Sebulan setelah hari ulang tahun Visya pun mereka lewati. Terlalu banyak rintangan dan masalah yang hadir dalam kehidupan mereka. Tak terasa, tahun baru pun akan segera mereka sambut. Hari baru, bulan baru, suasana baru, hal baru, dan tak lupa! Umur baru pun akan terus bertambah di tahun ini.
Kesibukan demi kesibukan mereka semua lalui. Visya yang sedang sibuk dengan ujian kenaikan kelasnya, Anissa yang sibuk dengan banyaknya event, Aisha yang sibuk dengan pendaftaran pesantrennya, dan tak lupa, Fatimah pun sibuk dengan cita-citanya yang akan diraih sebagai atlet taekwondo. Ya! Dia salah satu murid Ayahnya Visya yang bertahan. Sedangkan yang lain, mungkin bisa dibilang sudah menyerah karena terlalu banyak kesibukan yang harus mereka urusi masing-masing.
**
"Th Visyaa!" panggil seseorang.
Dan tak lama kemudian, disambut oleh kedatangan Visya.
"Eh, Fatimah." sapa Visya.
"Udah siap?" tanya Fatimah.
"Udah nih. Mau sekarang?"
"Ayo!" ajaknya.
Iya. Hari ini, tepatnya siang hari, Visya dan Fatimah kebagian tugas untuk membeli semua makanan yang akan menjadi persiapan malam nanti. Iya! "Malam Tahun Baru". Tapi, yang membuat mereka malas, mereka tak hanya berdua saja. Mereka akan ditemani Doni dan Raffa, karena memang kebetulan, hanya Doni dan Raffa yang bisa dan tahu dimana tempat yang harus mereka kunjungi.
Di tengah perjalanan, Fatimah pun membuka pembicaraan. "Ini seriusan kita doang yang bisa? Th Nissa? Aisha?"
Visya pun perlahan menoleh. "Gabisa fat. Aisha lagi jaga rumah dan ga dititipin kunci sama sekali."
"Terus, th Nissa?"
"Katanya sih disuruh jagain ponakannya." jawab Visya singkat.
Pertama kalinya lagi, hembusan nafas panjang keluar dari mulut Fatimah.
"Udah berdua doang, sama th Visya lagi!" ucapnya.
Visya pun tertawa kecil. "Jadi, kamu males sama aku nih?"
"Iya!"
Visya hanya bisa menggeleng pelan. "Yaudah deh, aku pulang aja. Kamu ... Bertiga sama ka Doni dan Raffa ya."
"Idih, jangan! Nambah males aku. Ya yang tadi tuh cuman bercanda! Tau bercanda ga?" tanyanya polos.
Lagi-lagi, Visya pun hanya tertawa kecil. "Iya deh iya."
Visya perlahan sudah melupakan kejadian kelamnya bersama Doni. Dia sudah mulai berfikir dewasa, bahwa memang, ia dan Doni tidak ditakdirkan untuk bersama. Mungkin, ada yang lebih baik untuk keduanya. Namun, keduanya tetap menjalin silaturahim. Ya... Meski, jika bertemu, masih sama saja seperti dulu. Malu dan saling menundukan kepala.
**
Beberapa menit setelah lamanya berjalan, Visya dan Fatimah pun bertemu dengan Doni juga Raffa. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun deras membasahi bumi.
"Yaampun, hujan!!!" seru Fatimah.
"Untung bawa payung." ucap Visya dengan langsung membuka payung yang digenggamnya sejak tadi.
"Kenapa aku ga bawa coba? Padahal, dari tadi kan langitnya gelap."
"Yabegitulah manusia. Punya akal tapi ga dipake." ucap Visya diiringi tawa.
"Dih, ngeselin ya!" ucapnya kesal. "Eh, beli makanan tuh uang dari kita?"
"Ya engga lah fat. Patungan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Menuju Allah.
Teen FictionKisah seorang gadis yang mempunyai insting sulit bergaul dengan orang lain. Pindahan ke sebuah perumahan yang di dalamnya terlibat lika-liku. Namun akhirnya, ia dapat bertemu dengan seorang ikhwan, dan sampai bisa memiliki banyak teman. Bahkan, sepe...