Beberapa jam pun berlalu. Tak terasa, suasana malam pun semakin memuncak. Setelah pelaksanaan sholat isya, Visya pun bersiap-siap dan kembali mengecek semua alat dan bahan yang akan digunakan nanti.
"Th Visya! Assalamu'alaikum!" ucap seseorang.
Tak lama kemudian, disambut oleh Visya yang sudah terulurkan gamis purple, serta khimar hitam yang menutupi seluruh badannya.
"MasyaaAllah." ucap seseorang tersebut.
"Apanya yang masyaaAllah fat?"
"Bajunya, wkwk."
"Kamu juga. Sering-sering lho pake gamis gitu, nambah cantik."
"Aamiin.. Ini juga lagi belajar."
Di tengah perbincangan Visya dan Fatimah, datanglah Aisha. Si gadis kurus yang memakai gamis berwarna coklat. Tak lupa, seluruh badannya dibaluri khimar berwarna merah maroon.
"Assalamu'alaikum!" sapa gadis tersebut.
"Wa'alaikumussalam." jawab Visya dan Fatimah.
"MasyaaAllah, Aisha cantik banget." ucap Visya.
"Iya nih, tumben pake gamis." timbal Fatimah. "Bercanda, wkwk." lanjutnya.
Aisha pun mendelek. "Kalian juga cantik. Eh, akutu lagi membiasakan diri."
"Buat pesantren?" tanya Fatimah.
Aisha mengangguk cepat. "Seneng sih mau pesantren. Cuman, tahun depan gabisa gini lagi sama kalian." ucapnya dipenuhi nada sedih.
"Lebay lu!" ucap Fatimah sembari menimpuk pelan bahu Aisha.
Visya pun tertawa kecil. "Eum, Anissa mana ya?" tanyanya setelah tersadar bahwa satu temannya lagi tidak ada.
"Au. Kita ke rumahnya aja." ucap Fatimah.
Aisha pun mengangguk-angguk sebagai jawaban. "Eh, tadi kan aku sempet mainin ponsel dulu sebelum kesini, terus, Celin tiba-tiba chat aku."
Visya dan Fatimah pun mengernyitkan dahinya bingung. "Hah? Ngapain tu anak? Mau berantem lagi?" cibir Fatimah.
"Sabar fat, wkwk. Bukan sih." ucap Aisha.
"Terus?" tanya Visya.
"Katanya, dia mau ikut tahun baruan bareng kita."
"WHAT? SETELAH BERANTEM KEMARIN? GA MALU?" kesal Fatimah.
Aisha pun mengangkat kedua bahunya acuh.
"Bener sih kata Fatimah. Terus, kita harus gimana?" tanya Visya.
"Yaudah, bawa aja." ucap Aisha.
"Tapi kan dia ga ikut patungan." timbal Fatimah.
"Tapi tadi dia sempet bilang."
"Apa?" tanya Visya.
"Dia mau bawa kecap, atau bahan lainnya yang belum kita beli gitu."
"Yaudah lah, gimana dia aja. Aku sih ikut aja. Lumayan, silaturahim." ucap Fatimah.
Visya pun mengacungkan jari jempolnya. "Setuju." ucapnya.
Dan disaat mereka berhenti berbincang, seseorang itu pun datang.
"Eh, Celin!" sapa Aisha.
Celin pun hanya tersipu malu.
"Gausah malu-malu lah. Lupakan masalah kemarin." ucap Fatimah peka.
Celin pun mulai mengangkat kepalanya yang sedari tadi terus menunduk. Satu wajah yang pertama ia tatap, Visya.
"Duh, kenapa dia natap aku gitu ya?" batin Visya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Menuju Allah.
Teen FictionKisah seorang gadis yang mempunyai insting sulit bergaul dengan orang lain. Pindahan ke sebuah perumahan yang di dalamnya terlibat lika-liku. Namun akhirnya, ia dapat bertemu dengan seorang ikhwan, dan sampai bisa memiliki banyak teman. Bahkan, sepe...