"Kamu enggak seharusnya bersikap gitu sama Oliv. Aku enggak enak sama dia," tutur Arilla saat ia dan Aryan sudah tiba di depan rumah.Aryan duduk di kursi teras seraya meletakan tasnya di meja. "Aku cuma ga mau ngasih dia harapan. Dan aku ga mau bikin kamu ga nyaman kalo aku terus deket sama dia."
"Aku enggak apa-apa kok. Aku ngerti gimana situasi kamu."
Aryan tersenyum. "Kamu bisa bilang begini sekarang. Tapi seandainya kamu ngeliat aku pergi berdua sama Oliv, aku yakin kamu enggak akan bisa ngomong kayak gini."
Arilla terdiam. Membenamkan perkataan Aryan barusan. Mungkin Aryan benar. Sebelum mereka jadian saja, Arilla merasa cemburu melihat Olivia yang tampak sangat manja pada Aryan. Apalagi sekarang, saat status hubungannya dan Aryan sudah terikat.
"Udalah ... ga usah dipikirin. Ntar juga Oliv bakal terbiasa," tepis Aryan yang melihat kediaman Arilla.
"Ambilin aku minum dong! Haus nih!" pinta lelaki itu kemudian.
Arilla mengiyakan. Dengan wajah masih agak limpung, gadis itu bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam rumah.
Keesokan paginya di Sekolah. Revina nampak menemui Aryan di ruang ganti tim basket.
"Sayang? Kamu di sini? Ada apa?" tegur Raffi saat melihat kedatangan kekasihnya itu.
"Enggak. Aku cuma mau ngomng sama Aryan."
Merasa namanya disebut, Aryan langsung menoleh. "Ngapain nyariin gue?"
"Sini lo! Ada yang perlu gue omongin!" Revina menarik tangan sepupunya itu keluar.
Aryan agak kebingungan melihat gelagat Revina. Namun ia tidak protes saat gadis itu membawanya keluar dari ruangan.
"Ngapain si?" tanya Aryan agak risih.
"Lo harus temuin Oliv."
"Oliv? kenapa emang?"
"Sejak dia tau lo sama Arill pacaran, dia ngurung diri di kamar dan ga mau makan. Udah dua hari."
"Ha?" Aryan terkesiap.
"Iya. Omanya nelpon gue. Minta tolong biar gue mau bujukin dia. Tapi gue tau, yang bisa bujukin Oliv tu cuma elo."
"Terus?"
"Kok terus? Ya lo temuin dia'lah!" suruh Revina.
"Ckk ... gak ah! Yang ada dia malah baper lagi. Gue udah pengen jaga jarak ya, sama Oliv. Dia terlalu berharap sama gue. Sementara sekarang gue udah punya Arill. Gue ga mau ngejebak diri dengan coba deket lagi sama Oliv."
"Kasian Yan. Gimanapun juga dia itu pernah jadi sahabat lo. Sahabat kita. Masa' lo ga peduli gitu aja? Iyaa ... gue tau lo pacarnya Arill sekarang. Tapi seenggaknya lo temuin Oliv sebagai temen. Kasih dia pengertian kalo saat ini situasi kalian udah beda dengan yang dulu."
Aryan menggaruk belakang lehernya. Tampak menimbang usulan Revina.
"Arill pasti ngerti kok. Gue yakin." Revina menegaskan.
"Ya udahlah. Ntar pulang sekolah gue coba nemuin dia!" kata Aryan akhirnya.
Di sinilah Aryan sekarang. Di depan pintu kamar Olivia. Pemuda itu tampak sedikit ragu-ragu.
"Liv ... ini aku! Buka pintunya!" Aryan mengetuk pelan pintu di hadapannya. Terdengar suara langkah kaki berlari ke arah pintu. Disusul suara anak kunci diputar.
"Yan!!" Olivia langsung menubruk Aryan. Memeluk lelaki itu kuat-kuat. Airmatanya berderai. Tampak sangat kacau.
Aryan terlonjak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...