( 39 ) JANJI KITA

7.1K 346 51
                                    

"Selamat menyambut hari ujian ...!" Revina menyodorkan sebuah kado kecil pada Raffi dalam kelas.

"Apaan ini, Sayang?" Raffi tampak berbinar-binar.

"Sesuatu buat pacar aku yang paa ... ling keren." Revina mencubit gemas pipi Raffi.

"HAH! Ujian belum mulai ... tapi gue udah dapet ujian duluan dari ni pasangan rese!" cibir Joshua sebal.

"Ngiri aja lo, Jo!" semprot Revina.

"Apaan tuh isinya? " Choki ikut mencibir.

"Paling juga gorengan," ejek Joshua.

"Enak aja! Sana, sana!" usir Raffi risih.

"Tau ni orang berdua, pada berisik banget deh," timpal Revina.

"Wuiihh sombong! Sombong!" sorak Choki.

"Lebay banget dah! Ujian masih seminggu lagi udah pake acara sambutan segala! Lebay lu berdua!" Joshua masih menggerutu.

"Cieee yang jomblo emosi, cieee ....!" Revina sengaja memperolok.

"Ayo Jo! Mending kita cari si Bos. Ngapain nonton orang pacaran? Bisa ngiler n'tar!" Choki merangkul Joshua pergi.

Sementara di taman belakang sekolah.

"Martabak keju?" Aryan terkejut melihat isi kotak makan yang diberikan Arilla.

Gadis itu hanya mengangguk.

"Tau dari mana makanan kesukaan aku?" Aryan tampak sumringah.

"Tau lah ...," sahut Arilla.

"Aku makan, Ya?" Aryan bersiap menyuapkan potongan martabak itu.

Arilla menatapnya seksama. Tak sabar menunggu komentar Aryan. Pemuda itu mengunyah martabaknya penuh semangat.

"Gimana? Enak?" Arilla penasaran.

"Lumayan."

"Kok lumayan?" Arilla protes.

Aryan tertawa. "Iya ... enak kok. Cobain nih ...." Aryan menyodorkan potongan makanan itu pada Arilla. Dan disambut oleh gadis itu.

"Aku belajar hampir lima hari lho, buat bikin ini," uar Arilla di sela-sela mengunyah martabaknya.

"Oh ya? Duuh ... makin sayang aku jadinya." Aryan tersenyum.

"Belajar dari siapa?" tanya Aryan kemudian.

"Internet."

"Yaahh ... kirain belajar sama abang pedagang yang biasa mangkal."

Arilla tergelak. "Repot amat?"

"Tapi ini beneran enak lho. Enam dari Sepuluh deh pointnya," lanjut Aryan.

"Dikit itu Yan." Arilla pura- pura kesal.

Aryan tertawa saja. Menghabiskan beberapa potong martabak lagi.

"Makasih ya ... kamu udah bikin aku bahagia pagi-pagi begini," ujar Aryan kemudian.

"Yang semangat ujiannya!"

"Masih seminggu lagi, Rill." Aryan tampak malas membahas hal itu. Ya, sangat malas karna Aryan tau, setelah ujian dia akan segera pergi.

Arilla terdiam. Agaknya ia juga menyadari benar, jika ujian telah berakhir, maka perpisahannya dengan Aryan sudah ada di depan mata.

"Oh ya. Katanya kamu mau cerita so'al Mama kamu dan Papa aku. Ada apa?" Aryan memecah keheningan.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang