( 59 ) BERSAMAMU

6.6K 306 16
                                    

❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤❤❤

"Arill bisa pulang besok pagi." Beritahu Ray pada Aryan dan Kirani di luar ruang perawatan Arilla.

"Besok? Enggak bisa sekarang Pah?" tanya Aryan.

"Enggak. Dokter harus memastikan dulu keadaannya, paling tidak satu hari ini," jelas Ray.

Aryan menghela nafas. Agak kecewa sebenarnya. Ia merasa tak tega harus melihat Arilla tinggal di rumah sakit, karna jelas gadis itu sangat tertekan. "Aryan yang akan jagain dia di sini sampai Arill bisa pulang," tegas pemuda itu.

Kirani dan Ray tak membantah keinginannya. Mereka paham Aryan sangat khawatir.

"Mama sama Papa bisa pulang. Kalau ada apa-apa Aryan pasti ngabarin. Lagian, Mama masih dalam masa pemulihan. Harusnya Mama banyak istirahat," sambung Aryan kemudian.

"Kamu benar. Papa juga ada beberapa pekerjaan di kantor. Kasih tau Papa kalau ada perkembangan apapun," sahut Ray yang langsung diiyakan oleh Aryan.

"Kita pulang Ran!" ajak Ray pada iastrinya.

"Mama titip Arill ya, Yan."

"Mama jangan khawatir. Aryan pasti jagain Arill baik-baik."

Kirani dan Ray beranjak dari tempat itu. Mempercayakan semuanya pada Aryan. Mereka harap, Arilla tidak mengamuk lagi malam ini.

****

Aryan duduk di tempat tidur Arilla. Dengan punggung bersandar ke dinding yang rapat dengan kepala ranjang dan kaki berselonjor.

Dalam pelukannya, Arilla bersandar nyaman. Gadis itu seakan tak mau berjauhan dengan Aryan barang se incipun.

Arilla merasa lebih tenang. Perasaannya sedikit terasa ringan. Seakan ada satu ikatan terlepas dari jiwanya yang sesak akhir-akhir ini. Ada Aryan di sampingnya membuatnya merasa aman. Apalagi seharian ini, Aryan yang selalu menemaninya menjalankan aktifitas dari makan sampai beristirahat.

"Yan ...." Arilla buka suara.

"Hem?"

"Kapan aku pulang?" tanya Arilla pada Aryan yang termangu memeluknya.

"Besok. Sabar Ya?" Aryan menepuk-nepuk bahu Arilla lembut.

"Kamu enggak pulang?"

"Aku temenin kamu di sini. Supaya kamu enggak mimpi buruk lagi malam ini." Lelaki itu mencium kepala Arilla yang bersandar di dadanya.

"Aku udah enggak apa-apa padahal. Mereka aja yang berlebihan. Mengurung aku seolah aku ini monster yang jahat." Arilla kesal.

"Enggak, Sayang. Mereka khawatir kamu enggak sengaja nyakitin diri kamu sendiri."

"Aku ngelakuin itu karna terpaksa, Yan," kilah Arilla.

"Kenapa coba?" tanya Aryan lembut, seolah bertanya pada anak usia lima tahun.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang