Aryan menunggangi motor sportnya keluar dari gerbang rumah Olivia. Meninggalkan gadis itu setelah memberi penjelasan sejujurnya. Ia merasa lega, meskipun mungkin melukai mantan kekasihnya itu. Setidaknya Olivia akan mengerti, mengapa Aryan telah berubah sekarang.
Sementara itu, Arilla tengah menunggu bisnya di halte seorang diri. Pelajaran praktek fisika membuatnya terlambat pulang siang ini. Hingga harus menunggu bis berikutnya karna bis yang biasa ia naiki telah lewat.
Sekelompok siswa SMA menaiki tiga sepeda motor yang dua di antaranya berboncengan, melintas di hadapannya. Dengan suara khas bising knalpot modifikasi yang memekakkan telinga. Jelas mereka berasal dari sekolah lain karna seragam yang mereka kenakan berbeda dengan Arilla. Mereka sempat melontarkan siulan dan sapaan menggoda saat melihat gadis itu seorang diri.
Arilla acuh saja. Tak menunjukkan ekspresi apapun. Tak mau menarik perhatian mereka. Namun tak lama kemudian, sekelompok siswa itu kembali lagi. Dan kali ini berhenti di hadapan gadis itu.
Arilla mulai was-was. Terlebih tampang-tampang di hadapannya benar-benar terlihat tidak sopan.
"Hallo cewek ... sendirian aja? Ikut abang yuk!" sapa salah satu dari mereka. Beberapa yang lainnya turun dari boncengan.
"Wuiihh ... anak Putra Bangsa man!" Seseorang dari mereka menatap seragam Arilla yang khas sebagai seragam siswa Putra Bangsa.
"Itukan sekolah elit? Abang sopirnya kemana Neng? Lagi cuti ya?" goda yang lain. Agaknya mereka hafal benar, kalau murid-murid Putra Bangsa biasanya diantar jemput sopir pribadi.
Mereka terbahak. Melihat Arilla yang mulai terlihat tegang.
"Enggak usah takut. Kita enggak tawuran sama anak cewek kok. Lagian, anak Putra Bangsa mana ada yang berani tawuran? Takut dijewer sama Bu Guru," ledek seseorang lainnya disambut tawa teman-temannya.
Arilla masih diam. Menengok kanan kiri. Berharap ada orang yang bisa dimintai tolong kalau- kalau anak-anak berandal ini berbuat macam-macam. Tapi suasana sepi. Hanya ada kendaraan melintas kesana kemari yang tak mungkin peduli.
"Kenalan dong Cewek!" Seorang dari mereka mendekat. Tersenyum menatap gadis cantik di hadapannya.
Arilla tak merespon. Bahkan sekedar memandangpun tak berani.
"Elaahh ... sombong bener dah!" Merasa diacuhkan lelaki itu mencolek dagu Arilla yang langsung ditepis kasar oleh gadis itu.
"Jangan sentuh gue! Enggak sopan banget sih?" hardik Arilla kesal.
"Wuiiihhh ... bisa ngomong juga? Kirain gagu!"
"Sombongnyaaa ... mentang-mentang cantik?"
"Cuma kenalan aja enggak boleh?"
Arilla merasa risih. Gadis itu bangkit dan langsung ambil langkah. Tapi salah satu dari mereka menghalangi dan yang lain menarik tangannya.
"Gue suka ni yang sombong begini!"
"Tau dah, cuma minta kenalan aja sombong bener?"
"Apa-apaan sih? Lepas enggak?" Arilla menatap geram lelaki yang memegangi tangannya.
"Enggak." jawab lelaki itu dengan wajah menyebalkan.
Teman-temannnya bersorak.
Tiba-tiba sebuah motor sport berhenti di dekat mereka. Bahkan hampir menabrak salah satunya.
"Wooyy!! Siapa lo? Ha?" Yang hampir ditabrak langsung menyalak marah.
Aryan membuka helmnya dan turun dari motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Fiksi Remaja18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...