Visya pun mengalihkan pandangannya ke arah suara tersebut.
"Hah? Aduh. Kok jadi banyak ikhwan gini sih?" batin Visya.
Visya pun segera membalikkan badan ke posisi semula. Lalu, ia segera mengeluarkan ponselnya.
"Aduh, aku harus ngehubungin siapa nih? Mau manggil Ibu, tapi harus ngelewatin mereka dulu pastinya. Mau chat Anissa, kasian. Dia kan baru aja pulang. Aisha sama Fatimah juga gitu. Aduh, chat siapa dong! Saking penakutnya, aku jadi kaya orang gila gini deh!" bisik Visya yang berbicara sendiri.
"Ehemmm... Duduk disini kuy!" ucap seseorang tersebut.
Dan seseorang itu pun duduk tepat di depan rumah Visya, sebut saja, 'warung ruang'. Dan yang bikin Visya tegang, seseorang tersebut tak duduk sendirian. Ia bersama teman-temannya.
"Ih, ngapain mereka duduk disitu?" bisik Visya lagi.
"Eh, kuy nyanyi! Gue udah bawa gitar nih. Bentar lagi kan ujan, kan suasana nya adem kalau sambil nyanyi-nyanyi." ucap seseorang tersebut dengan suara keras.
"Ohh nyanyi. Kuy vand!" ucap temannya yang setuju.
"Eh, jangan disini deh. Gue gaenak." ucap teman satunya lagi.
Siapa lagi mereka kalau bukan Ravind, Raffa dan Doni.
"Emang kenapa? Lo takut ya? Lo salah tingkah ya di depan doi lo? HAHAHA!" ejek Ravind.
"Lu apaansi? Pindah yu ah! Buruan!" bisik Doni yang masih terdengar oleh telinga Visya.
"Dah lah vand! Nyanyi aja! Biasa, si Doni banyak drama!" ucap Raffa.
Ravind pun tertawa pecah. Lalu, Ravind pun mulai memainkan gitarnya dan diiringi suara dari Raffa. Doni? Ia hanya bisa diam menikmati hujan.
Visya yang semakin kebingungan pun tak tahu harus melakukan apa. Tak lama, ada notif masuk dari seseorang tertancap jelas di layar ponselnya. Seseorang tersebut bertanya, 'Kamu dimana sya?', tak lama, Visya pun gercep membalas pesan tersebut.
"Ini dirumah."
"Kamu bisa kesini ga?"
"Aku lagi dalam situasi mencekam ini.""Mencekam?"
"Maksudnya?""Udah lah ya, pokoknya, aku takut deh."
"Bisa kesini ga?""Yaudah tunggu, aku otw!"
"Baru beres mandi sore nih!""Iya deh, wkwk."
Iya. Itu Tari. Entah bertujuan apa. Yang jelas, Visya sangat bingung. 'Kenapa Tari tiba-tiba berubah lagi'? Tadi siang aja kaya kecewa gitu. Langsung pulang dan gamau ketemu Anissa.' Namun yang jelas, Visya butuh teman sekarang juga! Bukan karena ia datang saat butuh saja, memang hanya Tari lah yang mudah dihubungi dalam keadaan darurat itu.
Tak lama kemudian, Tari pun mengirim pesan kembali.
"Sya!"
"Aku udah keluar rumah ini."
"Cuman, aku malu kerumah kamunya. Bnyak cowok tuh di depan rumah kamu!""Ya karena itu juga aku ketakutan tar."
"Coba kamu jalan pelan-pelan aja.""Yaudah deh."
"Lagian, aku ga sendiri."Visya yang penasaran pun langsung saja menengok ke arah dimana Tari berada. Visya pun menengok dengan sangat hati-hati agar matanya tak bertemu dengan para ikhwan itu. Dan polosnya Visya, ia malah melambaikan tangannya kepada Tari. Seperti anak kecil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Menuju Allah.
Ficção AdolescenteKisah seorang gadis yang mempunyai insting sulit bergaul dengan orang lain. Pindahan ke sebuah perumahan yang di dalamnya terlibat lika-liku. Namun akhirnya, ia dapat bertemu dengan seorang ikhwan, dan sampai bisa memiliki banyak teman. Bahkan, sepe...