Makam

495 38 0
                                    

Vote yuk!

Seperti biasa aku double up.. Baca part 71 dulu ya , sebelum chapter ini. Terimakasih :)
.
.
.
.

"Chenle.. Bangun.. Hey.. "

Suara berat namun lembut itu kini terdengar di telinga Chenle.

Ia yang tadi tertidur di ayunan taman kota, kini mulai membuka mata .

"Lah.. Jaemin?"

Chenle terkejut ketika dihadapannya kini didapatinya seorang Jaemin yang sedang tersenyum manis

"Gue minta maaf ya soal tadi. Harusnya sih kita ga kayak gitu ke lo. "

Chenle kemudian bangkit dan duduk di ayunan, seolah mempersilahkan Jaemin untuk turut duduk di sisinya.

"Gue udah maafin kok. Lagian, kalian emang berhak atas harta warisan itu." Chenle tersenyum tulus.

"Yang lainnya mana?" kini Chenle menatap sekitar, namun tak menemukan yang lainnya

"Mereka lagi dalam perjalanan kemari "

Hening.

Baik Jaemin maupun Chenle tak ada yang saling berujar kembali. Hingga segerombolan orang mulai hadir disini .

Siapa lagi jika bukan The Dream, Zena dan juga Yeri.

"Syukurlah, akhirnya kami menemukanmu Chenle" Yeri memeluk tubuh Chenle dengan erat

"Maafin kami ya Chenle , seharusnya kami tidak melakukan hal itu padamu. Apalagi kita ini bersaudara" Renjun

Chenle lagi-lagi tersenyum senang. Sungguh bahagia rasanya saat ini, ketika semua mungkin akan kembali seperti semula.

"Aku senang ternyata kalian masih memikirkanku bahkan rela mencariku subuh-subuh begini " haru Chenle

"Tentu saja kami harus. Karena kamu sangat penting Chenle" kini Jeno yang berujar

"Aku penting?"

"Tentu saja, bahkan kemanapun engkau pergi kami akan mencarimu" Haechan

Chenle mengernyit bingung. Ia mulai tidak paham dengan pembicaraan saudaranya ini

"Sebelumnya kami ingin meminta maaf dan berterimakasih padamu Chenle. Maaf karena perlakuan kami, dan terimakasih telah menjadi bagian dari kami " Mark

"Tunggu, maksud kalian apa? Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kalian bicarakan saat ini"

"Kami terpaksa mengirimmu ke tempat yang jauh Chenle " Jaemin

"Tapi kenapa?"

"Karena kamu mempersulit kami "

"Ta--"

Jlebb

"Jae..jae..min.. A..pa yang kau akh.. Lakukan?"

Tubuh Chenle bergetar hebat ketika dilihatnya sebuah pisau menancap tepat di jantungnya dan ia masih tak menyangka, jika pelakunya adalah Jaemin.

"Maaf Chenle, ini yang terbaik. Warisan itu hanya bisa dibagi rata, jika dirimu telah tiada " Zena

Chenle kini terduduk di ayunan yang menjadi tempatnya tidur tadi.

Setetes air mata jatuh membasahi pipinnya. Dadanya sakit dan perasaannya juga sakit.

Ia benar-benar kecewa

Jaemin tiba-tiba saja mendekat ke arah Chenle. Dengan senyuman manisnya, pria itu mulai menarik perlahan pisau yang menancap di dada kiri Chenle

"Jaemin.... kumohon ja...ngan cabut pi...saunya "

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang