( 32 ) YANG TERSAYANG 2

9K 347 34
                                    

Aryan mengelus kepala gadis itu. "Enggak Rill ... kamu salah. Titik terendah dalam hidup aku bukan saat putus sama Oliv. Tapi saat aku tau, kalau aku bukan anak kandung Papa aku," jawab Aryan.

"Apa?" Arilla tercekat. Terkejut mendengar itu. Ia menatap Aryan tak percaya. Lelaki itu tersenyum tipis. Menarik nafas panjang.

"Yaahh ... itulah kenyataannya." Aryan tampak sendu.

"Maksudnya? Kamu ...?" Kalimat Arilla terputus.

"Iya ... aku emang bukan anak kandung Papa. Tapi dia yang ngurus aku sejak aku bayi. Dia yang ngerawat aku. Dia ngasih namanya buat aku. Dia udah nganggap aku lebih dari anak kandungnya sendiri. Bahkan semua orang taunya aku anaknya Papa." Aryan tertunduk. Menyembunyikan gurat kesedihan di wajahnya.

Arilla terenyuh melihat ekspresi kekasihnya itu. Untuk sesaat suasana menjadi jeda. "Kamu tau sejak kapan?"

"Tiga tahun belakangan ini. Tak lama setelah aku masuk SMA. Papa pikir aku sudah cukup dewasa saat itu. Jadi dia sendiri yang ngasih tau aku. Dia enggak mau aku sampai tau dari orang lain. Karna dia pikir cepat atau lambat aku pasti akan tau."

"Aku setuju sama Papa kamu," komentar Arilla.

"Kamu benar. Awalnya aku emang syok. Aku marah, aku benci, entah sama siapa. Tapi setelah aku pikir-pikir ... aku harusnya bersyukur,  ada orang sebaik Papa yang bersedia menjaga aku. Dan aku sangat beruntung, orang seperti Papa yang menjadi ayah aku," jelas Aryan.

Arilla meraih tangan Aryan. Meremasnya lembut. Seakan ingin menguatkan.

Pemuda itu tersenyum. "Aku enggak apa-apa kok, Sayang."

Arilla tersenyum sendu. "Apa teman-teman kamu juga tau so'al ini?"

"Joshua, Choki, Raffi ... hanya mereka yang deket aja."

Arilla terhenyak. Ia ingat cerita Revina tentang Aryan yang lahir di Australia. Ia ingin menanyakan itu tapi takut Aryan makin sedih.

"Kamu pasti bertanya aku anaknya siapa," tebak Aryan.

Arilla tertegun. Menatap canggung pada Aryan. Pemuda itu malah tersenyum.

"Tenang aja Sayang. Orang tuaku juga orang baik kok. Saking baiknya, Tuhan begitu cepat ingin bertemu mereka."

Perasaan Arilla bergetar mendengarnya. Tak menduga Aryan mempunyai kisah lebih pahit dari dirinya.

"Ayah kandung aku sahabat baiknya Papa. Dan ayah sama ibu aku meninggal dalam kecelakaan mobil di Melbourne. Saat itu umur aku belum nyampe setahun. Sebelum meninggal, almarhum ayah aku menitipkan aku sama Papa. Jadi Papa yang menjadi ayah aku menggantikan mereka," kisah Aryan. Matanya tampak berkaca.

Ini pertama kali Arilla melihat Aryan hampir menangis seperti ini. Gadis itu ikut merasa perih. Mengusap pundak Aryan lembut.

"Aku turut berduka Yan," ucapnya ikut merasa sedih.

Aryan memaksakan bibirnya tersenyum. "Dan saat ini, kamu yang paling berpotensi ngejatohin aku ke titik terendah itu lagi."

Arilla mengernyitkan dahi. "Kenapa?"

"Karna enggak akan ada yang bisa nyakitin aku selain kamu sekarang," jawab Aryan.

Arilla tertegun mendegarnya.

"Jangan lakuin itu ya?" Aryan mengecup tangan gadis itu.

Arilla tersenyum bimbang. Kembali menyandarkan kepalanya ke pundak kesayangannya. Mana mungkin dia berniat menyakiti Aryan.

"Kamu mau liat foto mereka?" tanya Aryan tiba-tiba.

Arilla mengangguk. Cukup penasaran juga dengan wajah kedua orang yang sukses memilikki anak setampan Aryan.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang