudah berjalan ke arah kulkas.

"I'm looking you. Taunya kamu disini. Tumben kebangun jam segini, Sweety. Ada hal yang ganggu waktu tidur kamu?" tanya Kresna seraya duduk di samping Valerie, "Tell me. What do you thinking?"

Valerie terkekeh ia menggeleng kepalanya, menyimpan Pop Mie di atas meja. Ia mengecup dada bidang Kresna, lalu menyimpan kepalanya di sana.

Kresna tentu saja memeluk tubuh Valerie, memberi waktu untuk menenangkan pikirannya. Mata Kresna menatap layar TV dengan tangan mengelus rambut Valerie.

"Kalau udah merasa tenang, kita kembali ke kamar." bisik Kresna.

"Iya..." Valerie lalu duduk dipangkuan Kresna. Melingkari kedua lengannya di leher Kresna. Menatap sang kekasih begitu damba.

"Aku tau kamu lagi nyembunyiin sesuatu. Aku nggak akan maksa kamu buat cerita, tapi aku juga nggak mau kamu sampai terasa terbebani kayak gini, Mica."

"I can handle."

Kresna mengangguk percaya, mengecup leher Valerie, "Kalau kamu nggak kuat nyimpan beban itu. Kamu bisa berbagi. Bukannya itu yang sering kamu bilang, You can share to me all the time, all problems."

"But not now, Tiger."

"Why not?"

Valerie tersenyum, ia mendaratkan ciuman di bibir Kresna. Tentu saja, Kresna tidak menyia-nyiakan. Ia membalas ciuman Valerie. Ciuman yang akan berubah setiap detiknya, berawal dari cumbuan lembut, berganti dengan cumbuan liar.

Kresna melepas kaos yang menghalangi payudara Valerie. Tangannya segara menangkup payudara, seraya meremas pelan, dengan telunjuk dan ibu jari menjempit putingnya.

"Ah..." Desahan Valerie lolos. Ia sangat sensitif jika Kresna sudah memainkan payudaranya. Karena Payudara titik kenikmatan bagi Valerie.

Ciuman Kresna turun ke dada, mengecup basah serta memberikan tanda merah disekitarnya. Ia harus bersabar untuk tidak membuat kepemilikan di Leher jenjang Valerie.

Pinggul Valerie bergerak pelan, menggesek serta menekan kejantanan Kresna. Kresna menyengkram pinggang Valerie, mulutnya aktif melahap puting kecoklatan. Menyedot seperti bayi yang kehausan.

"Oh sweety... Don't stop." Valerie menekan kepala Kresna agar tidak kemana-mana.

Kepala Kresna bergerak ke kanan kiri. Ia menatap Valerie dari bawah, seraya menarik puting kanan menggunakan giginya.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang