Aryan termenung di pinggiran kolam renang rumahnya. Bersandar di kursi
Santai. Sesekali nafasnya terdengar berat. Seakan ada beban yang sedang ia pikul."Apa gue semenyebalkan itu ya? Sampe Arill lebih milih ngegampar gue ketimbang cium gue?" renungnya tak habis pikir.
Peristiwa di ruang ganti tadi pagi terus membayangi pikirannya. Bagaimana ia begitu bernafsu ingin menjatuhkan harga diri Arilla, namun justru dirinya sendiri yang kehilangan harga diri.
Bagaiman tidak? Arilla lebih memilih menampar pria setampan dirinya dan berani ambil resiko foto- fotonya tersebar dari pada harus menciumnya. Aryan sungguh tak mengerti. Padahal lelaki itu sudah beberapa kali memergoki wajah Arilla yang tampak terpesona oleh ketampanannya. Dan gadis itu masih so' jual mahal? HAH!! Aryan makin frustasi di buatnya.
Ia ingat bagaimana ekspresi kemarahan gadis itu. Matanya yang menyala, dan bibir gemetarnya. Harga dirinya terasa dihempaskan, saat Arilla dengan jelas menolak saat Aryan akan menciumnya. Padahal Aryan melakukannya dengan perasaan.
Aahhh ... Aryan sangat kesal. Kenapa dia begitu tertarik dengan wajah ketakutan Arilla? Kenapa dia merasa terbakar melihat gadis itu dibawa Galang di pesta Kania? Apa mungkin dia merasa cemburu?
Aryan memijit- mijit keningnya. Arilla tak bisa diremehkan. Gadis itu benar- benar telah mengobrak- abrik perasaannya.
"Enggak. Enggak mungkin gue suka sama dia." Aryan menolak mentah- mentah saat pikiran seperti itu melintas dalam benaknya.
*****
Hari ini sungguh beda dari biasanya. PUTRA BANGSA yang biasanya tenang tiba- tiba menjadi riuh. Di papan pengumuman sekolah para murid berjubel sangat padat. Seakan ada seseorang yang sedang bagi-bagi eskrim gratis dan mereka berebut satu sama lain.
"Gilaaa ... apa-apaan nih?"
"Astagaa ... mereka udah gila apa?"
"Ini Aryan kan? Maygad ... beneran ini Aryan!"
"Ni cewek siapa sih?"
"Dasar perek. Cihhh!"
Suara mereka riuh rendah bersahutan. Ada yg mengumpat, mencibir hingga sumpah serapah tak terelakkan.
Arilla yang baru tiba di sekolah terlihat heran. Semua mata serasa memandang padanya dengan tatapan jijik, bahkan seorang siswa tak segan menggodanya.
"Rill ... mau doong ... muachh ...," seloroh itu disambut sorak sorai siswa lain.
"Ada apaan sih? Kok mereka pada ngeliatin gue kayak gitu?" gumamnya merasa bingung.
Tiba di depan papan pengumuman, Arilla melihat siswa siswi berjubelan. Mereka terlihat heboh dan berisik. Hal itu membuat Ariilla penasaran. Tidak biasanya hal seperti ini terjadi. Dengan susah payah ia ikut berdesak-desakan menerobos kerumunan itu untuk melihat apa yang jadi pusat perhatian mereka. Seperti menembus labirin manusia dengan rasa ingin tahu yg luar biasa.
"Astagfirullaahhh ...!" Arilla merasa jantungnya melorot hingga ke perut, setelah ia melihat sendiri apa yang ada di papan pengumuman itu.
Foto- fotonya bersama Aryan terpampang jelas disana. ya, foto- foto yang membuat semua siswa bergidik. Karna di sana mereka bisa melihat dengan rinci, dari mulai saat Aryan memeluk hingga mencium Arilla.
Mata Arilla terbelalak. Seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Nafasnya tiba- tiba terasa sesak. Tanpa menunggu pingsan terlebih dulu, gadis itu langsung mencopot semua foto- foto vulgar itu. Meskipun dengan rasa malu yang tak bisa terlukiskan lagi.
Huuu ....
Sorak sorai siswa siswi di tempat itu membuatnya serasa terhempas. Dengan mental yang masih tersisa Arilla keluar dari kerumunan. Ia merasa kehilangan muka dan harga diri. Malu, kaget, dan gugup bercampur jadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN (tamat) Lengkap ✅
Teen Fiction18+ Mengandung adegan kekerasan, hotkiss, vulgar. Yang di bawah umur tidak dianjurkan untuk membaca. Cerita pasaran tentang benci jadi cinta. Ini cerita pertama gue di wattpad. Aryan. Cowok dingin dan arogan yang bertemu gadis judes bernama Arilla...