20. Tenda ✓

2.3K 140 5
                                    


Semua mata mandang ke arah pohon Pinus di bagian Utara, terdapat danau di bagian Barat, dan tak disangka NexusHigh telah sampai terlebih dahulu.

Mereka menyambut Skyhigh dengan hangat. Bersalaman tanda mereka akan saling membantu satu sama lain dan bersenang-senang.

Valerie mencoba untuk biasa saja saat bersalaman dengan beberapa Siswi Nexushigh. Berbeda dengan Xaverio yang menatap tajam, tidak bersahabat, seolah jika ia disentuh maka Singa Jantan akan keluar.

Taksa saling tatap dengan Albar, mereka berucap syukur karena sang ketua komplotan tidak ikut dalam acara kemah tahun ini. Jika Kresna datang, maka akan terjadi pertempuran darah tak diinginkan di sini.

NexusHigh dan SkyHigh sering beradu saing dalam bidang akademik atau non-akademik. Apalagi saingan merebutkan point tinggi di bidang Olahraga Basketball.

Pembimbing membagi kelompok, penanda teman satu tenda mereka. Valerie mendapat kelompok lima bersama tujuh orang lainnya. Tiga dari tujuh orang itu Auris, Taksa, dan Albar.

"Tulip sama Xaverio sekelompok." Tutur Valerie senang.

Auris mengangguk, seraya membantu teman kelompok mendirikan tenda. Tak lama Xaverio datang menepuk bahu Auris.

"Kenapa lagi?" Auris jengah menatap datar.

"Jagain dia, Auris." Tegasnya, "Kalau sampai dia ke—"

"Sebelum lo ngasih tau hal itu, gue akan lakuin, Xav. Dia udah gede juga, jangan dikekang, itung-itung di rumah susah bebas kan?"

Xaverio menatap Valerie lembut, lalu menatap Auris. "Gue takut dia kenapa-kenapa. Ini pertama kalinya, dia ikut kemah."

"Astagaaa!" Gregetnya memegang kedua lengan Xaverio, "Look at her! Dia excited banget, Xav. Iya, dia pertama kali ikut kemah. Don't forget dia nggak selugu itu. Tukang keluar masuk clubbing."

"Ya, beda cerita, Aul."

Valerie mendengar percakapan mereka hanya memeluk Xaverio erat. Mengelus punggungnya agar ia tenang.

Auris memutar bola matanya, sepupuzone sedang menebar uwu. Meninggalkan mereka, memberikan ruang.

"Mica nggak akan kenapa-kenapa."

"Jangan buat Xav khawatir ya."

"Iya, Xav."

Xaverio melepaskan pelukannya, menangkup satu pipi Valerie, dielus pelan.

"Kayu putih?"

"Ready!"

"Jaket?"

"Lagi di Pakai, karena Mica nggak akan lepasin jaket ini."

"Beanie?"

"Bawa tiga!"

Xaverio senyum dia kembali mengecup kepalanya, benar-benar tak tahu tempat. Namun mereka memang sering menyaksikan Valerie dengan Xaverio seperti ini.

"Have fun and take care. Kabarin kalau ada apa-apa. Tekan nomor tiga di ponsel kamu."

"Iya."

"Jangan pernah ninggalin kelompok kamu."

"Iyaa."

"Kalau mau ke kamar mandi minta antar ke Auris atau ke aku."

"Iyaa iyaa."

"Jang—"

Valerie menutup mulut Xaverio dengan tangannya, "Ngomong sekali lagi. Gue nggak akan pernah patuh apa yang lo katakan!" Tegasnya kesal.

Xaverio melepas pelan, dia mengacak rambut yang ditutup beanienya.

"Semakin lo nahan apa yang lo tahan ini, semakin lo akan kehilangan sosok dia."

Bisikan itu membuat Tulip diam.

"Tulip Lavender, cewek paling sabar yang nggak pernah mau mengatakan satu hal."

Tulip menatap Taksa, entah sejak kapan ia berdiri di sampingnya.

"Sejak kapan kamu berdiri disini?"

"Sejak lo mandangi pacar lo sendiri berpelukan di depan lo."

"Dia sepupunya, paham kenapa Xav lakuin hal itu."

Taksa berdecih, "Bedain rasa sayang sebagai sepupunya dan sayang sebagai ceweknya."

"Aku percaya mereka."

"Lo hati terbuat apa?" Taksa tak percaya akan kesabarannya. "Lo berhak mendapat perhatian dari dia, perasaan lo berhak dihargai, lo bukan orang yang kuat dan nangis dipojokan Perpustakaan Sekolah kalau nahan ini. Ungkapkan!"

Tulip diam, bagaimana Taksa tau ia slalu nangis dalam kedok sabarnya.

"Harusnya dari awal lo nggak jatuh hati sama sosok yang nggak bisa nempatin posisi sepupu dan pacar di dalam hidupnya."

"Posisi Keluarga akan lebih tinggi dari yang lain, Taksa."

Taksa menghela nafas pasrah, menatap Tulip, "Lo berhak bahagia."

"Terimakasih, Taksa."

Taksa tersenyum seraya menepuk bahu Tulip pelan. Ia meninggalkan, saat berpasan dengan Xaverio. Ia hanya menyeringai pelan, membuat Xaverio mengerutkan keningnya. Tatapan menatap Tulip yang sedang menyambutnya.

"Maaf, aku ngecheck Mica dulu tadi." Bisik Xaverio mengelus rambut Tulip.

Selalu seperti ini, mau sampai kapan?

🍒🍒🍒🍒

Kata siapa Kresna diam saja di dalam kamar?! Tentu saja tidak!

Sampai di tempat Kemah ia disuguhkan dengan romansa antara Xaverio dan Valerie. Mengepal kedua tangannya lebih erat. Ingin sekali menghajar Xaverio saat ini.

Alasan kuat kakinya menginjak pedal gas adalah adanya berita jika Skyhigh kemah bersama NexusHigh.

Shit! Fuck! Damn!

Bagaimana bisa?!

Dengan balutan jeans hitam dan hoodie polos berwarna abu. Langkah Kresna mengarah ke sisi samping are NexusHigh.

Tatapan tajam menatap ke satu orang yang memiliki tubuh semampai dengan dirinya.

Bersyukur ia datang sebelum semuanya belum terjadi apa-apa. Ia takut jika akan terjadi sesuatu. Yang paling ditakutkan adalah Valerie.

🍑🍑🍑🍑🍑

Cuaap cuaap cuaap
Back to me again!

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang