C54- Baper lagi.

58 12 8
                                    

"Tenang. Jangan baper dulu! Kan galucu kalau dia bukan jodoh kamu!" batin Visya.

**

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing tepat saat adzan maghrib tiba.

Visya yang merasa tubuhnya gersang pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan kewajibannya.

Selesai mandi, Visya segera menunaikan kewajibannya itu. Lalu, ia merebahkan dirinya diatas ranjang. Tak lupa, ia selalu terbiasa memainkan ponselnya sembari berbaring.

"Mungkin, dia lupa kali ya kalau hari ini aku milad." ucap Visya.

"Tapi, sampai sekarang, aku belum tau kalau cewe yang waktu itu tuh siapa? Pengen rasanya aku menguak." pikir Visya.

"Eh, tapi jangan. Ga baik ngepoin orang lain. Apalagi, aku gapunya hak apa-apa." ucapnya.

Saking asiknya berbicara sendiri dengan pikirannya, ia tak sadar bahwa ada notif masuk.

TING

Setelah sadar akan hal itu, Visya membuka room chat tersebut.

Barakallah fii umrik Visya.
Doa terbaikk.

Kali itu juga, Visya berhasil membulatkan matanya dengan sempurna.

"Hah? In-ini serius? Baperrrrrrrr!" teriak Visya yang terdengar hingga ke ruang makan.

Tok.. Tok... Tok...

"Ka! Kalau mau teriak-teriak, keluar rumah sana!" tegur Ibu.

"Astaghfirullah. Visya.. Visyaa... Tahan." batinnya.

"Makannya sya, tenang. Jangan baper dulu. Kan galucu kalau dia bukan jodoh kamu!" lanjutnya.

"Iya bu. Maaf." ucap Visya.

Tapi tidak sampai situ, ia senang. Lebih tepatnya, senang pake banget.

Aamiin.. Syukron, hehe.
Kirain lupa, wkwk.

Visya yang sudah melupakan kejadian dulu, kembali akrab dengan orang tersebut. Bisa dibilang, mereka memang tidak pernah bermusuhan. Hanya saja, sejak kesalahan itu terjadi, Visya merasakan rasa kesal sekaligus sedih. Namun, langkah mereka mengambil keputusan itu, membuat diri mereka masing-masing tak terhalang untuk melakukan silaturahim satu sama lain.

Ya nggak lah. Masa lupa, hehe.
Besok, emang iya disuruh dateng ke rumah kamu?

Oiya, disuruh Ayah.
Dateng ya.

InsyaaAllah.
Mau kado apa?

"Yaallah? Demi apa???" teriak Visya.

Bukan main! Bisa dibilang, Visya sedikit gila. Saking bapernya dengan awal chating kembali setelah beberapa lama tak contact, ia berhasil membuat adik satu-satunya itu marah karena suara teriakannya yang terdengar keras.

"Ka! Bisa ga sih jangan teriak-teriak?" tegur Ayya.

"Tadi Ibu. Sekarang Ayya." ucap Visya sembari menghela nafas.

"Digituin aja diem!" ucap Ayya kembali.

"Ayya manissss! Denger ya! Kalau gamau berisik, sana pergi! Jangan diem di kamar aku." ucap Visya dengan nada lembut yang dipaksa.

"Ih. NGE-SE-LIN!" ucap Ayya dengan mengeja serta menekan kata tersebut.

Visya pun acuh tak acuh mendengar perkataan adiknya itu. Dia kembali menatap layar ponselnya dengan suasana hati yang gembira.

Eum, gausah repot.
Dateng aja udah seneng.

Gpp.
Ikhlas kokk.

Gpp. Gausah.

Visya pun menutup room chat tersebut. Ia tak menyangka, seseorang tersebut mengingat bahwa hari ini hari specialnya.

Flashback on:

Oiya, boleh tanya?

Boleh.
Mau tanya apa?

Eum, kamu lahir tanggal berapa?

Aku?
Tanggal -----

Ohh, wkwk.

Kalau kamu?

Tanggal -----

Tahun segitu?
Kok sama?

Aku telat masuk sekolah kayanya.
Wkwk.

Ohh gitu.
Harusnya, kita seumur ya?

Emang seumur kali.
Beda kelas aja, wkwk.

Nggak lah.
Beda.
Sekarang, umur kamu berapa?

17.

Nah, aku 18.
Eh, nggak deh.
Bulan ------------- 18, wkwk.

Gapernah bener, wkwk.

Berarti, bentar lagi ulang tahun nih.

Eum, bisa dibilang begitu.

Hahaha.

Flashback off.

Visya mengingat kembali. Memory itu seperti sulit untuk dilupakan. Iya. Memang bukan orangnya yang sulit dilupakan. Namun, kenangannya. Dan parahnya Visya, ia tak pernah menghapus chat dengan Doni dari dulu, hingga sekarang.

**

"Terkadang, kata nyaman itu dirangkai bukan dari penglihatan materi, rupa, dan lainnya. Namun sebenarnya, kenyamanan itu dirangkai dari penglihatan seseorang tersebut. Carilah ia yang dapat membuatmu selalu tersenyum. Hingga kau lupa betapa sakitnya terluka." ~Visya.

**
Author pov: lanjut😂

Jangan lupa tekan tombol vote🤗

Cinta Menuju Allah. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang