80. His Eyes

987 141 104
                                    

(Kresna's Picture)


Setelah menimbang-nimbang perkataan Taksa sore kemarin. Sepertinya ia memang harus bertemu Tulip. Ia juga tak ingin persahabatan yang dibina saat masuk Sekolah Dasar hancur. Ia tak boleh berlarut mengabaikan niat baik Tulip.

Valerie tersenyum, ia mengecup tangan Kresna yang telah ia lap dengan tissue basah.

"Harum.." ucapnya, "Tiap sore aku bakal lap badan kamu, Tiger."

Pasti jika Kresna terbangun, ia akan dibalas dengan pikiran kotor sang Tiger.

"Tulip mau ketemu sama aku. Dan aku nge-iyain. Tenang... tempatnya di sini kok. Aku minta kita ketemu di Taman Rumah Sakit. Jadi, aku nggak akan jauh dari kamu."

Ia juga yakin, jika Kresna dengar. Kresna akan protes, melarang dirinya bertemu dengan Tulip.

"Taksa bakal awasin kita berdua di belakang. Kamu nggak usah khawatir. Tulip nggak akan lakuin apapun, Tiger."

"Aku kangen Tulip, kayak aku kangen kamu."

"Aku mau kasih kesempatan buat Tulip, Tiger."

"Percaya, semua akan baik-baik aja."

Taksa menatap pancuran di depan. Menopang satu kaki di atas lutut satunya. Tangannya ia rekahkan ke belakang tubuh Tulip yang sama sedang menatap ke arah depan.

"Valerie nggak ada dendam. Gue harap, lo bisa jaga kepercayaan dia lagi."

Tulip tersenyum lemah, "Nggak akan pernah."

Taksa mendekat, namun Tulip menggeser menjauh. Taksa tersenyum tipis, ia menjauh segeser ke arah berlawanan. Menyodongkan tubuh ke depan. jari-jarinya ia tautkan satu sama lain.

Tulip belum lulus juga.

Namun Taksa tetaplah Taksa, tidak akan pernah menyerah sampai ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Taksa berjuang sendiri, Taksa slalu ada ketika semua orang membenci Tulip, Tangan Taksa slalu terulur ketika Tulip sendiri.

Tapi itu semua belum cukup untuk Tulip. Tulip hatinya sekeras batu, sangat sulit meluluhkan hati perempuan pencinta Lavender dalam sekejap.

Tepukan mengangetkan Taksa. Ia segara menenggakkan kepala menatap Valerie yang telah berdiri di sampingnya.

Taksa mengangguk, ia bangkit, lalu menatap Tulip, "Gue pergi dulu." sambungnya dibalas dengan tatapan Tulip.

Taksa tersenyum, sebelum menatap Valerie, "Kalau ada apa-apa tinggal manggil aja. Gue di belakang, nggak akan jauh dari kalian."

Valerie mengangkat jempol. Taksa mengelus rambut Valerie hal yang slalu dilakukan Taquille setelah menempatkan dirinya menjadi Ibu Negara sang Ketua.

Valerie ratu untuk orang terdekat mereka. Sikap kasar dan baiknya membuat mereka nyaman berada di samping Valerie.

Cukup hening untuk beberapa saat. Valerie duduk menyandar di dinding kursi. Mencoba beradaptasi sebelum pembicaraan dimulai oleh salah satu pihak.

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang