"Hah? Siapa?" tanya Ravind.
"Si Fatimah, mantan 2 minggu lu itu." jawab Gusti.
"Nah. Tadi kan kita mau ke Masjid tuh, eh taunya ada mereka lagi ngumpul, terus ga sengaja denger obrolan mereka dah." lanjut Doni.
"Wah parah si lu pada, dengerin obrolan orang, ga sopan lho, hayolooo" ucap Andra.
"Ya habisnya kita kepo ya gus, sayang kalau kesempatan tadi dilewatin."
"Betul sekali bapak Doni, saya sangat kepo, makannya saya mengajak anda untuk mendengarkan obrolan mereka."
"Jadi Gusti nih pembawanya..." goda Andra.
Gusti pun hanya cengar-cengir tak karuan.
"Ah males gua, udah jiji banget sama tu anak."
"Lah? Gaboleh gitu lah, dia tuh cewe lho, kalau dia tau lu ngomong gini, sakit tuh hati dia." ucap Gusti.
"Yoi bro, lu kudu tobat." timbrung Doni.
Ravind pun mendecak kesal. "Masih banyak bro cewe diluar sana, yang lebih cantik, keren, modis, ga kaya dia."
"Lu mau nyari calon istri atau model?" tanya Doni.
"Iya nih, nyari calon tuh yang baik." lanjut Andra.
"Yaudah, berarti bukan dia orang yang tepat." ucap Ravind.
"Kenapa dah?" tanya Gusti.
"Ya karena dia bukan orang baik."
Deg!
**
Beberapa bulan pun berlalu. Tak terasa, hari itu pun tiba. Hari dimana merupakan sebuah kebahagiaan, namun juga menimbulkan kesedihan.
"Udah fat, jangan nangis." ucap Aisha.
"Gimana ga nangis sih? Kita tuh udah temenan lama banget, kemana-mana barengan, terus sekarang? Pisah gitu aja."
"Iya iya, aku ngerti kok. Tapi kalau kamu nangis kaya gini, aku makin berat buat ninggalinnya."
Disana hanya ada mereka berdua. Sedangkan Visya, ia sedang pergi kerumah Anissa untuk menjemputnya.
Beberapa menit kemudian, Visya dan Anissa datang. Anissa yang sedari perjalanan sudah terlihat menahan tangis, ia pun langsung mendekap Aisha.
"Aisha..." suara parau itu seakan menusuk hati Visya yang sedari tadi diam melamun.
Aisha yang sedari tadi berusaha untuk tak menangis, tetapi mustahil. Saat tubuh Anissa mendekap, ia pun mulai menitikan air matanya.
"Aku gamau kamu pergi, nanti aku mainnya sama siapa..." ucap Anissa dengan suara paraunya.
Fatimah pun mendekap bersamaan dengan Aisha dan Anissa. "Aku juga, aku belom siap pisah oy. Belom nanti disana Aisha punya sahabat baru, terus kita terlupakan." lanjutnya.
Visya yang masih berusaha menahan tangis hanya bisa diam di pojokan. Menatap ketiga sahabatnya itu, sebelum suatu saat hilangnya moment tersebut.
"Nanti th Nissa bisa main sama th Visya, sama Fatimah, sama Oca, masih banyak temen kok." ucap Aisha yang berusaha meredakan tangisnya.
"Tapi kalau ga lengkap ga seru..." ucap Anissa yang masih terus menangis.
"Aku disana udah pasti punya temen baru, tapi belom tentu aku punya sahabat baru hey." lanjut Aisha.
"Tapi aku takut kamu berubah, nanti jadi asing sama kita-kita." ucap Fatimah.
Aisha pun menggeleng. "Kalian yang udah nemenin aku dari nol, dari aku yang masih buka tutup aurat, masih bermaksiat, pokoknya masih hobi berbuat dosa deh, kalian ga mungkin aku lupain. Nemu orang kaya kalian itu susah." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Menuju Allah.
Teen FictionKisah seorang gadis yang mempunyai insting sulit bergaul dengan orang lain. Pindahan ke sebuah perumahan yang di dalamnya terlibat lika-liku. Namun akhirnya, ia dapat bertemu dengan seorang ikhwan, dan sampai bisa memiliki banyak teman. Bahkan, sepe...