Aryan dan Olivia melangkah berdampingan. Menyusuri jalan taman sore itu. Ya. Sesuai janjinya, Aryan memenuhi keinginan Olivia untuk mengajaknya jalan berdua.
"Kamu masih inget enggak, kita pernah kehujanan di sini." Olivia berhenti di depan kolam air mancur. Kemudian mengajak Aryan duduk di tepian beton kolam itu.
Aryan justru malah melirik gazebo yang terletak beberapa jauh dari mereka. Ia malah mengingat suatu malam kehujanan bersama Arill dan di sana mereka berciuman.
"Iya. Aku inget," jawab Aryan.
"Aku enggak akan pernah lupa sama tempat ini." Olivia tersenyum. Pikirannya memutar kembali memori beberapa tahun ke belakang. Saat ia dan Aryan masih bersama.
"Kenapa aku harus pergi? Seharusnya aku tetap di sini," celetuk Olivia.
Aryan terdiam. Menatap Olivia yang tampak menyesal.
"Enggak seharusnya aku ninggalin kamu Yan. Enggak seharusnya kita putus saat itu." Olivia menatap Aryan.
Aryan tersenyum. "Sudahlah Liv. Itu masa lalu. Itu keputusan terbaik kita. Sekarang kita masih berteman kan? Jadi untuk apa kamu menyesal?"
"Aku nyesel Yan. Karna sekarang aku bukan lagi pacar kamu." Mata Olivia berkaca- kaca.
Aryan tertegun. Ia bisa merasakan Olivia begitu rapuh.
"Aku masih sayang kamu." Olivia terus terang.
Aryan menundukkan pandangannya. Ia tau, ini akan ia dengar dari Olivia.
"Aku nunggu hasil ujian keluar. Setelah itu aku harus memustuskan, akan mendaftar di universitas di Jepang, atau di Jakarta," sambung Olivia.
"Dan kamu sudah ambil keputusan?"
"Hemm ...." Olivia mengangguk. "Aku ingin melanjutkan pendidikan aku di sini. Aku enggak mau pisah lagi sama kamu. Dua tahun ini memberikan aku pelajaran, kalau ternyata aku enggak bisa lupain kamu." Olivia menatap Aryan yang masih diam seribu bahasa.
"Aku tau, semuanya sudah berubah. Keadaan, dan mungkin juga perasaan kamu. Tapi aku bisa memulai dari awal lagi. Sebagaimana dulu kita memulai dari persahabatan. Dan begitu juga sekarang. Aku hanya minta kesempatan." Olivia melempar pandangannya ke depan.
Aryan bingung harus menanggapi seperti apa. Tak tega rasanya harus mengatakan pada Olivia kalau dia sudah mencintai gadis lain sekarang. Karna bagaimanapun juga, dia pernah mencintai Olivia. Pernah sangat menyayangi gadis itu.
"Jangan diem kayak gini Yan. Kamu bikin aku pengen nangis." Olivia meraih tangan Aryan.
Pemuda itu tersenyum pahit. Kemudian menarik Olivia dalam pelukannya. Gadis itu menyambut penuh suka cita. Hingga tak terasa, air matanya jatuh menetes.
"Maaf ... kalau aku udah enggak sama kayak dulu lagi. Maaf ... karna aku enggak tau kamu masih mengharapkan aku selama ini. Aku enggak berhak untuk menyuruh kamu menjauh Liv. Tapi aku juga enggak bisa bohong, kalau semuanya saat ini telah berbeda. Sudah terlalu lama kita pisah. Aku sudah terbiasa sama kesendirian aku." Aryan membelai lembut rambut Olivia.
"Iya ... aku tau. Aku ngerti. Aku hanya minta kesempatan untuk memulai dari awal lagi. Aku enggak maksa kamu buat kembali sama aku. Aku hanya minta, kamu enggak jauhin aku. Dan ngasih aku kesempatan untuk bisa mengembalikan perasaan kamu sama aku. Aku akan berusaha Yan. Aku mohon," isak Olivia lirih. Menyesakkan wajahnya ke dada Aryan.
Aryan memejamkan mata. Ia paling tak tahan melihat air mata seperti itu. Ia benci. Apalagi jika tangisan itu pecah karna dirinya.
"Kamu masih buka hati kamu kan, buat ngasih aku kesempatan?" Olivia memohon lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...