64. Never Forget

1.5K 136 30
                                    

(Kresna)


🍒🍒🍒🍒🍒

Xaverio memegang kepalanya, ia panic attack. Auris yang di samping tubuh Xaverio, setia mengelus lengan Xaverio tidak mempedulikan mata elang dari Albar.

"Gue nggak bisa bayangin gimana jadinya kalau dia lepas kendali pas nondongin pistol. Gue pengen narik Tulip. Demi Tuhan, gue nggak kuat lihatnya." jelas Xaverio. Tak lama Bagas memberikan botol air mineral. Xaverio meneguk hingga setengah botol.

Liam mengusap wajahnya kasar, ia menjatuhkan kepala di bahu Valerie sebentar.

"Gue juga nggak tau rencana kalian. Kalau pun gue tau, gue bakal berhentiin permainan ini." jelas Liam shock berat.

Valerie menepuk paha Liam, "Dari kejadian ini kita tau. Kenapa Tulip bisa bertindak gegabah kayak tadi. Semuanya lihat gimana dia ngeluarin amarah yang dipendam sejak dulu."

"Tapi nggak pake cara ini!" jawab Xaverio.

"Harusnya kita sadar, perlahan-lahan kita nyakitin perasaan Tulip, Xav. Gue yang nggak sadar udah ngebuat luka di hidup dia. Gue juga harus introspeksi diri atas kejadian ini. Bukan gue aja, tapi kita semua harus buka mata." jelas Valerie.

"Val..."

Valerie menggeleng, "Jangan salahkan sepenuhnya ke Tulip. Dia ngelakuin ini semua karena ada yang memicu. Ya, itu dia, kita nggak peka sama perasaan dia. Dorongan terkuat buat ngelakuin hal bodoh awal mulanya dari rasa sakit."

"Tapi dia slalu nyembunyiin semuanya sendiri. Dia bahkan nggak pernah nyerita gimana selama ini? Slalu ditutupi dengan senyuman tulus." sambung Auris tak terima.

"Bukannya kita udah tau kalau Tulip memang tertutup?" jelas Valerie, "Gue tekankan disini. Nggak ada yang boleh ngehakimi Tulip setelah kejadian ini. Gue bukannya berhati malaikat yang sok baik. Gue cuma nggak mau memperpanjang masalah."

Mereka terdiam.

"Kalian juga harus berterimakasih ke Zeroun. Dia yang siap pasang badan atas peristiwa ini. Kalau Zeroun nggak cerita niat busuk Tulip. Bisa aja kalian nggak akan pernah liat gue lagi."

"Di rencana kita nggak ada yang bilang Tulip bawa pistol."

Zeroun memandang Xaverio, "Di luar perkiraan kita, Xav."

Semua menatap Zeroun dengan tatapan campur aduk. Kresna hanya terdiam di samping Valerie, tak bereaksi apapun.

Mereka belum meninggalkan bangunan tua itu. Mereka ada di luar ruangan tempat Valerie disekap. Mereka menunggu Polisi, tak ada yang bisa menahan ketika Liam menelpon Polisi.

Di dalam penyekapan, Taksa bungkam menatap dingin ke arah Tulip yang tengah diikat ke kursi. Kakinya ia tumpang ke kaki satunya dengan asap rokok mengepul di udara.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang