(19 ) MENYERAH

9.8K 391 42
                                    

Pagi ini Arilla telah bertekad, akan mendatangi Aryan. Ia tak tahan, bukan karna hanya merasa bersalah, tapi karna ia tak bisa memungkiri kalau dia sangat merindukan pemuda itu. Seminggu lebih berlalu dan Aryan mendiamkannya. Arilla mengerti, harus mengalah dan membuang gengsinya tinggi-tinggi.

Tapi ... kenapa Aryan belum juga kelihatan? Padahal biasanya jam segini dia sudah nongol di sekolah. Tak sabar menunggu, Arilla akhirnya memilih menghampiri Joshua yang tengah ngobrol dengan seorang murid cewek di kantin.

"Ekhm!" Arilla berdehem meminta perhatian Laki- laki itu.

Joshua menoleh. Menatapnya penuh pertanyaan.

"H-hai Jo ...," sapa Arilla canggung.

"Hai, napa Rill?" tanya Joshua.

"Mmm ...." Arilla kelihatan ragu- ragu.

"Rin, gue ngomong bentar sama Arill ya?" Melihat Arilla yang kebingungan Joshua memilih mengajak Arilla keluar dari kantin.

"Ada apa?" tanya Joshua saat mereka tiba di koridor.

"Mmm ... Aryan ... Aryan belum dateng ya?" Arilla mengusap- usap tengkuknya.

"Kenapa? Lo ada masalah sama dia?" Joshua memancing.

"Ya ... enggak sih ... gue ... mau ketemu dia aja, ada yang pengen gue omongin."

"Penting enggak?" tanya Joshua menyelidik.

Arilla mendelik. "Lo apaan sih? Kok jadi lo yang kepo?"

"Ya kalo emang enggak penting, mendingan lo enggak usah ketemu dia. Aryan enggak masuk hari ini."

"Kenapa?" tanya Arilla.

"Gue enggak bisa kasih tau. Sebelum lo bilang, penting enggak alesan lo buat ketemu Aryan?"

"Emang kenapa sih? Kok lo judes banget gitu?" Arilla jadi kesal.

"Nah ... sekarang lo yang kepo kan?" Joshua tersenyum sinis.

"Dih?" Arilla menyeringai sebal.
"Iya ... alesan gue lumayan penting buat ketemu Aryan. Puas?" sambung gadis itu kemudian.

"Ya udah ... kalo lo mau ketemu dia, pulang sekolah gue anter ke rumahnya. Aryan semalem kecelakaan. Jatuh dari motor."

"Apa?" Arilla terperanjat. "Jangan bercanda, Jo!"

"Ngapain gue bercanda? Gue sama Choki yang nganter dia ke rumah sakit semalem."

"Dia enggak apa-apa kan?" Arilla merasa sangat cemas.

"Enggak parah. Tadi jam lima pagi udah boleh pulang. Cuma luka-luka dikit aja."

"Kok bisa sih dia sampe jatuh gitu?"

"Elah Rill, sekelas pembalap aja bisa jatuh kok. Apalagi Aryan. Semalem pulang dari nongkrong, Aryan kena kecelakaan beruntun. Dia kebetulan ada di waktu yang apes aja. Masih syukur cuma luka-luka doang," jelas Joshua.

Arilla menarik nafas panjang. Ada rasa nyeri dalam hatinya mendengar kabar itu. Dia jadi tak sabar. Ingin segera melihat langsung keadaan Aryan.

"Beneran ya Jo. Pulang sekolah lo anter gue!" ujarnya kemudian. Joshua mengiyakan.

Waktu pelajaran sekolah terasa begitu lambat bagi Arilla. Berulang kali dia melirik jam tangannya seolah ingin mempercepat waktu.

Revina juga tidak masuk hari ini. Mungkin ada hubungannya dengan kecelakaan yang dialami Aryan. Kabar tentang musibah itu cepat merebak di sekolah. Celsea dan Pinkan pun sudah mengetahuinya.

"Kalo dia udah di rumah, artinya enggak parah-parah banget. Besok minggu, kita kesana yuk! Rill, lo ikut enggak?" ajak Celsea.

"Ah ... kalian aja," sahut Arilla. Ia tak mengatakan rencananya ke rumah Aryan sepulang sekolah.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang