Hai siapa ya yang akan dikuak sekarang?
Vote dan komen dulu yuk !
•••
Rumah ini telah ditinggalkan oleh salah satu penghuninya. Ia pergi untuk menjemput kebahagiannya dan menikmati waktu yang diberikan oleh Tuhan untuknya.Setelah kepulangan Jaemin mereka membantu kepindahan pria itu ke rumah barunya. Ya rumah Jisoo, ibu kandung Jaemin.
Setelah acara penjelasan dari semua kisah mulai dari pertemuan mereka, pertemuan dengan Johnny bahkan kasus Ziu serta kehidupan runyam mereka selama ini telah diceritakan. Termasuk bagaimana Jaemin bisa berakhir di rumah sakit dan mengapa ia bisa memiliki alat bantu dengar yang baru.
"Ayo makan malam dulu" Mark yang mendapat giliran memasak memanggil saudara-saudaranya yang sedang duduk di ruang tengah. Dengan televisi tua sebagai hiburan.
"Ayo" jawab Renjun yang langsung diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain.
...
Rasanya dejavu, dari 12 bangku yang tersedia, 6 diantaranya terisi dan satu kursi yang biasanya hangat telah dingin malam ini.
"Maaf ya cuma mie instan. Uang kita udah habis " ucap Mark
Ya, mereka memakai uang gaji bersama untuk membelikan Jaemin sebuah alat bantu dengar yang harganya tidak murah itu.
Tidak mengapa. Mereka iklas membelikannya. Semenjak kecelakaan yang menimpa Jaemin beberapa minggu lalu, rasa bersalah terus mengetuk hati mereka untuk melakukan hal ini.
"Ini aja udah cukup kok " ucap Jeno yang disetujui oleh yang lainnya. Mie instan itu enak dan mengenyangkan bukan? Hanya saja tidak sehat jika berlebihan.
"Jisung, jangan murung terus" Chenle yang duduk di sebelah Jisung menatap pria berwajah mungil itu dengan rasa iba.
Mereka semua tau penyebabnya.
Semenjak kepergian Jaemin , Jisung jadi lebih pendiam dan seolah tak ingin berkomunikasi dengan yang lainnya.
Mereka memang tidak ikut pindah ke tempat Jaemin. Bagi mereka rasanya itu terlalu merepotkan. Namun hal itu cukup membuat Jisung merasa kesepian karena ditinggal oleh orang yang telah bersamanya sedari kecil.
"Jisung harus ikut bahagia kalau kak Jaemin bahagia, Oke?" ucapan Mark langsung mendapat anggukan oleh Jisung . Meski sebenarnya ia cukup sedih akan hal itu.
"Kalau kita kapan ya bisa ketemu sama ibu kita?" ucap Haechan sembari menyeruput mie instan miliknya.
"Entahlah, berdoa saja semoga kita seberuntung Jaemin" Mark
Hening
Hanya suara seruputan yang terdengar di ruang makan itu. Hingga kini satu persatu dari mereka menandaskan mie dalam mangkuk mereka.
"Besok kita sekolah dulu kayak biasa. Siangnya kita bagi tugas. Ada yang kerja di kedai paman Taeil dan beberapa lagi bantu-bantu dipasar. Beberapa bulan lagi gue lulus. Cukup melegakan memang tapi itu artinya kita harus membayar uang spp serta biaya masuk SMA Jisung kan ?" ucap Mark selaku kakak tertua.
"Apa kita nge band lagi aja?" usul Chenle
Mark menggeleng "kita udah lama ga latihan. Alat-alat juga ga ada. Susah kayaknya . " jawab Mark
"Kayaknya sih cuma kerja serabutan yang bisa kita lakukan untuk bertahan hidup. " Jeno
"Ya udah gue beresin piringnya dulu ya. Kalian pada udahan kan makannya?" tanya Renjun yang mendapat tugas membersihkan piring
"Iya udah"
🔅🔅🔅
Haechan dan Renjun duduk di trotoar pinggir jalan raya. Mereka melamun dengan kedua tangan menumpu dagu.
"Kerja apa ya yang bisa ngasilin banyak duit?" tanya Renjun yang disertai hembusan nafas
"Hmm banyak sih"
"Apa?" tanya Renjun dengan mata berbinar
"Ngepet, nyolong, jual diri pilih mana?"
Plak
Renjun memukul kepala Haechan hingga membuat si empu kaget dan langsung mengelus kepalanya
"Sakit nyet "
"Yang bener aja, lo ngasih ide ngawur gitu"
"Ya kata lo ma-"
"Kalian perlu kerja?" ucapan Haechan terpotong oleh seseorang yang kini sudah berdiri di belakang mereka entah sejak kapan
"Om siapa?" tanya Haechan pada pria tinggi dengan mantel hitam itu.
"Saya hanya orang biasa. Maaf saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian tadi. Benar kalian perlu kerja?" tanya pria bermasker hitam itu
"Iya om. Kita perlu kerja untuk bayar uang sekolah"
"Saya ada pekerjaan untuk kalian"
"Apa om? Awas aja aneh-aneh ya" wanti-wanti Renjun sebelum kalimat Haechan tadi kembali terulang.
"Tidak kok. Kebetulan teman saya sedang mencari anak sekolah untuk membantunya mengerjakan dan mengecek beberapa tugas mahasiswanya"
"Tapi kami masih SMA om" jawab Haechan
"Tugasnya tidak sulit. Hanya menginput nilai di exel serta beberapa hal lainnya. Jika berminat saya akan mengantar kalian untuk bertemu dengan beliau. "
Haechan dan Renjun nmpak berunding .
"Gimana?"
"Iyain aja. "
"Kalau dia orang jahat gimana? "
"Ya udah mati kita"
"Heh gue belom nikah ya"
"Kayak ada aja yang mau sama lo"
"Sialan"
"Kita mau om" jawab Renjun yang tak perduli dengan umpatan Haechan.
"Ayo saya antarkan bertemu dengan teman saya" ajak pria serba hitam itu. Haechan yang melihatnya merasa gerah. Bayangkan saja sore hari yang sangat terik begini orang itu malah menggunakan pakaian serba hitam yang sudah pasti menyerap panas itu.
Mereka terlihat menyusuri jalan yang mulai sepi dari lalu lalang kendaraan yang begitu padat di jalan utama.
Hingga mereka berhenti pada sebuah rumah bertingkat di salah satu kawasan perumahan itu
"Ini tempatnya . Ayo bersenang-senang"
Renjun dan Haechan kaget. Apa makdudnya bersenang-senang? Pikiran liar mulai menghantui mereka
"Kabur aja kali ya?" bisik Renjun
"Ayo" balas Haechan
"Satu .. Dua... Ti-"
"Nah itu dia"
Langkah mereka terhenti ketika seseorang mulai keluar dari rumah besar itu dengan sekantung plastik sampah
"Oh cepat sekali kamu membawa karyawan untukku" sapa wanita itu
"Hai nama kalian siapa?" sapanya pada Haechan dan Renjun
"Kok dia mirip lo Njun?" bisik Haechan
Dan Renjun tertegun
.
.
.
.
.
.
.Yuhu.. Nama Ibu siapa nih kali ini hehe
Vote dan komen yuk !
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...