"Selamat pagi, Pah ..." Aryan menyapa Ayahnya di meja makan pagi ini.
"Selamat pagi nak, apa kabar kamu pagi ini? Apa semalam kamu bersenang-senang ?" tanya Raynold yang sibuk dengan roti selainya.
"Biasa aja Pah ... enggak ada yang istimewa."
"Oh ya?" Raynold melirik putranya itu. "Kalau papa boleh tau ... siapa gadis itu? Hmm?"
"Gadis yg mana pah?" Aryan meminum susu yang tersedia di hadapannya.
"Gadis yang kemarin malam menginap di rumah kita."
"Ukhuk ... ukhuk!" Aryan terbatuk-batuk. Agaknya kalimat Ayahnya barusan langsung membuatnya tersedak.
"Oohh ... santai saja jagoan ...." Raynold menepuk-nepuk pundak Aryan.
Pemuda itu berdehem-dehem, nampak gugup dan bingung. Bagaimana bisa papanya tau soal ini. Aryan melirik Mbok Sami yang sibuk melayani mereka sarapan.
"Pasti si Mbok nih, biang keladinya,"
batinnya kesal.Raynold tertawa kecil. "Jangan salahkan Mbok Sami, dia enggak mengadu apa- apa sama papah. Tapi Papa memang selalu tau apa pun tentang kamu." Seakan punya indra keenam, Raynold menebak apa yang dipikirkan anak laki- lakinya itu.
"Mmm ... enggak kok Pah ... dia bukan siapa-.siapa. Hanya ... hanya orang yang sebetulnya enggak penting-penting amat buat Aryan."
"Dia enggak penting? Tapi sampai menginap di sini? Waaww ... orang yang tak penting saja kamu bawa menginap, apa lagi orang yang penting? Dan ini pertama kalinya ada anak gadis kamu bawa menginap di rumah kita."
"Enggak sengaja pah .... " Aryan menjawab malas.
"Baiklah ... Papa akan anggap ini enggak sengaja. Tapi hati-hati ... jangan menyepelekan hal yang tidak kamu sengaja. Karna hal itu bisa membuat kita terjebak."
"Apa'an si pah? Aryan bilang, itu enggak sengaja," kilah Aryan.
"Kalau begitu katakan, apa ... gadis itu cantik? Hem?" Raynold menggoda.
"Pah, udah deh ... kok Papa jadi kepo gitu sih?"
"Tentu saja papa penasaran. Ini pertama kali kamu bawa anak gadis orang sampai menginap di rumah kita."
Aryan tak menyahut. Dia pura- pura sibuk dengan sarapannya. Tak mau memperpanjang bahasan tentang itu. Lagi pula dia sedang kesal. Apa yang terjadi di pesta Kania semalam mengganjal di pikirannya.
****
Arilla baru tiba di ruang ganti tim basket. Hendak melaksanakan tugasnya seperti biasa, saat tiba-tiba Aryan muncul dari balik pintu dan menariknya ke dinding, lalu mengunci pergerakan gadis itu dengan memagarinya oleh kedua tangannya.
"Hkkk?" Arilla terlonjak kaget dengan gerakan tiba-tiba itu hingga tak sempat berfikir apa yang sebenarnya terjadi.
Matanya membundar melihat wajah masam Aryan yang kini mengurung dirinya.
"Apa? Ke-kenapa?" tanya gadis itu ketakutan. Menatap mata Aryan yang sudah mengintimidasi. Arilla melekatkan kedua tangannya di dada. Seolah refleks melindungi dirinya sendiri.
"Kenapa semalam lo lari dari Julio? Haa?" bentak Aryan marah. Suaranya hingga menggema di ruangan kosong itu.
Nafas Arilla langsung menyesak mendengar pertanyaan Aryan. Ia menelan ludah susah payah. Mengetahui Aryan sedang emosi saat ini.
"Gue tanya, kenapa semalam lo melarikan diri? Jawab!" Aryan menghentakkan tangannya ke tembok di samping wajah Arilla. Membuat gadis itu langsung meringis ngeri. Memejamkan matanya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...