Arilla menaiki Bis, penumpangnya belum terlalu padat. Masih ada beberapa kursi kosong. Ia pun menghampiri kursi terdekat. Lalu duduk di samping seseorang yang sudah lebih dulu ada di kursi sebelahnya.
"Galang?" Gadis itu menyapa terkejut saat melihat siapa penumpang di sampingnya.
Galang yang tengah mendengarkan musik lewat headseat segera menoleh. "Hai, Rill ...!" Pemuda itu sumringah dan cepat melepas hedseatnya.
"Lo dari mana? Tumben naik Bis?" tanya Arilla.
"Habis ngurusin pendaftaran kampus. Kebetulan motor gue mogok. Jadi gue tinggal di bengkel. Lo baru pulang sekolah?"
Arilla mengiyakan. "Gimana pendaftarannya? Lancar?" Ia berbasa-basi.
"Iya. Tinggal ikut beberapa tes," jawab Galang.
Arilla tersenyum saja.
"Oh ya, gue denger ... Aryan daftar kuliah di Melbourne ya?"
Arilla mengangguk.
Galang tersenyum. "Kenapa lo enggak bilang, kalau lo sama dia pacaran?"
"Itu bukan hal penting." Arilla tampak merasa malu.
"Penting buat gue. Karna setelah tau soal itu, gue enggak akan lagi ngarepin lo." Dengan nada bercanda Galang menyahut.
Arilla tertawa. Menepuk bahu Galang. "Lo bisa aja."
Galangpun ikut tertawa. Meski dalam hatinya tidak demikian.
"Biar lo udah jadi pacarnya Aryan, kita masih temenan, 'kan?" tanya lelaki itu."Ya iyalah ... kok lo ngomongnya begitu sih?"
"Ya lo tau, 'kan, Aryan sama gue punya hubungan yang kurang baik. Takutnya akan jadi masalah kalo dia tau kita masih temenan."
"Enggak gitu Lang. Kita tetap jadi temen kok. Enggak ada yang berubah." Arilla tersenyum manis.
Galang hanya mengangguk. Sebenarnya ia merasa sesak saat mengetahui Aryan dan Arilla berhubungan.
"Gue kira, Aryan enggak bakal tertarik pacaran lagi," celetuk lelaki itu kemudian.
"Kenapa?"
"Yang gue tau, dia cukup lama enggak punya gebetan. Aryan terkesan nutup diri buat para cewek setelah putus sama mantannya."
"Kok lo bisa tau, Lang?" Arilla tak mengerti.
"Iyalah ... dulu gue sama dia satu SMP. Ya ... meski enggak pernah satu kelas. Yang gue tau, Aryan punya banyak penggemar. Lo tau kan, alesannya apa? Jangankan cewek, gue sebagai cowok aja ngakuin kok, Aryan tu punya fisik yang keren. Dia proporsional, tampan, dan terkesan cool gitu. Waktu dia deket sama seorang cewek, itu kayak hari patah hati satu sekolah, tau enggak?" Galang tersenyum geli sendiri.
"Masa' sih?" Arilla ikut tertawa.
"Beneran. Dan enggak lama masuk SMA. Katanya dia jadian sama cewek itu," lanjut Galang.
Arilla tersenyum. Yang dimaksud Galang pastilah Olivia.
"Aryan bukan tipe orang yang mudah takluk sama cewek. Tapi gue enggak heran kalo sekarang dia bisa jatuh cinta lagi. Karna ceweknya itu elo Rill."
"Apaan sih Lang? Lo bikin gue GR aja?" Arilla tertawa.
"Srius lho?" ujar Galang lagi.
"Cuman ya itu, Aryan agak temprament orangnya. Mudah emosi. Gue saranin, lo jangan suka mancing emosi dia. Bisa bahaya kalo dia marah." Galang seolah mengkhawatirkan Arilla.Gadis itu mengiyakan saja. Karna ia sudah tau benar tentang hal itu. Bahkan berkali-kali merasakan dan menyaksikan sendiri bagaimana Aryan bila sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...