52. Better

1.6K 99 6
                                    


Seseorang melipat kedua tangannya di bawah dada. Melihat pertengkaran antara Kresna dan Zeroun di Lapangan Basket. Seringai nampak di wajahnya. Seperti telah memikirkan langkah selanjutnya harus apa.

"Nyatanya dia lemah."

Setelah mengucapkan kalimat itu. Ia pergi meninggalkan lapangan.

Beberapa langkah lagi ia bisa menghancurkan mereka.

🍒🍒🍒🍒

Kresna masih menyimpan kepalanya di pangkuan Valerie menatap ke arah Valerie dengan senyuman hangatnya.

Valerie mengelus rambut Kresna, tatapan Valerie sangat jelas jika ia sedang menahan rasa khawatir amat terdalam.

Merasa tidak becus menjadi kekasihnya. Bahkan Valerie tidak bisa mendobrak pintu hati Kresna yang keras ini.

Sampai sekarang ia belum tau mengapa Kresna slalu berselisih dengan Zeroun. Mengapa ia slalu temperamen. Ingin sekali bertanya, namun hatinya berkata tahan dulu. Ia tidak boleh mengusik privasi seseorang.

Kresna slalu menyimpan masalahnya sendiri. Itu lebih bahaya.

"I'm fine at all, Darling. Don't overthinking like that." Kresna mengelus pipi tegas Valerie.

Valerie memegang tangan Kresna yang di pipinya, lalu dikecup beberapa kali.

"I wanna just to know. What's going on. Just it. Aku nggak bisa diam gitu aja, ngelihat kamu dengan emosi yang berubah-ubah. I know. Ada sesuatu yang terjadi."

"I will tell you. But, not now." Ucap Kresna tetap tersenyum menenangkan hati Valerie.

Valerie tidak membalas, hanya menatap mata legam Kresna.

"I'm promise."

Sebelum mengangguk ia menghembuskan nafasnya dalam.

Tinggg!
Ponsel Kresna mengeluarkan nada pesan. Valerie lalu mengambil ponsel Kresna yang berada di samping tubuhnya. Lalu memberikan pada sang pemilik.

Kresna tersenyum saat melihat pesan yang terkirim dari seseorang yang paling spesial dalam hidupnya. Fizzy.

"Who's that?" Nada cemburu Valerie terlihat jelas. Ia menatap raut wajah Kresna yang masih berseri-seri.

Kresna bangkit lalu mengambil hoodie yang berada di dalam lemari kecil.

"Mau kemana?"

Kresna menatap Valerie lalu mengecup bibirnya, "Ikut aku. I wanna take you."

"Pulang?"

Kresna tidak menjawab, ia hanya menarik tangan Valerie untuk mengikutinya.

Di luar basecamp, masih ada Taksa dan Albar. Kresna hanya melenggang pergi tanpa pamit. Valerie memberi kode dengan jempol saat mereka hendak bertanya. Jika mereka baik-baik aja, terutama kondisi Kresna.

"Take care for you both." Ucap Taksa tersenyum lega.

Albar berdecih, "Kenapa nggak daridulu aja sih mereka dipertemukan, Sa. Kalau dia ada di saat Kresna tak terkendalikan kita nggak akan jadi tumpahan amarahannya."

"Takdir."

Albar hanya menggeleng geli, melihat betapa risihnya Kresna saat dirinya memperlihatkan kemesraan di depan Kresna. Tapi, look at now.

Telpon Taksa yang di atas meja berdering terlihat nama Tulip terpampang di sana.

Albar cukup kaget melihatnya, namun Taksa hanya mengangkat bahu dan menerima telponnya seraya pergi meninggalkan Albar yang masih mematung penuh penasaran.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang