( 20 ) MANTAN?

9.3K 383 43
                                    

"Aryan ... bagaimana keadaan kamu jagoan? Hm? Kenapa bisa sampai begini?" Raynold menatap sekujur tubuh Aryan yang penuh luka.

"Papa kapan pulang?" tanya Aryan yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Tadi malam. Maaf. Papa enggak bisa langsung pulang saat mendengar kamu masuk rumah sakit. Kamu enggak marah kan?" Ray duduk di tepian tempat tidur Aryan.

"Enggaklah Pah ... Aryan ngerti Papa banyak kerjaan. Lagian Aryan enggak apa-apa kok. Cuma lecet-lecet doang." Aryan berpura-pura tegar karna melihat kekhawatiran di wajah ayahnya.

"Tapi Mbok Sami bilang kamu enggak mau makan. Dan hanya mau makan saat ditemani Arill saja. Benar begitu?"

Aryan berdecak. "Si Mbok lebay Pah ... enggak gitu kok," kilah Aryan kesal.

Raynold tersenyum simpul. "Kamu pintar memanfaatkan situasi Aryan."

"Apaan si Pah?" Aryan menepis.

"Dengar Nak. Papa mulai cemas dengan kebiasaan kamu pulang malam begitu. Hari ini kamu beruntung masih baik-baik saja. Tuhan masih melindungi kamu dari kecelakaan yang buruk. Papa minta berhati-hatilah. Jangan sampai Papa menyesal membelikan kamu motor itu," pesan Raynold tampak sungguh-sungguh.

"Iya Pah ... maaf. Kecelakaan itu bukan salah Aryan kok Pah. Itu gara-gara ada orang gila ngebut menjelang lampu merah. Aryan jadi kena imbasnya. Untung Motor Aryan bukan kendaraan pertama yang ditabrak tu mobil. Bisa fatal kalo Aryan ada di posisi itu," cerita Aryan.

Ayahnya mengangguk- angguk.
"Sudah izin ke sekolah?"

"Aryan izin dua hari Pah."

"Baiklah kalau begitu. Oh ya. Papa punya sebuah hadiah. Oleh- oleh dari Kualalumpur." Ray mengangkat sebuah paper bag kecil berwarna hitam.

Aryan menerimanya dengan gembira. "Apaan ni Pah?" Pemuda itu berbinar.

"Jangan dibuka. Nanti kamu kecewa."

"Ah ... masa' sih?" Aryan tak sabar. Cepat membuka isi paper bag yang ternyata sebuah kotak tempat jam tangan bermerk.

"Lho?" Aryan terkejut.

"Kok jam tangan cewek sih Pah?" Aryan menatap jam tangan berkilau di dalam kotak itu.

"Papa sudah bilang jangan dibuka. Nanti kamu kecewa." Ray tersenyum.

"Tapi kenapa Papa beliin jam cewek buat Aryan?"

"Papa enggak bilang hadiah itu buat kamu," sahut Ray ringan.

Aryan menggaruk kepalanya.
"Terus? Buat siapa dong jamnya? Pacar Papa ya?" selidiknya.

Ray tertawa lebar. "Enak saja!" kilahnya. "Hadiah ini untuk Arill. Saat Papa mendatangi gerai Jam ini, tiba- tiba Papa ingat sama dia. Jadi ... ya Papa beli. Papa nitip ya? Nanti kamu kasih ke Arill."

Aryan terlihat heran. "Itu buat Arill? Terus, hadiah buat Aryan mana?"

"Aaahh ...." Ray menepak jidatnya. "Papa lupa!" Ia mengedipkan mata pada Aryan.

"Lain kali Papa beli hadiah buat kamu. Di Malaysia kemarin Papa benar-benar lupa. Maaf," selorohnya sambil ngeloyor keluar dari kamar Aryan.

Aryan menatapnya kesal. Tapi kemudian tersenyum. Ia senang melihat Papanya begitu menyukai Arill. Bahkan sangat perhatian seperti ini. Setidaknya satu jalan telah dibuka mulus untuk ia dan Arill oleh Papanya.

****

"Aryan gimana Re?" tanya Celsea. Saat mereka berkumpul di kantin sekolah untuk sarapan bersama.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang