( 23 ) SENJA

8K 357 42
                                    

Aryan pulang sekolah bersama Olivia dengan mobilnya. Tak jauh setelah keluar gerbang PUTRA BANGSA, ia melihat Arilla berjalan seorang diri menuju jalan raya. Ingin rasanya membawa serta Arilla tapi mustahil ia lakukan sementara ada Olivia besamanya saat ini.

Ahh ... sial!! Aryan kesal sendiri. Membayangkan jika tiba-tiba Julio mengganggu Arilla seperti tempo hari. Matanya tak bisa lepas dari Arilla hingga mobilnya melewati gadis itu.

Di luar sana, Arilla hanya menatap dingin mobil Aryan yang melewatinya. Ia tau ada Olivia bersama pemuda itu. Bahkan sejak istirahat tadi Olivia terus nempel dan mengikuti Aryan kemanapun pergi.

Dan rasanya, Olivia memang berhak atas apapun yang ingin dilakukannya bersama Aryan. Arilla hanya bisa memaklumi sambil mengelus dada.

"Aku tadi berbagi pengalaman sama murid-muridnya Bu Melisha lho, Yan. Mereka antusias banget menyambut aku. Sebagian bahkan mengira aku ini artis. Lucu-lucu tanggapan mereka." Olivia bercerita penuh semangat tentang pengalamannya hari itu di sekolah. Ia senang disambut hangat pihak sekolah meski dulu hanya sekolah kurang dari satu smester saja di PUTRA BANGSA.

Sementara Aryan tak mendengar apa yang Olivia bicarakan. Pemuda itu sibuk dengan pikirannya sendiri karna melihat Arilla pulang seorang diri. Ia fokus saja dengan kemudinya.

"Yan." Olivia menegur pemuda itu. Tapi Aryan tetap tak merespon.

"Yan!" Olivia meninggikan suaranya.

"Ya? Kenapa?" Aryan tercekat.

"Kamu dengerin aku enggak sih?"

"Apa?" Aryan masih planga-plongo.

Olivia membuang pandangannya dengan kesal. "Kamu di sini, tapi pikiran kamu kayak ada di tempat lain tau enggak? Kamu kenapa sih?" ketusnya mulai jengkel.

"Ya aku kan lagi nyetir Liv." Aryan berkilah.

"Iya. Pikiran kamu juga nyetir ke mana-mana." Olivia mendelik.

Aryan santai saja menanggapinya. Pura-pura fokus mengemudi.

Sementara itu ....

"Hai Rill!" Choki berhenti di dekat
Arilla dengan motor maticnya.

"Ayo ikut. Biar gue anter." Pemuda itu menawarkan jasa.

"Enggak usah Chok. Gue biasa naik Bis. Makasih." Arilla tersenyum saja.

"Eit! Ini tugas dari Bos Aryan. Dia yang minta gue nganterin lo. Tempat tinggal kita 'kan satu arah. Ayolah ... uang bensinnya udah gue pakek buat nraktir makan si Jojo. Kalo lo nolak, nanti gue harus balikin duitnya ke si Bos." Choki meyakinkan.

Arilla berpikir sejenak. Kasian juga kalau Choki harus mengembalikan uang yang sudah diberikan Aryan. Apa lagi Choki anak mandiri yang tinggal terpisah dari orang tua. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya Arilla naik ke boncengan pemuda itu.

Choki teman baik Aryan. Jadi tak mungkin rasanya kalau Choki berbohong. Dan Aryan pasti punya alasan kenapa meminta Choki untuk mengantarnya pulang.

"Pegangan yang kenceng Rill!" Choki tersenyum tengil.

"Dasar lo!" Arilla menepak bahunya. Tak lama kemudian mereka pun telah melesat pergi.

"Nanti malam, kita jalan yuk!" ajak Olivia.

"Kemana?"

"Kemana aja Yan. Aku liburan cuma dua minggu lho. Masa' mau dianggurin gitu aja. Tega kamu."

Aryan hanya tersenyum. "Iya..."

"Kepaksa banget kayaknya."

"Kepaksa gimana?"

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang