74. Rapuh

1K 129 75
                                    


Taksa mengendarai mobil di bawah hujan yang tanpa henti menjatuhkan debit air ke bumi. Pandangannya ia edarkan ke setiap sudut jalan. Mencoba mencari postur tubuh Valerie.

Taksa tak ingin menanyakan pada Liam atau Xaverio keberadaan Valerie. Mereka tak boleh mengetahui sebelum ia mendapatkan Valerie.

Saat hujan mengguyur kota, Valerie tidak peduli. Hujan menemaninya merasakan kepedihan yang sekarang ia lalui. Memeluk tubuhnya seraya berjalan tak tau arah.

Tidak peduli bagaimana dirinya nanti. Yang ia pikirkan adalah kecelakaan Kresna. Kecelakaan yang disebabkan oleh dirinya. Valerie merasa bersalah amat terdalam.

"AAAAAAAAAAA!!"

Valerie menjerit, hingga ia jatuh berlutut di aspal jalan. Jalanan kosong memungkinkan ia berteriak sekencang mungkin.

"Harusnya gue nggak pernah nuntut lo buat ketemu hari ini! Harusnya kita diem aja di Rumah masing-masing!!"

Valerie memukul aspal, ia mengepal tangannya. "Ini semua salah gue, Kresna! Salah gue! Gue emang pembawa sial!"

Valerie menangis, menjerit, serta memaki tak ada yang adil di dalam hidupnya. Kresna diambang kematian. Kresna sekarat. Kresna belum sadar. Kresna koma.

Lampu mobil menyorot dari depan tubuhnya. Valerie menunduk menghalau silau.

"Sial!!" Taksa dengan terburu-buru keluar mobil. Akhirnya ia mendapatkan Valerie, "Valerie!" Taksa berlutut di depannya, "Lo nggak boleh gini, Val! Lo jangan nyiksa diri lo sendiri!"

"Nggak usah peduliin gue!" Valerie mendorong tubuh Taksa untuk menjauh. Taksa bergeming. Ia menatap Valerie lemah. Ternyata Valerie rapuh sekali. "Semua orang yang didekat gue bakal sial, Sa! Bunda mati karena gue! Kresna kecelakaan karena gue! Dan Tulip hampir bunuh gue karena gue juga! Gue nggak mau ngecelakain orang-orang!"

Taksa benar-benar diam.

"Semua orang terluka karena gue!" teriak Valerie memukul dada Taksa. Urat lehernya menjembul, menandakan Valerie marah akan keadaan.

"Tuhan nggak adil! Tuhan perlahan-lahan membawa orang yang gue sayang!"

Taksa menyengkram kedua tangan Valerie, ia menatap Valerie tajam. Tidak pernah ia memperlakukan seorang wanita sekasar ini. Valerie harus disadari.

"Valerie!"

Valerie menggeleng, ia menunduk. Mencoba melepaskan cengkraman Taksa.

"Liat gue, Valerie!"

"Nggak mau!"

"Liat gue!!"

Valerie menegakkan kepala. Tubuhnya lemah, hingga Taksa melonggarkan cengkramanya. Satu pipi ia tangkup, "Nggak ada Tuhan nggak adil. Ini semua bukan salah lo, Valerie! Ini semua kehendak Tuhan! Lo nggak bisa seenaknya nyalahin diri sendiri!"

Valerie semakin menangis.

"Lo harus percaya, Kresna akan balik. Kresna bakal bangun. Kresna bakal sadar. Karena Kresna slalu ngomong." tegas Taksa membawa Valerie mendekapnya, "Kresna nggak akan mati sebelum apa yang ia inginkan tercapai."

Valerie menyembunyikan wajah di dada Taksa, memeluk Taksa dengan erat.

"Percaya Kresna, Val." bisik Taksa lembut, "Kita harus yakin Kresna nggak akan pantang menyerah."

Valerie menyengkram baju Taksa. Dengan segera ia menyelipkan tangannya di bawah lutut Valerie. Menggendongnya ke dalam mobil. Ia harus membawa Valerie pulang.

Mengendarai mobil menuju ke kediaman Payne. Taksa mendengar gumama tak nyaman dari Valerie. Valerie tanpa henti mengigau menyebut nama Kresna.

Ternyata benar! Kekuatan cintanya begitu besar. Belum ada orang yang sedalam ini menjatuhkan hatinya untuk Kresna sejauh ini. Hanya Valerie yang rela bertindak sejauh ini untuk Kresna.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang