Arilla turun dari boncengan Aryan. Pemuda itu mengajaknya ke taman kota. Tempat itu agak sepi, karna biasanya hanya ramai pada malam minggu saja. Pedagang yang mangkal pun hanya beberapa.
"Cepetan bilang kegue! Ngapain lo maksa gue ke sini? Pakek datang ke rumah gue segala lagi! Akting lo di depan nyokap gue bikin gue mual, tau enggak?" Arilla langsung mengomel saat tiba di sana.
Aryan membuka helmnya. Tanpa peduli omelan Arilla, pemuda itu malah ngeloyor pergi menuju sebuah bangku taman.
"Duduk dulu baru ngomong!" serunya pada Arilla yang masih berdiri di tempatnya turun.
Dengan kesal gadis itu menghampiri Aryan, kemudian duduk di sampingnya.
"Ada apa sebenernya lo ngajak gue kesini? Bukannya masalah kita udah selesai ya?" tanya Arilla lagi. Kali ini dengan nada datar tanpa emosi.
Aryan tak langsung menyahut. Ia bingung harus memulainya dari mana.
Arilla menatap heran. Karna tiba- tiba Aryan malah terlihat salah tingkah.
"Heh!" Arilla menepuk kasar pundak pemuda itu. "Lo ngapain ngajak gue ke sini? Malah diem?" Gadis itu mulai gusar.
"Mmm ... gini, sebenernya gue ... maksudnya Bokap gue ... itu pengen ... mm ...." Kalimat Aryan terhenti.
Arilla makin bingung. Apalagi melihat Aryan yang lebih bingung darinya. "Apaan sih? Kalau enggak ada apa-apa, mending gue pulang!"
Arilla bangkit. Namun cepat Aryan menarik tangannya.
"Tunggu, tunggu!" cegah Aryan.
"Sebenarnya ... gue pengen minta maaf sama lo ...." Akhirnya kalimat yang menyebalkan itu keluar juga dari bibir Aryan.
Arilla melongo. Ia ingin memastikan kalau tadi tidak salah dengar. "Apa? Coba diulang! Gue enggak denger," ujarnya memancing.
Aryan mendelik kesal. Dia tau Arilla sengaja mengerjainya. "Gue ... minta maaf sama lo!" Dengan suara yang lebih keras, Aryan mengulangi kalimatnya meski tampak tak ikhlas.
Arilla mangut-mangut. "Minta maaf buat kesalahan lo yang mana ya? Dosa lo ke gue kan banyak banget tuh? jadi gue enggak tau harus maafin yang mana dulu."
"Lo emang nyebelin banget ya jadi cewek? Gue minta maaf baik-baik tapi lo tetep aja nanggepinnya nyebelin." Aryan protes.
"Eh, denger baik-baik ya Yan! Apa yang udah lo lakuin ke gue itu JAHAT. JA ... HAT!" Arilla menirukan dialog salah satu film terkenal Indonesia.
"Dan sekarang, lo dengan entengnya minta maaf sama gue. Setelah selama itu? Hellooo ... kemarin lo kemana aja?" Arilla berujar dengan gaya judes habis-habisan.
Aryan geram. Ingin rasanya menampar mulut Arilla yang tampak meruncing itu. Tapi ia harus bersabar saat ini. Itu demi kelangsungan hidupnya kedepan. Ya, karna bila motornya disita Ayahnya, bisa-bisa ia naik ojek tiap hari.
"Iya ... gue tau gue emang jahat. JA ... HAT." Aryan menirukan gaya Arilla bicara barusan. "Tapi gue nyesel udah ngelakuin semua itu. Sumpah, gue nyesel."
Melihat gelaganya, Arilla menjadi curiga. Jangan-jangan Aryan menyimpan maksud terselubung kali ini. "Lo ... enggak punya niat macem- macem 'kan sama gue?" Matanya memincing penuh waspada.
"Macem-macem apaan? Lo enggak bisa liat apa, gue minta maaf dari lubuk hati yang paling dalam?" kilah Aryan melebay.
Arilla tersenyum kecut.
"Setelah semua yang udah lo lakuin ke gue, enggak mungkin gue bisa percaya sama lo semudah itu.""Eh, Rill, harusnya kejadian kemaren udah bikin lo sadar ... kalau gue ini cowok yang baik. Karna kalau gue mau, saat itu bisa aja gue ngapa-ngapain lo di kosan Choki. Enggak akan ada yang bisa ngehalangin gue. Lo emang enggak tau balas budi ya, jadi orang?" Aryan mengungkit-ngungkit jasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...