"Kenapa? Hmm? Lo takut?" Aryan tersenyum penuh ambisi.
Arilla memalingkan wajahnya ke samping. Agar hidungnya tak beradu domba dengan hidung Aryan yang mancung. Kedua tangannya repleks dilipat diantara tubuh Aryan dan tubuhnya sendiri. Sebagai batas terakhir, agar ada penghalang di antara mereka. Namun hal itu membuatnya terkunci, tak bisa leluasa berontak. Ia merasa tenaga Aryan terlalu kuat, hingga membuatnya tak bisa berkutik.
"Gue baru sadar, kalau mengatasi cewek kayak lo, harusnya bukan dengan kekerasan," bisik Aryan dengan suara bergetar.
Arilla meringis. Matanya terpejam ngeri merasakan hembusan nafas Aryan yg membias di pipinya.
"Aryan berhenti! jangan perlakukan gue kayak gini!" Arilla berusaha tenang, tapi tetap saja ketakutan itu tergambar jelas di raut wajah cantiknya. Rasanya ia lebih memilih beradu jotos saja dengan pemuda itu dari pada harus menerima perlakuan memalukan seperti sekarang.
Aryan menyeringai, menatap bibir Arilla yang gemetaran, HAH! Puas rasanya melihat kepanikan luar biasa di wajah seterunya itu.
"Ayo teriak! Teriak yang kenceng! Kenapa lo diem aja? Lo malu, kalau sampai ada yg ngeliat kita? Hmm? Atau lo menikmati cara gue menghadapi lo sekarang?" cibir pemuda itu.
Arilla merasa jijik dengan kalimat Aryan barusan. Sekuat tenaga dia berusaha berontak untuk melepaskan diri, tapi sia-sia belaka. Bahkan semakin berusaha ia melawan, Aryan terasa makin nekat. Kini Arilla merasa hidung Aryan mulai menyapu pipinya perlahan- lahan. Seperti ingin menghirupnya hingga habis.
"Yan, gue mohon ... hk ... lepasin gue! Jangan kayak gini ... gue mohon sama lo." Perlawanan Arilla berubah jadi ratapan mengiba. Gadis itu menyerah. Tak peduli Aryan memandang lemah padanya. Ia hanya ingin lepas dari situasi menakutkan ini sekarang.
Aryan tersenyum kecut. Malah sengaja menelusuri wajah Arilla dengan bibirnya, lalu menjambak rambut belakang Arilla hingga wajah gadis itu terdongak ke atas, membuat leher mulusnya terbuka sempurna.
"Ak-akh!" Arilla memekik tertahan.
Tapi Aryan belum puas. Kini sapuan bibirnya mulai turun ke leher Arilla. Membuat gadis itu menjerit histeris.
"Aryan jangan! Hentikan! " teriaknya putus asa. Merasa tak memilikki tenaga lagi karna tindakan Aryan membuat lututnya lemas. Tak pernah terpikir Aryan akan sebajingan ini memperlakukannya.
Aryan menatap gadis itu dengan seringai menakutkan.
"Gue mohon! Lepasin gue! Berhenti!" Rahang Arilla mengeras. Menahan perbuatan tak senonoh lelaki itu. Matanya terpejam rapat. Tak ingin menyaksikan apa yang sedang Aryan perbuat padanya.
"Gue sudah bilang, sekarang sudah terlambat." Lepas bicara, Aryan melumat bibir Arilla tanpa basa basi. Sebelah tangannya telah berpindah dari punggung ke belakang kepala gadis itu untuk menahnnya agar tak berontak.
Cowok yang tengah kalap itu seperti sedang kerasukan. Arilla yang tertindas tak bisa berkutik. Meski ia berontak tapi perlawanannya tak berarti. Malah membuat Aryan beringas. Bibir mungil cewek yang ia benci itu tak ubahnya sebuah lolipop, di mana tak ada sisi yang luput dari kegilaannya. Seakan dia adalah sang pemilik mutlak.
Arilla lemas, tindakan tak senonoh itu membuatnya kehilangan kekuatan bahkan untuk bernafas sekalipun. Gadis itu tak berdaya. Ia hanya berharap semoga saat ini dia hanya sedang bermimpi.
Setelah merasa puas Aryan melepaskan kecupannya di bibir Arilla dengan kasar. Dipandangnya lekat-lekat paras ketakutan yang kini ada dalam kekuasaannya itu. Arilla masih memejamkan mata sambil meringis ngeri. Air matanya sudah bercucuran membasahi pipinya. Ia benar-benar merasa telah dipermalukan. Tak ingin lagi memberontak, karna khawtir Aryan makin nekat lagi. Ia hanya berharap Aryan kasihan padanya dan mau melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...