Ayo Pergi!

268 43 0
                                    

Vote dan Komen dulu lah ya !
.
.
.
.

"owekkk owekkkk owekkk "

Tangisan bayi itu semakin menjadi ketika pagi telah tiba. Ia yang berada dalam dekapan bundanya terus saja merengek entah karena apa.

Popoknya tidak penuh dan ia juga baru saja meminum susu, namun entah mengapa ia masih rewel

"Ma, boleh aku menggendongnya?" ijin Chenle pada Yeri. Ya, Yeri menginap disini semalam

"Tentu saja, semoga ia bisa menjadi lebih tenang" ucap Yeri yang kini menyerahkan putrinya

Chenle menggendong adiknya dengan hati-hati. Ah rasanya mengasyikan. Ini pertama kali dalam hidup Chenle menggendong bayi.

"Timang-timang perlahan agar dia merasa mengantuk" ujar Yeri yang langsung diikuti oleh Chenle.

Ajaib, Yena si bayi mungil itu kini mulai berhenti menangis dan memejamkan matanya.

"Syukurlah Yena sudah tenang. Kalau begitu mama akan memasak. Tolong jaga Yena sebentar ya Chenle?"

"Siap ma" ucap Chenle dengan berbisik, agar tak mengganggu tidur si adik.

Yeri segera melangkah ke dapur dan memasak makanan sederhana berdasarkan bahan bahan yang tersedia.

"Mama, ini koper siapa?"

Yeri yang hendak mencuci piring menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah sang anak.

"Punya mama"

"Hah? Mama mau pindah rumah?" tanya Chenle dengan nada yang cukup tinggi, hingga membuat pergerakan pada sang adik

"Eh sth sth sthh " Chenle kembali menimang-nimang si adik agar kembali terlelap.

"Kemarin mama memang berniat kabur. Tapi taksi tak kunjung muncul hingga hujan deras tiba-tiba mengguyur dengan derasnya."

"Tapi kenapa?"

"Sebelumnya, ayo kita tidurkan Yena di kamar. Setelah itu mama ceritakan semuanya"

....

Ibu dan anak tanpa hubungan darah itu kini duduk berhadapan di sofa ruang tamu.

"Jadi.. Mama sebenarnya ingin pergi dari kota ini. "

"Pergi? Kenapa?"

Yeri menghela nafas panjang. Dirasakannya dadanya begitu sesak ketika mengingat apa yang sudah terjadi. Hingga tanpa ia sadari air mata jatuh di pelupuk matanya.

"Mama tidak ingin tinggal disini lagi. Kota ini menyimpan terlalu banyak kenangan untukku. Pertemuan dengan ayahmu, jatuh cinta padanya, hingga kata-kata manisnya yang masih terus berputar di kepalaku. " Yeri mengelap sudut matanya yang mulai tergenang air mata.

"Tapi lebih dari itu, alasan mama ingin pergi, adalah untuk mencari ketenangan"

Chenle masih terdiam dan menunggu cerita ibunya hingga selesai.

"Kamu mungkin berpikir bahwa kakakku sangat menyayangi mama. Tapi .. " Yeri menggeleng dengan air mata yang mulai jatuh di wajahnya

"Tapi.. Dia bukanlah orang yang seperti itu. Ia mengacuhkanku Chenle. Aku harus mengurus bayi ku sendiri sedari aku mengandungnya. Aku rajin cek up sendiri bahkan ketika aku hamil besar, ia sama sekali tidak perduli.

Hanya wanita itu, wanita yang menjadi kekasihnyalah yang menjadi prioritas utamanya. Aku? Aku hanya alat yang ia gunakan untuk membenarkan semua prilakunya."

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang