( 12 ) RUSUH 2

2.8K 193 16
                                    

"Tutup mulut lo! Harusnya lo malu menyebut diri lo sebagai laki- laki. Lo enggak tau kan, apa yang udah dilakuin temen lo si Julio ke Arill di pesta waktu itu? Ha? Dan itu semua karna lo yang nyuruh dia buat datang sama si Julio!" Galang mulai tak sabar.

Aryan tersenyum sinis. "Cewek kayak dia pantes menerimanya."

"Bangsat lo, yan!" Galang melayangkan pukulan ke wajah Aryan yang membuat seterunya itu terhempas dan hampir terjatuh.

Tak terima, Aryan langsung mengarahkan tendangannya pada Galang yang membuatnya roboh ke belakang.

Aryan menyongsong tubuh Galang yang masih terbaring kesakitan. Mengangkanginya dan siap kembali menghajar, namun cepat Galang mencekik lehernya.

Kedua lelaki itu bergumul di pinggiran aspal. Saling tindih satu sama lain dan saling jual beli pukulan.

Namun tiba- tiba sebuah mobil berhenti di sana. Raffi keluar dari kendaraan itu tergesa- gesa melihat perkelahian kedua lelaki itu.

"Stop stop!" Cepat ia memisahkan mereka.

Namun ternyata tak semudah yang Raffi pikir. Aryan dan Galang sulit untuk dilerai. Saling ganyang dan tak ada yang peduli dengan kehadiran Raffi.

"Astagaaa ... ni anak pada rebutan apaan si?" Raffi tampak kewalahan.

"Udah cukup! Yan! Udah!" Raffi kembali menengahi. Mendorong Aryan dan Galang agar mereka terpisah.

Namun Baik Aryan maupun Galang masih belum puas. Berusaha meraih satu sama lain di antara Raffi yang memisahkan mereka.

"Stop gue bilang!!" hardik Raffi makin kesal. Menjambak rambut belakang Galang dan Aryan dengan kedua tangannya hingga kepala keduanya menengadah dan meringis kesakitan.

Galang dan Aryan akhirnya berhenti. Masing- masing memegangi rambutnya yang dijambak Raffi. Keduanya terengah kelelahan setelah pergumulan itu. Namun mata mereka masih saling mengancam.

Raffi menatap keduanya bergantian.

"Kalian apa- apaan si? Ha? Kayak anak kecil, tau enggak?"

"Bilangin temen lo Raff! Jangan jadi banci!" sahut Galang.

Aryan bersiap mengganyang kembali mendengar ucapan Galang. Namun dengan gesit Raffi merengkuh tubuh sahabatnya itu.

"Diem lo! Lo yang banci! Main jegal enggak jelas!" balas Aryan ngotot.

"Udah udah ... gue bilang udah!" sergah Raffi.

Galang menepuk- nepuk bagian tubuhnya yang kotor.

Sementara Aryan masih terengah menahan luapan emosinya.

"Lang, mendingan lo cabut sekarang juga!" pinta Raffi pada Galang.

Galang tak menyahut. Namun ia menuruti perintah Raffi. Pemuda itu segera menuju ke motornya meski sekali- kali masih melirik Aryan dengan kesal.

"Lo apa- apaan si Yan? Ngapain pakek gulet di jalanan kek gini?" Raffi tak habis pikir.

"Dia yang jegal gue! Emang dasar sarap tu anak!" Aryan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Apa masalahnya si? Ha? Biasanya Galang enggak kayak gitu?" Raffi heran.

"Sok bela- belain si Arill! Dia pikir dia siapa? Huh?" Aryan bersungut geram.

Raffi hanya menggeleng- geleng kepala. "Ya udahlah ... ayo pulang!" Ajaknya kemudian.

****

Aryan menemui Ayahnya yang menunggu untuk makan malam bersama. Sungguh hal yang tak biasa. Karna jarang sekali Papanya meminta hal ini. Pasti ada yang istimewa, pikir Aryan.

ARYAN (tamat) Lengkap ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang