( 33 ) MEMULAI

8.4K 369 24
                                    


Parkiran sekolah mulai ramai pagi itu. Sebagian siswa masih berada di sana untuk sekedar saling sapa atau mengobrol. Hingga deru mesin sepeda motor sport Aryan mengalihkan perhatian mereka. Semua mata tertuju pada kedatangan pemuda itu.

Bukan pada Aryan, tapi pada gadis yang turun dari boncengannya. Arilla menyadari benar, dirinya kini jadi pusat perhatian mata-mata penasaran penuh pertanyaan seisi sekolah. Ia jadi menyesal, kenapa tidak turun di luar gerbang seperti setiap kali ia dijemput Aryan.

Aryan melepas helm. Membetulkan rambutnya sambil bercermin ke spion. Ritual wajib yang selalu ia lakukan sebelum turun dari motor. Setelah itu cepat menggandeng tangan Arilla yang melangkah di sampingnya.

"Yan apa-apaan si? Enggak enak diliatin anak-anak!" Arilla masih risih dengan mata-mata yang terus mengawasi mereka berdua. Sebagian berbisik-bisik penuh curiga. Membuat Arilla tidak nyaman.

"Bodo amat, siapa juga yang nyuruh mereka liatin kita!" sahut Aryan tak peduli. Mempererat genggamannya di tangan Arilla.

Julio yang baru keluar dari mobilnya tampak menyaksikan pemandangan itu dengan wajah masam. Kesal bukan main karna gadis incarannya sudah digandeng mesra oleh lelaki lain.

Aryan dan Arilla terus melangkah melintasi lapangan, menaiki tangga utama dan menysuri koridor demi koridor sekolah. Masih tetap sama, di sepanjang perjalanan kedatangan keduanya menjadi pusat perhatian mata-mata yang terkejut penuh tanda tanya. Terutama para siswi.

Bagaimana tidak, Aryan yang dikenal sebagai jomblo sepanjang masa setelah putus dengan Olivia, salah satu siswa yang terkenal tampan, cuek dan temprament di Putra Bangsa, yang tak pernah terlihat menggandeng cewek manapun. Kemarin baru saja kedatangan cinta lamanya. Beberapa hari mereka tampak mesra. Tapi pagi ini, pemuda itu menggandeng Arilla. Gadis yang masih tergolong anak baru.

Aryan melangkah percaya diri. Seolah sengaja ingin memamerkan pacar barunya ke seantero penduduk Putra Bangsa. Sebaliknya Arilla tampak ciut, risih dan canggung.

Revina, Celsea dan Pinkan terlihat mengobrol di salah satu sisi koridor, saat tiba-tiba dikejutkan kedatangan Aryan dan Arilla dari ujung sana bergandeng tangan. Para siswa yang berpapasan denga pasangan itu meyingkir, melirik dan saling pandang. Tak terkecuali ketiga teman Arilla itu. Mereka langsung terpana ....

"O ... my ... God ...." Kompak ketiganya terkejut. Menatap tak percaya.

Aryan tersenyum sengit. Melihat ketiga gadis itu yang terhipnotis menatapnya ....

"Apa? Baru liat artis lewat?" ledek Aryan begitu melewati ketiga kawannya itu.

Revina dan yang lainnya saling pandang. Benar-benar tak percaya.

"Ya, ampuun ... Aryan benar- benar konyol." Arilla mengeluh dalam hati. Melambai canggung pada ketiga temannya yang masih menatap terkesima.

****

"Jadi, lo sama Aryan udah jadian ya?" tanya Revina di kelas.

Arilla tersenyum getir. Lalu mengangguk samar.

"Astaga ... gue masih belum percaya." Celsea tertawa.

"Ya, ampun Rill ... padahal gue lho, yang ngebet sama Aryan," timpal Pinkan bergurau.

"Sebenarnya gue enggak terlalu kaget. Karna sejak lama udah ngeliat perhatian enggak wajar Aryan sama lo. Yang bikin gue terkejut, gue ngerasa aneh aja liat Aryan. Dia tu bener-bener beda lho!" Revina masih merasa heran.

"Beda kenapa?" tanya Arilla.

"Ya liat aja cara dia pamerin lo tadi. Astagaa ... Sumpah tu anak beneran keliatan konyol. Dia tu bener-bener pamer, tau enggak?" Revina menahan tawa. Membuat Arilla merasa malu.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang