Arilla dan Om Ray berbincang di ruang tunggu perawatan. Ini belum masuk jam besuk, hingga mereka belum bisa menemui Ibunya Arilla."Makasih ya Om, buat semuanya. Arill enggak akan bisa ngadepin ini sendiri. Maaf, Om jadi ikut susah gara- gara Arill." Untuk kesekian kalinya Arilla mengucapkan rasa terimakasihnya.
"Cukup Arilla. Om tak melakukan apapun, percayalah. Om sudah katakan kalau Om sudah anggap kamu dan Ibu kamu sebagai keluarga. Jangan merasa sungkan."
Arilla tersenyum. Menundukkan pandangannya untuk sejenak.
"Maaf Om. Arill enggak bermaksud lancang, tapi boleh enggak, Arill nanya sesuatu?" kata gadis itu kemudian.
Om Ray mengernyitkan dahi. "Apa itu, Nak?"
"Janji dulu, Om enggak akan marah."
Ray tersenyum lebar. "Baiklah. Om berjanji tidak akan marah."
Arilla menghela nafas panjang, nampak agak ragu mengajukan pertanyaannya. "Apa di masa lalu, Om dan Mama ada hubungan spesial?"
Ray tersentak dengan pertanyaan itu. Ia menatap Arilla terkesiap.
"Maaf, Om. Sekali lagi Arill enggak bermaksud lancang. Arill cuma mau tau. Ngeliat perhatian Om buat Mama yang begitu besar, rasanya enggak mungkin kalo di masa lalu kalian hanya berteman."
Om Ray tersenyum simpul. Ia menatap Arilla dengan teduh. "Jika Om berkata jujur sama kamu, apa kamu tidak akan marah atau kecewa dengan jawaban Om?"
"Kenapa Arill harus marah?" Arilla balik bertanya.
"Karna di masa lalu, Mama kamu adalah seorang yang sangat spesial buat Om. Bukan hanya sebatas teman atau pacar. Tapi lebih dari itu."
"Maksud Om?"
"Ibu kamu adalah istri Om. Kami pernah menikah meskipun akhirnya terpaksa harus berpisah." Akhirnya, Ray mengatakan kebenaran itu pada Arilla.
Gadis itu tersentak. Jawaban yang tak pernah ia duga. Awalnya dia pikir Om Ray dan Ibunya hanya sebatas pernah memiliki hubungan spesial, tak disangka, jawaban yang Arilla dengar ternyata lebih dari itu.
Untuk sejenak suasana menjadi jeda. Ray dan Arilla hanya terdiam dalam keheningan yang menyergap mereka berdua.
"Apa kamu marah sama Om setelah tahu semua ini?" celetuk Om Ray kemudian.
Arilla menatapnya, lalu menggelengkan kepala. "Jujur Arill terkejut. Tapi kenapa Arill harus marah? Arill enggak berhak marah. Itu sebuah perjalanan waktu. Dan mana bisa kita menyalahkan sesuatu yang terjadi di masa lalu seseorang?"
Om Ray tampak lega dengan ucapan gadis itu.
"Apa Arill boleh tanya sesuatu lagi?"
"Katakan!"
Arilla terdiam sejenak. "Apakah istri yang Om maksud enggak pernah bisa Om lupakan, adalah Mama?"
Ray tersenyum simpul. "Kalau Om menjawab iya, apa kamu akan percaya sama Om?"
"Ya. Arill percaya. Karna Arill tau siapa Mama dan wanita seperti apa Mama itu."
"Maaf. Kamu pasti terkejut. Om sungguh tak menduga, kalau kamu adalah putri dari wanita yang sangat Om cintai."
"Lalu kenapa kalian dulu harus berpisah?"
"Rumit. Ceritanya sangat panjang. Om takut salah jika Om yang menceritakannya sama kamu. Biar Mama kamu saja nanti yang cerita." Om Ray menghindar.
Arilla tersenyum. "Om masih sangat mencintai Mama kan?"
Om Ray balas tersenyum. "Pertanyaan kamu membuat Om merasa sangat malu," sahutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...