Vote dan komen dulu yuk ...
.
.
.
.•••
Lagi dan lagi rumah sakit menjadi pilihan akhir untuk sebuah pembuktian tentang ikatan hubungan ibu dan anak itu.
Tinggal menunggu hasil. Seulgi terlihat begitu cemas. Jujur hatinya berbunga-bunga saat ini. Bertahun-tahun ia hidup dalam penyesalan dan duka namun kini ia diberi kesempatan untuk memperbaikinya.
Namun, hasilnya tentulah belum pasti. Karena itu ia terus gelisah dengan Jisung yang ada di sebelahnya .
'Ibu jika Jisung beneran anak ibu. Jisung minta maaf ya?'
Seulgi terheran dengan perkataan Jisung "Kenapa begitu sayang?"
'Maaf karena ibu harus punya anak yang cacat seperti Jisung'
Hati Seulgi rasanya begitu sakit , ketika ia mengingat bagaimana Jisung selama di sekolah dulu. Jujur Seulgi tak terima Jisung diperlakukan seperti itu.
Pasti pria lucu ini mengalami banyak hal sulit sebelumnya dan Seulgi merasa tak sanggup jika membayangkannya.
"Kamu bukan cacat tapi spesial. Bagi mama,... kamu adalah malaikat"
Zena, Chenle dan pria bermantel hitam itu hanya bisa melihat dengan haru dan berharap mereka berdua bisa bahagia.
Jika mesinnya tidak rusak sudah dipastikan bahwa mereka adalah ibu dan anak. Zena bisa menjamin semua itu.
...
Ya, Zena turut serta ada disini. Ia sedari tadi hanya menyimak dan tak mau menceritakan apapun dulu hingga semua anak dream telah berkumpul.
"Zen please lah ceritain semua. Kenapa lo bisa tau? Dan nih si pria item-item ini orang suruhan lo kan?"
"Ck kan udah gue bilang besok aja pas anak dream kumpul. Ga sabaran banget elah" omel Zena
"Tapi-"
"Ibu Seulgi?"
Seorang ber jas putih yang tak lain adalah dokter kini menghampiri mereka.
"Ini hasil tes kalian."
"Terimakasih dokter" Seulgi
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi"
Setelah kepergian sang dokter , Seulgi segera membuka map tersebut dan membaca kata demi kata itu.
"Bagaimana tante?" tanya Chenle
Seulgi tak menjawab. Namun selang beberapa menit, Ia langsung memeluk Jisung dengan erat. Sudah bisa dipastikan jika hasilnya Jisung memang adalah anak dari Seulgi.
"Jisung, ini mama.. Ini mama nak ibu yang telah melahirkanmu" tangis Seulgi pecah seketika. Ia bahagia benar-benar bahagia
Jisung menitihkan air mata dan menangis dalam diam. Ini yang ia inginkan sedari dulu. Pelukan hangat seorang ibu yang ia nantikan sedari lama. Jisung bahagia ia benar-benar merasa bahagia.
Mereka melepaskan pelukannya dan saling bertatapan beberapa saat.
'Jisung bahagia karena orang baik seperti mama adalah ibuku' ucap Jisung dengan gerakan jarinya.
"Mama bukan orang baik nak. Tapi mama akan berusaha menjadi mama terbaik untuk kamu "
'Jisung sayang mama'
"Mama juga"
🔅🔅🔅
Rumah tua milik Donghae kini terasa ramai oleh kehadiran ketujuh bersaudara ini.
Mereka berkumpul lagi setelah sekian lama dan berbagi banyak cerita seolah tak ada hari esok lagi.
Chenle senang tentu saja. Ia benar-benar merindukan saat-saat ini.
"Ini Zena mana dah?" tanya Renjun yang sudah duduk santai dengan secangkir teh di tangan. Pastinya ia membuat sendiri, tamu yang mandiri memang.
"Tunggu bentar lagi. Paling nanti dia datang" ucap Jaemin.
Chenle yang baru selesai mandi memperhatikan saudara-saudaranya yang sedang asik bercengkrama.
Mereka terlihat begitu bahagia. Wajah mereka berseri dan terlihat sehat. Tidak ada lagi ekspresi letih bahkan pakaian mereka terlihat begitu luar biasa bagusnya.
Chenle tersenyum bahagia melihatnya.
"Chenle, gimana kabar lo? Sudah mengabil keputusan untuk tinggal bersama siapa? " Mark bertanya setelah melihat Chenle berjalan ke arah ruang tamu.
"Kabar gue baik. Untuk tempat tinggal, gue memilih untuk tinggal disini saja. Jika gue merindukan kalian pasti gue akan berkunjung " jawabnya
"lo yakin? Lo sendirian lho masalahnya" Jeno
"Iya santai aja. Gue bukan anak kecil lagi kok. Calm down ma bro"
Obrolan mereka masih terus berlanjut, hingga ketukan pintu membuat atensi mereka teralihkan
"Gue buka dulu"
Chenle segera melangkah untuk membuka pintu dan kini didapatinya seorang gadis dengan pria bermantel hitam yang masih misterius bagi mereka.
"Lama banget. Yuk buruan masuk"
.....
Mereka semua telah berkumpul di ruang tamu. Bersiap untuk mendengarkan semua penjelasan dari mulut sang gadis yang beberapa waktu lalu sempat mereka benci.
"Udah semua kan disini? Langsung cerita aja ya biar cepet.
Jadi begini kisahnya.....
......
........
...........
.............
................Zena mendengarkan dengan seksama seluruh rekaman yang ada di alat yang ia tempelkan di baju sang ayah beberapa hari lalu.
Gadis itu mengeram kesal. Bagaimana mungkin ayahnya turut terlibat pada hal ini.
Tak ingin berdiam diri saja , zena harus membersihkan nama ayahnya sebelum semua terlambat.
Ia kemudian mengambil sebuah peti kayu yang dikunci dengan gembok kuat.
Tentu saja gadis itu memiliki kuncinya. Maka dengan segera ia membukanya.
Diambilnya beberapa lembar kertas dan dibacanya dengan seksama.
" aku harus menemukan mereka. " tekadnya.
...
Selama di sekolah zena juga banyak mengawasi anak dream. Ia bahkan tak jarang menguntit untuk tau apa saja yang mereka lakukan diluaran sana.
Tidak ada alasan khusus. Ia hanya ingin melindungi mereka dari seseorang yang berniat jahat.
Benar saja, orang jahat itu kini ada di depan matanya.
Ya zena melihat sendiri bagaimana seorang pria tampan dengan setelan jas rapi dan juga kaca mata hitam itu memberikan sejumlah uang kepada seorang pemilik gedung yang belum rampung itu.
Pria tampan itu baru saja menyuapnya. Dan tak lama setelah kejadian itu, the dream datang dengan wajah penuh binar. Mereka tidak tau jika semua ini sudah direncanakan.
Zena merekam semuanya. Bahkan ia juga melihat bagaimana pria tadi tersenyum ketika melihat keringat yang bercucuran di wajah tampan ketuju bersaudara itu.
"ku harap setelah ini, kau bisa ku hancurkan Jaehyun ."
.
.
.
.
.Ga cukup lanjut part 2
Jangan lupa vote dan komen ya ..
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...