Pukul empat pagi Arilla terjaga. Ia menggeliat perlahan, membuka matanya yang masih terkantuk kantuk.
Deg. Jantungnya melonjak saat menatap ruangan itu. Ruangan yang terasa asing baginya. Arilla menggosok matanya beberapa kali. Memandang sekililingnya yang berantakan tersebut.
"Gue di mana nih?" tanya Arilla dalam hati. Ia benar- benar tak mengenali tempat itu. Arilla melirik ke samping.
"Hkk?" Gadis itu tersentak. Seketika bola matanya membundar. "Aryan?" pekiknya tertahan.
Ya. Ia melihat Aryan tertidur pulas di sampingnya. Satu selimut dengannya. Arilla segera bangun. Kemudian duduk di ujung tempat tidur dengan kepanikan luar biasa.
"Ini mimpi ... ini pasti cuma mimpi ...." Arilla berusaha menenangkan diri yang mulai gemetaran.
"Enggaaak!" pekiknya seraya menjambak rambutnya sendiri.
"Ini kenyataan. Ya Tuhan ...." Gadis itu merasa bingung. Tiba - tiba pikirannya terasa gelap. Tidak tau apa yang harus diperbuat.
Mengapa dia bisa ada di sini? Bersama Aryan pula? Dan pemuda itu ... tidur bersamanya. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi? Arilla frustasi. Terlihat gugup luar biasa.
Ini buruk. Sangat buruk. Entah mengapa ia sudah berpikiran yang bukan- bukan. Aryan pernah melakukan hal tak senonoh padanya. Bukan tak mungkin jika kali ini pemuda itu melakukan hal yang lebih jauh dari itu. Arilla menelan ludah berkali-kali. Keringat dingin sudah mulai merembes dari tiap lubang pori - porinya. Ia benar - benar takut.
Diangkatnya selimut pelan - pelan. Kemudian menatap sekujur tubuhnya.
"Pakaian gue masih utuh. Gue ... gue pasti baik- baik aja. Yah ... gue baik- baik aja ...." Ia berusaha menenangkan diri seraya merabai tubuhnya sendiri. Mendeteksi kalau- kalau ada sesuatu yang patut dicurigai.
Arilla berusaha mengingat - ingat, apa yang terjadi semalam. Tapi pikirannya tetap buntu. Ia hanya ingat makan, kenyang, ngantuk, pusing, dan setelah itu ... apa? Apa lagi setelah itu??
Arilla menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Ingin rasanya ia menghilang dari tempat itu. Atau setidaknya, berubah jadi bantal pun ia tidak keberatan. Asalkan tidak ada dalam situasi seperti sekarang. Gadis itu melirik Aryan yang pulas. Perlahan- lahan mengangkat selimut yang menutupi badan Aryan. Dan mengintip ke balik selimut tersebut. Pemuda itu juga masih berpakaian lengkap. Bahkan Aryan tak melepas sepatunya.
Arilla merasa bodoh dan konyol. Tapi pikiran buruknya tentang apa yang sudah terjadi membuatnya kalut.
Dengan ragu-ragu, gadis itu menyentuh bahu Aryan. Kemudian menggoncangkannya perlahan- lahan.
"Mmm .... " Aryan hanya menggumam tak jelas. Itu membuat Arilla kesal.
Ia menggoncangkan bahu Aryan lebih keras.
"Aduuhhh ... apa sih ...?" Aryan masih tak membuka mata.
"Bangun bodoh!" umpat Arilla geram. Ia kembali menggoncangkan bahu Aryan. Kali ini lebih kasar.
Pemuda itu membuka matanya dengan malas. "Aduuhh ... ini masih gelap." Aryan meraih sebuah bantal dan menutup wajahnya dengan bantal itu.
"Yan, bangun doong! Bangunn ...." Arilla merengek kesal.
Arilla merebut bantal yang digunakan Aryan menutupi wajahnya.
"Apa sih? Lo enggak liat ini jam berapa? Ha?" Aryan makin kesal.
"Bangun duluuu ...!" Arilla makin merengek.
"Ada apa?" tanya lelaki itu berat.
Termangu- mangu ia bangkit dan duduk di samping Arilla dengan wajah kusut aut- autan khas bangun tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...