Vote dulu yuk !
.
.
.Suasana tegang kini terasa di dalam rumah Chenle .
The Dream menatap nyalang pada Chenle yang kini menjadi seorang tersangka
"Serius bukan gue. Pasti ada orang yang sengaja fitnah gue. Please percaya sama gue " Chenle berujar dengan lirih bahkan ia kini sudah bersimpuh dan memohon mohon di bawah kaki Jaemin
"Lo pikir gue percaya begitu saja Chenle? Lihat, kalung ini ada di dalam tas lo. Lalu haruskah gue menuduh orang lain? Jelas-jelas bukti mengarah pada lo Chenle. "
"Le, kalau lo perlu uang bilang. Kita bisa kok bantu lo. Tapi ga harus nyuri kayak gini. Apalagi yang lo curi itu kalung peninggalan neneknya Jaemin " ujar Jeno
Chenle menatap tak percaya pada saudaranya itu. Apakah Chenle serendah itu sampai melakukan ini?
"Gue bukan pencuri sialan! Bahkan selama setahun ini gue hidup susah ga sekalipun gue berniat untuk mencuri. Ini gue difitnah. Please percaya sama gue" Chenle menagan emosi di dalam dirinya. Entah bagaimana ia harus berkata lagi. Saudara-saudaranya terlihat tak percaya.
Masih dengan seragam sekolah mereka diliputi oleh rasa kesal dan kecewa. Sungguh The Dream tak menyangka jika Chenle nekat melakukan hal ini.
Bukan tanpa alasan, minggu depan uang ujian harus sudah di bayar dan Chenle menjadi satu satunya siswa yang belum membayarnya.
The Dream sudah berniat membantu namun Chenle menolak karena ia masih memiliki uang dan akan mencari sedikit lagi untuk tambahan.
Mereka mengiyakannya, namun tanpa disengaja Jeno yang hendak meminjam charger menemukan sebuah kalung yang terlihat tak asing di dalam tas Chenle.
Suasana pun heboh. Akan tetapi Zena menyuruh mereka untuk membahas hal ini di rumah saja.
Dan disinilah akhirnya mereka berkumpul.
Yeri membuka pintu rumah dan mendapati sekumpulan anak remaja dengan hawa yang tidak mengenakan.
"Eh ada tamu rupanya. Chenle kok ga diambilin minum sih?" tanya Yeri dengan ramah
Namun suasana justru hening.
"Nanti kita ambil sendiri aja tante. Tante mau saya bantu?" tawar Zena
"Tidak usah, tante bisa sendiri kok. Mumpung Yena lagi tidur jadi tante bisa leluasa berkegiatan. Kalau gitu tante permisi ke belakang ya"
"Iya tante " Jisung
Setelah kepergian Yeri suasana kembali menjadi panas.
"Jujur kita kecewa Le. Kalau uang yang lo ambil mungkin kita bakal maafin aja ya. Tapi ini masalahnya sesuatu yang berharga banget. Dan lo lihat ini, kalung ini rusak. Lo pasti ngerti kan gimana rasanya saat sesuatu yang lo sayang tiba-tiba dirusak gitu aja?" Zena kini berucap pada Chenle
"Bahkan lo juga ga percaya sama gue? Zen kita ini udah kenal lama, masa lo ga ngerti sama gue sih?"
"Semua orang bisa berubah Chenle. Ga menutup kemungkinan sama lo"
Chenle semakin tak percaya pada situasi ini.
"Maaf Le, untuk kali ini gue ga bisa maafin lo. Gue kecewa sama lo."Jaemin
"Seharusnya lo bisa anggap kita keluarga. Jangan sungkan yang berujung ngebuat lo jadi orang jahat kayak gini. Cukup gue sama bang Mark yang pernah terjerumus, lo jangan" Jeno
"Hidup susah ga bisa menjadi tameng untuk membenarkan perbuatan lo" Renjun
"Bentar deh? Jadi kalian beneran mikir gue yang nyuri? Dan satu lagi alasannya karena uang? Oh shit, asal kalian tau ya, semiskin miskinnya gue, ga akan gue berbuat kayak gini. Gue masih punya akal. Gue masih punya tenaga, selama sukma masih berada dalam raga gue akan berjuang untuk hidup layak. Gue masih punya harga diri ya bangs*t" chenle benar-benar tersulut emosi saat ini
"Karena nila setitik rusak susu sebelangga. Karena satu kesalahan lo ini, hilang sudah rasa percaya gue ke lo" Jaemin
"Ya udah, kalau emang kalian udah ga percaya sama gue. Silahkan pergi dari sini. Ga usah anggap gue saudara kalian lagi. Gue tau, gue sadar kalau gue ini miskin. Ibu gue narapida dan gue ga pantes buat gabung sama kalian. Jadi tunggu apa lagi? Silahkan pergi dan jangan pernah balik lagi. Maaf soal kalung ini, meski gue ga tau siapa pelakunya. "
Mereka semua terdiam cukup lama. Jujur Chenle ingin sekali mereka berujar kalau semua ini hanya main-main. Namun melihat ekspresi mereka yang masih tetap sama, Chenle merasa bahwa semuanya adalah benar adanya.
"Kenapa masih diem? oh iya, kan gue yang numpang disini. Seharusnya kan gue yang pergi ya . "
Chenpe segera berbalik badan dan memasuki kamarnya.
Ia mengambil koper miliknya dan segera memasukan pakaian serta peralatan sekolahnya ke dalam sana.
Tak lupa ia juga mengajak Yeri dan Yena untuk pergi dari tempat ini.
Chenle cukup sadar diri jika dirinya banyak merepotkan orang lain. Tapi ini masalah harga diri. Ia sudah difitnah dan tidak ada gunanya untuk mengemis lagi. Ia harus segera pergi dan mulai semua dari awal tanpa kehadiran saudaranya
"Chenle ini sebenarnya ada apa hah?" Yeri bertanya tak mengerti namun ia menurut saja ketika Chenle mengajaknya pergi
"Kita harus pergi ma. Ini bukan rumah kita. Lebih baik kita tidur di emperan jalan dari pada harus berhutang budi pada mereka. "
"Kamu bertengkar dengan saudaramu? Jangan cepat mengambil keputusan nak"
"Ini perkara harga diri ma. Mereka mefitnahku dan aku membenci hal itu. Mama kembalilah ke rumah mama dulu. Aku akan mencari tempat tinggal baru."
"Tapi nak"
"Ma, tolong .. Kali ini saja kabulkan permintaanku. "
Chenle dan Yeri keluar dari kamar mereka yang langsung memdapat tatapan terkejut dari The Dream
"Makasih untuk kebaikan kalian selama ini. Maaf kalau gue banyak ngerepotin dan satu lagi, terserah kalian mau percaya atau engga, yang jelas gue ga pernah punya niat sebusuk itu. Gue pergi"
Chenle menarik kopernya keluar dari rumah yang disusul oleh Yeri dibelakangnya
The Dream dan Zena hanya bisa menandang dengan perasaan yang tak bisa diungkapkan. Ada rasa iba dan kecewa yang dirasakan bersamaan.
.
.
.
.
.
.
.Emm udah puncak konflik hehe..
Kayaknya aku akan sering double up deh
Vote dan komen yuk :v
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...