66. In The Car

2.4K 124 28
                                    

(Zeroun)

🍒🍒🍒🍒🍒

Malam ini mereka disuruh oleh pasangan barbar untuk membawa pakaian di Butik Orallus yang telah diukur sebelumnya.

Valerie mengerutkan kening saat tak sengaja melihat Taksa. Ia hanya duduk melamun di kursi tunggu dalam Butik.

Mengapa dirinya? 

Valerie mendekat, duduk seraya menopang kakinya di atas lutut. Menepuk bahu Taksa supaya terbangun dari lamunannya.

Taksa mengangkat alis, tanpa ingin membuka suara.

Valerie menghela nafas gusar, "Hal yang gue takutin terjadi, Sa." ucapnya menatap lurus ke depan, "Semenjak insiden kemarin, lo nggak bahas apapun, itu memang bagus demi kepentingan hati kita. Tapi, secara pribadi, boleh gue nanya sesuatu?"

"Anything."

"Masih nunggu dia?"

Pertanyaan langsung tanpa di filter keluar dari mulut Valerie. Valerie butuh jawabannya, ia tak ingin Taksa seperti ini. Murung.

Taksa menunduk, mengusap dagu sebelum menatap ke arah Valerie dengan lesu. Hanya dengan tatapan seperti itu, Valerie dapat menyimpulkannya sendiri.

"Lo berhak bahagia, Sa. Kejadian kemarin adalah hal terburuk yang dilakukan Tulip. Gue nggak akan maksa buat lo luapin hal ini. Nggak akan desak lo buat lupain dia juga. Gue paham, hati nggak pernah bisa dipaksakan." Valerie memegang lutut Taksa, "Ajak ngobrol."

"Dia?"

Valerie mengangguk, "Dia butuh orang yang bisa ia dengar. Dan gue yakin, orang itu lo. Dia nggak sepenuhnya salah. Gue juga salah. Meskipun yang lain langsung memblock diri dari dia. Jujur dari hati gue paling dalam. Gue nggak naruh dendam ke Tulip."

"Val, how can? Dia hampir buat lo mati."

"She's my bestpart of my life. Dia yang paling banyak berkorban untuk kebahagiaan gue. Gue udah ngomong bukan, dia merangkap sebagai Kakak Perempuan disaat Abang sama Papa nggak bisa."

Taksa menyimak.

"Gue kalau udah sayang sama orang, mau itu cewek atau cowok. Hati gue susah buat benci, Sa. Susah. Contoh kecilnya Sheka, Gue nggak naruh dendam sama Sheka. Meksipun lo tau cerita tiga tahun lalu bagaimana."

"Lo ajaib, Val."

"Gue mau dia balik lagi ke kita. Ajak dia ngobrol, ajak dia diskusi, ajak dia lagi, Sa. Gue mohon."

Taksa melihat kedua mata Valerie berkaca-kaca, Taksa tertegun. Ternyata Valerie memiliki hati yang tak bisa ia baca. Taksa memegang tangan Valerie yang berada di lututnya.

"Gue bangga sama lo, Val." jelasnya jujur, "Susah nemuin orang kayak lo. Setelah diancam habis-habisan, dikhianati sama orang terdekat lo, dan lo masih anggep dia sebagai orang baik."

[Quille 1: Valveta] END •ON REVISI•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang