Eyo , vote nya yok
💕💕💕
"Zen, lo kok bisa sih kepikiran kayak gitu hah? Becanda sih boleh tapi ga harus yang kayak gitu lah " omel Jeno
"Ya abisnya gue gabut jen. Gue juga ga tau kalau akhirnya akan begini " Zena masih menangis.
"Udah lo tenang dulu Zen. Nanti kita bicarain baik-baik sama Chenle dirumah ya " kata Haechan mencoba menenangkan Zena
Mereka kini sedang berada di ruang musik. Zena telah menceritakan semuanya dari awal tanpa mengurangi atau melebihi apapun.
Jaemin sedari tadi hanya diam. Ia masih memikirkan Chenle. Bagaimana bila lelaki itu marah dan menuduhnya merebut kekasihnya. Lalu ia diusir dan kembali ke jalanan.
Bukan, Jaemin bukan takut melarat. Tapi yang ia pikirkan adalah Jisung. Ia tak ingin bila adik yang teramat ia sayangi itu kembali merasakan pahitnya dunia dan kerasnya hidup di jalanan.
Suasana ruangan kembali hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing dan Zena terus saja terpikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk. Terutama tentang nasib keluarganya yang berada di tangan keluarga Chenle.
ting tung ting tung... ting tung ting tung..
Dering ponsel dari saku Zena bergetar. Dengan segera ia merogoh saku roknya dan melihat nama yang tertera di layar hp nya itu
Zena membelalakan mata ketika melihat siapa nama orang yang menelphonnya.
"Siapa Zen?" Tanya Renjun yang menyadari perubahan raut wajah Zena
"Tante Ziu " ujar Zena sambil menatap mereka semua
"Ya udah angkat aja Zen " Jeno
Zena segera menggeser tombol berwarna hijau itu dan tak lama terdengar suara dari sebrang sana
"zena , kamu dimana nak?" Tanya Ziu dengan panik
"Zena lagi di sekolah tante. Kenapa ya ?" Tanya Zena dengan sedikit was-was. Pasti ini menyangkut tentang Chenle
"chenle zena.. hiks " Ziu mulai menangis. Suaranya terdengar terisak-isak
"Chenle kenapa tante? Dia udah sampai rumah kan?" Zena mulai panik
"chenle masuk rumah sakit ."
"APA?" Zena terlonjak kaget
"kamu bisa ke rumah sakit sekarang ga? "
"Iya tante. Ini kebetulan juga udah mau bel. Zena kesana sekarang. Kirim aja lokasinya tante "
"iya. Terimakasih nak "
Tut
Panggilan berakhir dan Zena kembali menangis terisak
"Zena lo kenapa?" Tanya Haechan
"Chenle masuk rumah sakit hikss ini salah guee hikss " Zena menangis semakin menjadi-jadi
"Zena tenang ya, mending sekarang kita ke rumah sakit untuk melihat keadaan Chenle. Semoga saja Chenle bisa segera baik-baik saja " Renjun
Mereka semua pun bergegas untuk pulang. Bel sekolah juga sudah berdering jadi tidak ada sesi bolos bagi mereka.
💕💕💕
Ziu mendatangi ruang dokter dengan hati gelisah. Air mata masih terus mengalir ke pipinya.
"Silahkan duduk bu" ujar dokter ber nametag Kim Minseok itu
Ziu segera duduk dan bersiap mendengarkan ujaran dokter selanjutnya
"Jadi begini bu. Setelah kami periksa, anak ibu mengalami gagal jantung. Bila tidak segera mendapat donor jantung. Maka- "
Dokter Kim menggantungkan ucapannya
"Maka apa dokter?"
"Maka anak ibu tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Untuk pasien yang di diagnosa menderita kerusakan jantung dari sejak bayi, sangat luar biasa bila ia bisa bertahan sampai saat ini."
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya dokter. Berapapun biayanya akan saya bayar asal anak saya bisa selamat"
"Kami akan usahakan bu. Tetapi ada permasalahan lain. Yaitu perlu adanya pendonor jantung untuk anak ibu."
"Maksud dokter, disini kehabisan stok jantung? "
"Sangat sulit untuk mendapatkannya bu. Kami akan usahakan sesegera mungkin. Kita hanya punya waktu sampai besok."
Ziu sangat syok mendengar hal itu. Ini artinya anaknya sedang berada diantara jurang hidup dan mati.
"Saya usahakan dokter. Tapi tolong selamatkan anak saya "
----
Zena berlari menuju ke arah ruangan yang diberitahukan oleh resepsionis diikuti gerombolan anak laki-laki dibelakangnya
Dan kini mereka berdiri di ambang pintu ruang gawat darurat. Dari pintu kaca itu, mereka dapat melihat dengan jelas seorang Zhong Chenle yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis di tubuhnya.
"Chenlee maafin aku hiks " Zena kembali menangis. Ia merasa teramat bersalah saat ini. Bagaimanapun semua ini berawal karena dirinya.
"Zena" ujar seorang wanita yang tak lain adalah Ziu
"Tante" lirih Zena
"Tante perlu bicara empat mata sama kamu" ujar Ziu sambil menggandeng tangan Zena untuk menjauh dari The Dream
"Chenle sebenarnya sakit apa sih?" Tanya Haechan
"Gue juga ga tau." Jeno
"Kita berdoa aja semoga Chenle bisa cepet sembuh. " Renjun
"Eh Jaemin mana dah? " tanya Jeno
"Tuh dia " tunjuk Renjun ke arah Jaemin yang kini berjalan ke arah mereka
"Kenapa?" Tanya Jaemin
"Dari mana lo?" Jeno
"Dari kamar mandi. Ee guys, gue mau jemput Jisung dulu ya . " ujar Jaemin
"Lah bukannya biasanya bareng sama Mark ya ?" Haechan
"Nanti bang Mark suruh kesini aja. Kalau Jisung mau gue anter pulang. Nanti gue balik lagi kesini " ucap Jaemin
Mereka semua hanya mengiyakan ujaran pria itu dan kemudian Jaemin segera melangkah pergi
Beberapa langkah ia menajuh dari ruang UGD, Jaemin menatap sekitarnya dengan pandangan sendu.
"Entah kenapa dunia kini malah terlihat indah"
Dan tak lama air mata mulai lolos dari matanya entah karena alasan apa.
.
.
.
.
.Terimakasih sudah mampir :)
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...