Vote yuk
.
.
.
.Zena baru saja pulang sekolah. Ia tadi sempat melihat The Dream yang melangkah menuju ke halte bus. Ingin rasanya ia memberi tumpangan seperti biasanya. Namun tentulah sudah pasti ia akan ditolak mentah-mentah oleh anak-anak itu.
Akhirnya ia memilih untuk segera berlalu pulang karena hari pun sudah sore dan cuaca terlihat mendung. Mungkin sebentar lagi air hujan akan tumpah dari atas sana
Zena memilih untuk menghampiri sang ayah yang berada di perusahaan tempatnya bekerja.
Setelah ia menghadiri sidang orang tua The Dream, ayahnya tak pernah kembali ke rumah dan memilih tinggal di rumah milik perusahaan yang terletak tepat di belakang perusahaan tempat Daniel bekerja.
Alasannya ya karena sedang banyak projek yang harus ia kerjakan.
Zena tak senang mendengar hal itu. Bukannya ia tak senang bila sang ayah mendapat projek besar akan tetapi ia merasa ayahnya seolah menghindarinya untuk beberapa waktu ini. Entahlah, tapi Zena merasa demikian.
Tak berselang lama, mobil hitam milik Zena itu pun telah terparkir rapi di halaman kantor besar itu.
Dengan segera Zena melangkah turun dan melangkah memasuki sebuah gang yang cukup lebar yang berada di sisi kanan gedung perusahaan.
Tujuannya adalah melihat tempat tinggal sang ayah. Dulu ia sempat kesini bersama sang ayah untuk memberi dokumen penting pada karyawan yang menempati rumah itu dulu.
Zena memilih datang kesini untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Setelah apa yang terjadi pada ibunya, Zena terlihat menjadi gadis yang lebih waspada
Hanya butuh 10 menit dari tempat parkir untuk tiba di tempat ini. Sebuah rumah lantai satu yang diberikan kepada karyawan yang tinggal jauh dari lokasi perusahaan itu terlihat sepi dari luar.
Suasananya cukup asri disini meski bagian depan terhalang oleh gedung besar kantor itu. Ya bentuknya tak beda jauh dari sebuah kost-kost an yang berada di belakang rumah milik si ibu kost
Ada berbagai tanaman hias yang mempercantik halaman rumah minimalis namun terlihat mewah itu.
Zena tak langsung mendekati rumah yang ditempati sang ayah, akan tetapi ia memilih melihatnya dari jalanan yang dilaluinya tadi untuk memastikan situasi.
Ia menyenderkan tubuh sebelah kanannya pada dinding gedung tinggi itu, ia membiarkan sebagian tubuhnya tertutupi tanaman pucuk merah di depannya yang belum terlalu tinggi itu.
Ya mari kita sederhanakan kalau sekarang Zena sedang bersembunyi agar tak ada yang curiga padanya
Hampir 10 menit kembali berlalu, rumah itu benar-benar tampak sepi seperti tak berpenghuni. Zena juga mulai merasa keram akibat terlalu lama berdiri, sehingga ia memutuskan untuk langsung menghampiri rumah tersebut
Namun baru selangkah, tiba-tiba knop pintu bergerak dan perlahan mulai terbuka
Zena buru-buru kembali ke tempat persembunyiannya dan mengamati lagi siapakah orang yang akan keluar dari sana
Netra Zena membulat ketika ayahnya lah yang muncul bersama seorang pria yang sepertinya pernah ia temui.
Jarak yang cukup jauh membuat Zena tak dapat mendengar percakapan mereka. Zena hanya melihat kedua orang itu berjabat tangan lalu tak lama mulai berpisah.
Pria itu kemudian memasuki mobil mewahnya dan berlalu pergi.
Zena kemudian berjongkok ketika mobil itu lewat di sebelahnya. Semoga saya tanaman hias itu bisa membuatnya tersamarkan
"Oke, ini saatnya"
Zena segera leluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri sang ayah sebelum pintu itu tertutup kembali
"Ayah" ujar Zena
"Zena, kamu kenapa kemari hah? Cepat pulang!"
Zena kaget bukan main ketika sang ayah justru malah mengusirnya. Bukan ini yang harusnya terjadi. Harusnya mereka berpelukan untuk melepas rindu dan saling menanyai kabar bukan?
"ayah kok ngusir aku sih? Aku kangen ayah"
"Zena tolong jangan keras kepala, cepat tinggalkan tempat ini karena ayah ga mau terjadi apa apa sama kamu"
"Maksud ayah apa hah?"
Tiba-tiba suara mobil kembali terdengar
"Gawat dia kembali lebih cepat ternyata" ujar Daniel sembari menatap ke ujung jalan yang mengakses tempat ini
"Ayah, what happend ?"
" zena cepat masuk dan sembunyi di dalam . Cepat !"
" tapi-"
" tidak ada waktu lagi cepat zena !"
Daniel mendorong paksa anaknya untuk masuk ke dalam rumah. Benar dugaan daniel , orang itu kembali lagi
" aku berniat makan siang disini. Apa kau keberatan ? " ujar laki laki itu ketika turun dari mobilnya
" tentu tidak jaehyun , masuklah " jawab daniel dengan tenang . Menyembunyikan ekspresi keterkejutannya akibat kedatangan zena tadi
Mereka kemudian melangkah masuk ke dalam rumah minimalis itu dan mulai duduk di ruang tamu
" sebentar aku akan mengambil piring terlebih dahulu " ujar daniel ketika melihat makanan yang dibawa jaehyun hanya terbungkus oleh kertas minyak
" terimakasih "
Setelah itu daniel segera berlalu menuju ke dapur dan mengambil piring untuk jaehyun
" terlihat cukup natural ya daniel ?" ujar jaehyun pelan sambil melihat ke sekeliling ruang tamu dengan tatapan tajam dan sebuah seringaian
.
.
.
.
.
.
.
.Vote nya hehe :)
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...