"Apa kabar, Rani? Kamu enggak lupa sama aku, kan?" Rasti tersenyum ramah.
"Tentu aku ingat. Mana mungkin aku lupa sama Mbak." Kirani masih ingat betul pada kakak kandung mantan suaminya itu.
"Bagaimana keadaan kamu? Apa yang kamu rasakan sekarang?"
"Sudah jauh lebih baik. Dokter bilang, dalam beberapa hari kedepan, aku sudah diperbolehkan pulang dan melakukan rawat jalan."
"Bagus kalau begitu."
"Maafkan aku, Mbak. Aku sangat merepotkan Ray karna musibah ini. Aku enggak tau gimana jadinya kalau dia tak ada di sini. Mungkin akan sangat berat untuk aku dan juga Arill."
Rasti tersenyum. Mendekat pada Kirani. "Kamu memberikan Ray anak yang sangat cantik."
Kirani tertegun. Tak menduga Rasti sudah mengetahui so'al Arilla.
"Ray sudah cerita semua padaku. Jangan sungkan. Aku di sini untuk mendukungmu. Dan ngomong-ngomong so'al Arill ... ada yang harus kamu tau tentang dia." Rasti mulai srius.
"Ada apa Mbak? Arill kenapa?" Kirani mulai merasa mendapat firasat kurang baik. Sejak kemarin keluar dari ruang oprasi, ia belum bertemu putrinya itu.
Sementara itu, Arilla masih tertidur di kamar perawatannya. Saat tiba-tiba ia merasa seseorang meraba tubuhnya, begitu berani dan tidak sopan.
Mata Arilla merapat. Keningnya berkerut dan menegang. Ia rasa tangan terkutuk itu terus menjamah bagian tubuhnya yang paling pribadi. Lalu kemudian merobek bajunya.
"Tidaaak ...!" Gadis itu berteriak seraya bangkit. Matanya terbuka seketika dan nafasnya terengah kepayahan.
Arilla melirik kanan kiri. Ia sendirian di kamar itu. Ohh ... mimpi buruk lagi. Sudah sejak semalam ia mengalami mimpi menyeramkan itu.
Arilla menelan ludah berkali-kali. Menenangkan dirinya. Setelah beberapa saat, ia menatap tubuhnya sendiri yang berbalut piyama biru khas pasien.
Kenapa ia masih sering merasa seseorang merabai tubuhnya? Arilla penasaran. Perlahan ia buka kancing piyamanya satu persatu. Setelah tiga kancing terbuka, ia sibak piyama itu dan melihat tubuhnya sendiri. Seketika matanya membundar. Tangannya gemetar dan melemas. Ia lihat jejak-jejak keunguan tampak jelas di dadanya. Bahkan, di sana nampak bekas gigitan juga.
Nafas Arilla menyesak. Tiba-tiba saja bayangan Irwan yang tengah mencumbunya terlintas nyata dalam pikirannya. Seakan Arilla merasakan kembali saat bajingan itu menjamah tubuhnya.
"Enggak! Enggaak ...!" Arilla memeluk tubuhnya sendiri. Tapi bayangan itu makin terasa nyata.
"Pergi! Pergiii ...!" Gadis itu histeris. Tangisannya meledak.
Dua orang perawat yang mendengar teriakannya memasuki ruangan itu. "Tenang, Kak! Tenang! Di sini hanya ada kami. Tak ada orang lain." Salah satu perawat mencoba menenangkan.
"Suruh dia pergi! Suruh bajingan itu pergi! Hkk ... hh ...." Arilla menutup kedua telinganya dengan kedua tangan.
"Kakak tenang ya ...?" Perawat berusaha mendekat perlahan.
Arilla membuka matanya. Mengarahkan matanya ke pojok ruangan. Dia selalu merasa seseorang mengawasi dirinya.
"Jangan takut Kak ... kami ada di sini. Kakak baik-baik aja. Kakak aman di sini." Kedua perawat terus mencoba menenangkan.
****
"Aku ingin lihat Arill sekarang! Bawa aku menemui dia sekarang, Ray!" teriak Kirani di sela tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...