87. Finally, I Talk

944 119 63
                                    


"Aku masih bingung kenapa kamu ngajak aku dini hari kayak gini buat jalan di atas Rumput teki, Kitten?"

"Ini demi kebaikan kamu, demi kesembuhan kamu."

"Semangaaat, Bang Enaaa!"

Kresna memutar bola matanya mendengar tawa Zeroun di kursi panjang. Ia terpaksa harus mengikuti cara Sang Kekasih untuk terapi ala dirinya.

"Ayo, jalan lagi."

Valerie jalan mundur, kedua tangan terulurkan ke depan bersiap ketika Kresna akan terjatuh.

Dengan susah payah, Kresna jalan dibantu kruk kaki empat ke Valerie.

"Sebenarnya kamu dapet sumber dari siapa sih?"

Valerie tersenyum ceria, "Katanya embun pagi di atas Rumput itu baik buat anak batita kalau mau jalan."

Kresna sontak melotot shock atas jawabannya.

"Itu sebabnya aku ajak kamu terapi jalan di pagi buta gini."

Di sebrang sana Zeroun kembali tertawa mendengar teori yang baru ia tau. Kresna mengatur nafas, sebelum menangkup satu pipi Valerie.

"Kamu kira aku batita, Kitten?"

"Aku nggak ngira kamu batita cuma posisinya sama. Kamu lagi belajar jalan normal lagi, batita juga sama." Valerie nyengir tanpa dosa, "Bener 'kan, aku nggak salah?"

"Iyaa, bener. Kamu nggak salah."

"It's oke, Tiger. Nilai positifnya adalah kamu bisa bangun pagi, menghirup aroma seger gini. Jarang-jarang 'kan keluar kamar subuh begini."

Kresna tersenyum seraya menggeleng, ia tak tau harus bagaimana dengan Valerie saat ini. Rasanya gemas bercampur speechless.

Valerie mengecup bibir Kresna, "Ayo, lagi. Sebelum Matahari muncul. Habis itu kita sarapan bareng, aku sama Ze pergi ke Ujian hari terakhir."

"Val..."

"Iya, Tiger."

"Thank you so much."

Valerie menenggakkan kepala menatap dalam Kresna seraya tersenyum. Ia mengusap dagu sang Kekasih, "Anything for you. Aku bakal bantu kesembuhan kamu."

Cekrek

Zeroun diam-diam memotret mereka. Hal ini dilakukan untuk simpanan pribadi. Sewaktu-waktu Kresna atau Valerie akan membutuhkannya.

Tanpa diketahui oleh mereka bertiga, Zwen serta Naura ada di balik tembok sedang memperhatikan mereka. Naura sangat panik ketika datang ke Kamar Kresna yang ia lihat hanya ranjang.

Eh, perasaannya menghangat melihat betapa beruntung Kresna memiliki Valerie. Naura tau, kondisi seperti ini berat dijalanin oleh siapapun. Hal yang lebih ia pikirkan adalah bagaimana mengatakan hal sejujurnya kepada Valerie.

Mereka bisa melihat raut ceria Valerie ketika berdekatan dengan Anak pertama mereka. Mereka tidak ingin merusaknya.

"Papa suka sama dia, Bunda."

Naura tersenyum semakin lebar melihat mimik Zwen yang tulus ia lemparkan pada Valerie.

"Valerie bisa sesabar itu ngehadapin Kresna."

"Itu alasan kenapa Bunda ngelarang Papa buat pisahin mereka."

"Iya, Papa baru sadar sekarang."

Naura melingkarkan lengan di tangan Zwen. "Bunda, buat lusa nanti semua beres?"

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang