( 63 ) KAKAK ?

6K 276 27
                                    

"Kondisi Arilla sudah cendrung stabil. Kita bisa bernafas lega sekarang. Hanya saja, kita harus tetap berhati-hati. Dalam fase ini, Arilla tidak boleh kembali terguncang atau mengalami sesuatu yang akan memicu traumanya kembali bangkit. Masih sangat rentan," jelas Dokter Willy.

Ray mengangguk-angguk. "Jadi, Arill masih belum sembuh total, Dok?"

"Sama sekali belum. Seperti yang pernah saya katakan, bahkan pasien yang sudah dinyatakan sembuh pun, bisa saja kambuh, jika mengalami guncangan jiwa yang mengingatkan dia pada penyebab traumanya. Itu tergantung keadaan psikologis masing-masing pasien," tambah Dokter Willy.

Sementara itu, Arilla nampak menunggu di luar ruangan Dokter Willy seorang diri. Ia berjalan- jalan melihat-lihat keadaan sekelilingnya. Mendekati kolam air mancur mini yang ada di taman rumah sakit. Banyak ikan berwarna warni dipelihara di kolam itu.

Arilla suka melihat ikan-ikan itu. Mereka tampak lincah berenang kesana kemari bersama kawanan mereka.

"Arill? Lo di sini?" Seseorang menyapanya.

Arilla menoleh. "Galang?"

"Hai ....udah lumayan lama kita enggak ketemu. Gimana kabar lo?" tanya lelaki itu.

Arilla tersenyum samar. "Baik," jawab Arilla singkat, lalu menundukkan pandangannya.

Galang menatapnya heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galang menatapnya heran. Sikap Arilla agak berbeda kali ini. Seperti baru pertama mengenal dirinya.

"Gue lagi nganter Nyokap gue periksa. Eh, gue liat lo di sini. Emang siapa yang lagi sakit?" tanya Galang kemudian.

"Mm ... sebenarnya ... gue ...."

"Arilla?" Ray menghampiri putrinya.

Arilla dan Galang mengangkat wajah mereka ke arah lelaki itu.

"Sedang apa kamu di sini, Nak?" Ray menatap Arilla, lalu menatap Galang penuh tanda tanya. Cepat ia merangkul Arilla karna melihat pemuda asing ada bersamanya.

"Pah, kenalin ... ini temen Arill. Namanya Galang." Arilla sadar dengan tatapan waspada Ray kepada Galang.

"Hallo, Om. Selamat sore. Nama saya Galang." Galang dengan sopan memperkenalkan diri. Ia menyalami Ray.

Lelaki itu hanya tersenyum seperlunya. "Kita harus pulang, Arilla. Maaf Nak Galang. Kami permisi duluan. Selamat sore!" Ray merangkul Arilla dari hadapan Galang. Membawanya pergi dari tempat itu.

Galang menatap kepergian mereka dengan terheran-heran.

"Papah? Sejak kapan Arill punya Papa lagi?" tanya Galang tak paham. "Lagian, rasanya gue ga asing sama orang tadi? Kayak pernah liat?" Pemuda itu masih terlihat bingung.

"Lain kali jangan berbicara dengan orang asing. Itu enggak baik buat kamu," ujar Ray seraya membukakan pintu mobil untuk Arilla.

"Dia temen Arill, Pah. Bukan orang asing," sahut Arilla.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang