"Arill?" Galang menghentikan laju motornya saat melihat Arilla berjalan seorang diri di trotoar.
"Lo ngapain di sini?" Pemuda itu melihat Arilla yang tampak kacau dan kusut. "Ada apa? Lo kenapa? Lo abis nangis ya?"
"Gue enggak apa-apa." Arilla berusaha menghindar.
"Tunggu!" Galang mencegah gadis itu pergi.
"Gue yakin, lo enggak baik- baik aja sekarang. Kalo lo mau, gue bisa anter lo pulang Ril."
"Enggak usah Lang, lo juga harus sekolah, kan?"
"Enggak. Tadinya gue mau pulang. Mag gue kumat. Tapi sekarang udah baikan kok."
Arilla terdiam sejenak. "Sebenarnya ... gue enggak mau pulang sekarang. Gue ...."
"Ya, gue tau." Galang menyela. "Ayo naik! Gue tau kita harus kemana."
Arilla masih ragu. Tapi kemudian ia memutuskan naik ke boncengan Galang.
****
Mereka tiba di sebuah taman. Arilla duduk di bangku kayu yang ada di bawah pohon besar rindang. Tak lama, Galang datang dengan membawa minuman dingin untuk mereka berdua.
"Kalau lo mau ... lo bisa cerita ke gue, apa sebenarnya yang terjadi," ujar Galang lembut.
Arilla menggeleng. "Rumit. Panjang ceritanya Lang ...."
"Kita punya banyak waktu di sini. Dan gue orang yang bisa jaga rahasia kok. Jadi lo tenang aja." Galang meyakinkan.
Arilla tampak bimbang. Ia melihat Galang begitu tulus dan
peduli. Perasaannya yang tertekan juga membutuhkan seseorang untuk berbagi. Akhirnya ia menceritakan apa yang sudah menimpanya hingga mendapat sanksi skors dari kepala sekolah."Ini pertama kalinya seumur hidup gue, mendapatkan skorsing selama sekolah. Gue syok Lang ... gue bingung. Gue takut nyokap gue tau so'al ini ...."
Arilla tersedu."Benar- benar kurang ajar tu anak. Bisa- bisanya dia nyampurin urusan lapangan sama urusan pribadi." Galang geram.
"Maafin gue ya ... gara- gara tim gue ngalahin timnya kemaren, lo jadi sasaran balas dendam si Aryan. Gue enggak tau, kalau kemenagan gue akan berdampak buruk buat lo."
"Enggak Lang ... lo enggak salah apa- apa. Dia emang rada sedikit aneh. Gue belum pernah ketemu orang temprament dan arogan separah dia. Gue rasa ... dia emang agak sakit jiwa."
"Gue harus bikin perhitungan sama dia." Galang geram.
Arilla tertegun. Tidak. Bukan itu maksudnya bercerita pada Galang. Bukan untuk balas dendam. "Enggak Lang. Maksud gue enggak kayak gitu. Gue sama sekali enggak pernah berfikir untuk ...."
"Gue tau." Galang tersenyum. "Lo tenang aja. Gue bukan orang yang suka main keroyokan, apa lagi main belakang." Galang mengerti arah pikiran Arilla.
"Makasih ya ... lo udah mau dengerin gue ...."
Galang tersenyum. "Gue ngerasa nyaman sama lo. Padahal biasanya ...ngue termasuk orang yang susah dapat temen."
"Masa' sih?" Arilla tersenyum samar. "Oh ya ... mag lo gimana? Beneran udah baikan?" Ia berusaha mengalihkan topik.
"Gue udah minum obat kok." Galang tersenyum. "Lo mau makan enggak? Gue tau sekitaran sini ada tempat makan yang enak."
Arilla terdiam sejenak. Untuk sesaat kerisauannya terasa lebih ringan. "Boleh ...."
****
Malam ini, Arilla ingin keluar rumah. Ingin melepas rasa penat dan beban yang sedang ia pikul. Berdiam diri di dalam kamar membuatnya semakin terpuruk. Ia merasa stress tiap kali ingat dengan sanksi skorsnya. Rasanya kepalanya mau pecah memikirkan itu. Setelah meminta izin kepada ibunya, Arilla pun berangkat. Ia berjanji akan kembali sebelum jam sepuluh malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...