( 64 ) TAK AKAN BERUBAH

5.5K 241 49
                                    


Arilla duduk di ruang tamu seorang diri. Rumah ini sepi, meski dihuni oleh banyak orang. Ayah dan Ibunya sedang cek-up ke rumah sakit. Mbok Sami dan seorang asisten rumah tangga lainnya beristirahat di kamar mereka yang berdekatan dengan dapur. Sementara Aryan, lelaki itu selalu sibuk di kamarnya yang berada di lantai dua.

Aryan jarang sekali turun ke bawah. Kadang untuk makan saja, Mbok Sami yang akan mengantarkan ke kamarnya. Arilla juga tidak tahu apa yang dilakukan Aryan sepanjang hari di lantai atas. Dia belum pernah iseng naik ke sana sejak tinggal di rumah itu. Lantai dua seakan menjadi daerah pribadi Aryan yang tak bisa dilanggar oleh siapapun.

Pun sebaliknya, Aryan juga tak pernah menginjakkan kakinya lagi di kamar Arilla yang ada di lantai dasar. Seakan tempat itu merupakan daerah terlarang baginya.

Arilla merasa hubungannya dengan Aryan mejadi canggung ketika mereka berada di rumah. Gadis itu jadi teringat peristiwa tadi pagi, saat Aryan begitu kesal saat Arilla memanggilnya dengan sebutan Kakak. Padahal gadis itu hanya bergurau.

Sebenarnya Arilla sangat merindukan saat-saat kebersamaannya dengan Aryan sebelum ini. Ketika semua masih terasa normal. Masih dengan keadaannya yang normal. Ya, Arilla memang menyadari, dirinya berbeda. Kondisi psikologisnya memang sudah berubah sejak kejadian mengerikan itu. Bahkan ia sering berpikir bahwa dia sudah tak normal. Sudah ternoda meskipun kesuciannya masih utuh, tapi tetap saja ia merasa tubuhnya telah dijamah lelaki lain, padahal sebelumnya hanya Aryanlah satu-satunya lelaki yang pernah menyentuhnya seintim itu.

Arilla mengangkat wajahnya. Menatap lantai dua rumah itu di mana sekarang Aryan berada. Meski mereka hanya terpisah jarak satu lantai, rasanya seolah mereka berada antara Jakarta-Melbourne saja.

Arilla merasakan hubungannya dengan Aryan tak sama seperti dulu, tapi setidaknya ada satu hal yang membuat Arilla lega. Ibunya terlihat bahagia sekarang. Arilla sangat merasakan perubahannya. Ibunya tampak sangat bahagia, bahkan saat almarhum Ayahnya masih hidup, Arilla tak melihat Ibunya sebahagia sekarang.

Apa Ibunya lebih mencintai Om Ray dibanding Papa Yudha? Arilla tak mengerti. Melihat kebahagiaan Ibunya sudah lebih dari cukup untuk Arilla. Setidaknya, itu tujuannya menginginkan Ibunya menikahi Om Ray bukan?

Tiba-tiba ia teringat perkataan Aryan di mobil menuju sekolah kemarin.

Entah mengapa ia merasa semua ini bukan kebetulan. Apa Aryan benar-benar keliru dengan peekataannya, atau memang ada sesuatu yang belum Arillaketahu.

Gadis itu beranjak dari sofa tempatnya duduk, melangkah menuju kamarnya.

Dari lantai atas, Aryan tampak muncul dari balik sudut dinding. Menatap kepergian gadis itu.

Aryan paham, Arilla pasti merasa kesepian. Tapi tidak, Aryan tak bisa melakukan apapun bagi gadis itu sekarang. Karna walau bagaimana, di rumah ini status Arilla mau tak mau adalah sebagai adiknya. Dan Aryan tak mau berhadapan dengan gadis itu sebagai seorang Kakak laki-lakinya. Aryan tak mau mereka berdua terjebak dengan hubungan itu hingga melupakan perasaan mereka yang sebenarnya.

Ini memang sangat rumit. Sebenarnya keadaan ini sangat menyiksa. Aryan sudah ingin mengungkapkan pada Ayahnya, kalau ia ingin tinggal di apartemen saja. Itu hal yang sangat mudah, karna Ayahnya memiliki beberapa apartemen yang belum disewakan. Itu salah satu bisnis yang memang dijalani Ayahnya selama ini.

Tapi Aryan takut tindakannya itu akan membuat Arilla atau Ibunya tersinggung. Mereka bisa berfikir Aryan pergi dari rumah karna tak menyetujui pernikahan Ray dan Kirani. Sementara faktanya, Arilla memang anak kandung Ray.

"Gue yang bukan siapa-siapa. Gue orang asing di sini." Seringkali pikiran kekanak-kanakan Aryan itu muncul menyeruak. Tapi selalu ia tepis. Karna ia tahu, Ayahnya sangat mencintainya seperti putra kandung sendiri.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang