Berdua

254 42 0
                                    

Vote dan Komen dulu yuk...
Ga kerasa udah chap 60 aja, 15 lagi menuju ending wkwkw
.
.
.


Lihatlah rumah yang kian terasa sunyi ini. Yang awalnya penuh canda tawa pada akhirnya hanya akan ada kesepian.

Kemana perginya semua keramaian itu? Mengapa kini hanya menyisakan rasa hampa . Jujur saja mereka rindu pada kebersamaan yang lama.

Jisung dan Chenle duduk berhadapan di ruang makan. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang menjadi suara yang tercipta.

Bukan makanan mewah. Mie instan yang dihiasi dengan telur goreng menjadi menu makan malam mereka saat ini. Hanya itu, namun sudah cukup rasanya.

Kepergian Jeno dan Mark sore tadi ke rumah Irene untuk persiapan pernikahan kedua orangtuanya membuat rumah ini kembali kehilangan penghuninya.

Mereka tentulah diajak turut serta. Namun mereka menolak dan lebih memilih berada disini . Alasannya tentu saja karena tak ingin merepotkan.

Satu persatu dari mereka telah menjemput kebahagiannya. Semoga saja keduanya juga bisa turut sama.

"Jisung, kalau lo ketemu sama ibu lo, kata apa yang mau lo ucapin?" tanya Chenle memecah keheningan.

Jisung menghentikn aktivitas makannya . Ia mengambil buku komunikasi miliknya dan menulis sesuatu

'aku bahkan tidak yakin jika ibuku akan menerima keadaanku'

Chenle yang membaca itu segera menggenggam tangan Jisung dan mencoba menyalurkan rasa nyaman.

"Jangan berfikir begitu. Gue yakin beliau akan menerima lo dan pasti bahagia banget pas ketemu lo"

Jisung mengangguk 'semoga'







🔅🔅🔅








Mencoba mengusir rasa sepi dan bosan, malam ini Jisung dan Chenle memutuskan untuk mengunjungi taman kota yang terletak tak jauh dari tempat mereka tinggal.

Liburan masih tersisa banyak. Tak apa jika sesekali menikmati liburan dengan bersenang-senang.

"Wah ramai juga malam ini" ucap Chenle sembari memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.

"Jisung, mau makan sesuatu?" tanya Chenle pada Jisung yang berada di sebelahnya

Jisung mengangguk ceria, lalu menulis sesuatu di buku komunikasinya

'aku ingin makan sosis bakar'

Chenle tersenyum, lalu mengusap pelan pucuk rambut Jisung "biar aku belikan. Kau tunggu saja di bangku itu. Ingat, jangan kemana-mana oke?"

Jisung mengangguk dan memberi hormat pada Chenle.

Yang lebih tua tersenyum gemas sebelum akhirnya ia melangkah pergi.

Jisung segera duduk di salah satu bangku taman sebelum tempat itu diduduki oleh orang lain.

Buku komunikasinya ia letakan di samping. Sebagai penanda bahwa tempat itu sudah ada yang punya. Siapa lagi kalau bukan untuk Chenle

Ia kemudian fokus melihat air mancur yang berada tak jauh darinya. Malam-malam begini ternyata begitu indah. Air itu terus saja berubah warna dengan ritme yang begitu menarik.

"Boleh duduk disini?"

Jisung menoleh ketika sebuah suara yang tak asing menyapu gendang telinganya

'eh bu seulgi ? Silahlan bu" ucap Jisung dengan bahasa isyarat pastinya

"Kamu sendirin saja?" tanya Seulgi yang tak lain adalah wali kelas Jisung ralat mantan wali kelasnya dulu saat pria ini masih SMP

'Saya bersama Chenle buk. Tapi ia sedang pergi berbelanja'

"Ah begitu rupanya. "

Seulgi kini menatap Jisung dengan penuh keragu-raguan . Jisung yang ditatap hanya mengerjap bingung. Dan hal ini terjadi cukup lama

"Selamat malam"

Suara lainnya membuat Jisung dan Seulgi menoleh. Didapati oleh mereka seorang pria dengan mantel hitam dan masker serta topi yang juga berwarna hitam berdiri tak jauh dari mereka

"Maaf mengganggu. Tapi sepertinya ibu Seulgi sedikit ragu? Ah biar saya jelaskan . Jisung adalah anak terakhir dari Johnny yang lahir pada 2 februari 2002 . Dipisahkan dari ibunya dan dibuang di desa pemulung saat berusia 1 minggu. Sedangkan ibu Seulgi, wanita terakhir yang dinikahi Johnny. Memiliki anak laki-laki yang harus menghilang karena diculik. Perlu bukti lebih kuat? Ayo tes DNA "

Jisung dan Seulgi sudah tentu saling tatap seolah bertanya benarkah semua itu?

Jujur saja Seulgi terkejut ketika ia tau bahwa anaknya masih hidup. Namun ia benar-benar tidak menyangka jika Jisung adalah putranya.

Begitu pula dengan Jisung yang secara tiba-tiba mendapat penjelasan bahwa wali kelasnya dulu adalah ibu nya? Ibu kandung?

Oh bisakah semua ini dipercaya?dan lagi siapa orang ini? Mengapa ia seperti tau banyak hal?

"Lo siapa sih sebenarnya?"

Itu suara Chenle yang sudah datang dengan menenteng tas plastik kecil.

Pria bermantel yang merasa ditatap oleh Chenle segera membungkuk sopan "saya orang suruhan ibu Zi-"

"BOHONG! Mereka tidak pernah menyuruh siapapun untuk mempertemukan kami dengan ibu kandung kami sendiri. Jadi jujurlah. Siapa sebenarnya lo?"

"Ah padahal sedikit lagi. Kamu tidak perlu tau siapa saya. Yang terpenting adalah, bertemunya kalian dengan ibu kalian. Itu kan yang kalian mau?"

"Gue berterimakasih karena lo udah mau repot-repot bantuin gue dan saudara-saudara gue. Tapi tetap aja , gue ga bisa percaya gitu aja kalau lo orang baik. Gue perlu bukti " pinta Chenle dengan penuh penekanan

"Dia orang baik kok" lagi-lagi seseorang hadir. Dan kini seorang gadislah yang bersuara

"Zena?"
.
.
.
.
.

Emm double up lho aku hehe

Vote yuk !

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang