Motor sport Aryan melesat menembus hujan di malam itu. Aryan tampak tak mengenakan helm karna jaket dan helmnya dipakai Arilla sekarang. Di belakangnya gadis itu masih terlihat syok. Duduk dengan tatapan nanar.
Ia masih tak percaya dengan kejadian di taman barusan. Sesekali air matanya masih menetes. Entah apa yang ia tangisi. Penyesalan atau apapun itu, Arilla sendiri tidak mengerti.
Aryan yang merasa Arilla masih menyesali ciuman yang sudah terlanjur terjadi, tau benar apa yang dirasakan gadis itu.
Aryan merasa telah mencuri sesuatu yang sangat berharga bagi Arilla. Meskipun kali ini Aryan tau, gadis itu melakukannya dengan sepenuh hati tanpa paksaan.
Namun tetap saja, ia merasa sebagai bajingan yang jahat. Karna tak bisa menahan diri untuk tidak menjerumuskan Arilla pada penyesalan yang mendalam.
Perlahan tangan kirinya melepas kemudi, meraih tangan Arilla yang berpegang di pinggangnya. Menggenggam tangan gadis itu. Meremasnya lembut. Seolah ingin menguatkan, dan memberi isyarat kalau dia laki-laki yang siap bertanggung jawab atas apa yang sudah dirampasnya dari Arilla meskipun hanya sebuah ciuman.
Aryan tau, ini yang pertama bagi Arilla. Tepatnya dia laki- laki pertama bagi gadis itu. Itulah sebabnya Arilla merasa syok. Ia merasa menjadi orang yang harus bertanggung jawab atas penyesalan gadis itu.
Arilla tertunduk. Merasakan genggaman tangan Aryan yang hangat. Pemuda itu menuntunnya untuk tidak hanya sekedar berpegangan. Tapi meminta Arilla memeluknya. Seakan memberitau, malam ini Aryan hanya milik Arilla seorang.
Arilla faham. Aryan mencemaskannya. Ia memeluk Aryan tanpa ragu. Menyandarkan kepalanya ke punggung pemuda itu. Entah mengapa, ia merasa begitu dekat dengan Aryan secara emosi saat ini. Apa karna ciuman itu, lantas Arilla merasa ada bagian dari dirinya yang telah dimilikki Aryan? Entahlah.
Arilla hanya ingin diam sekarang. Merenungi apa yang sudah terjadi. Diapun merasa bingung. Mengapa bisa dia melakukan itu.
Aryan pernah mencium paksa dirinya. Tapi tak ada perasaan seperti ini yang dia rasakan setelah kejadian itu. Kali ini ia melakukan ciuman dengan sukarela. Mengapa rasanya ia malah ketakutan begini? Dan apa yang ia takutkan?
Hujan yang mengguyur hingga membuat mereka basah kuyup melengkapi kegundahan keduanya. Ada apa dengan perasaan mereka?
Perjalananpun terasa lambat. Hingga akhirnya motor Aryan berhenti di depan pagar rumah kontrakan Arilla.
Gadis itu turun perlahan dari boncengan. Pandangannya masih tertunduk. Tak berani menatap Aryan. Pemuda itu pun terlihat kaku dan salah tingkah.
Arilla hendak membuka jaket Aryan yang ia kenakan. Tapi Aryan mencegahnya. Aryan juga meminta Arilla untuk tak melepas helm yang terikat di kepalanya.
"Sana masuk! Lo udah kedinginan banget." Aryan melihat wajah Arilla yang pucat.
"Enggak Yan. Lo harus pakek helmnya." Arilla tetap membuka helm yang ia pakai lalu memberikannya kepada Aryan.
"Iya. Nanti gue pakek. Sana!"
"Lo hati- hati ya?" Aaahh ... kenapa Arilla jadi lembek seperti bubur sum-sum begini?
Aryan hanya mengangguk seraya tersenyum.
Arilla berbalik. Melangkah menuju pagar rumah. Aryan menatap kepergiannya hingga menghilang di balik pintu. Setelah itu ia memakai helmnya. Dan melanjutkan perjalanan untuk pulang.
****
Arilla tak bisa memejamkan mata. Padahal jam telah menunjukkan pukul tiga pagi.
Gadis itu masih tak bisa melupakan kejadian di taman kota bersama Aryan. Ahhh ... dia jadi kesal sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...