Vote dulu yuk..
.
.
.
.Chenle membuka mata secara perlahan. Ia mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Tepat ketika matanya terbuka sempurna, pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah-wajah yang tak asing baginya.
"SELAMAT ULANG TAHUNNN...."
Teeettt tetttt
Chenle kaget bukan main, karena ternyata benar bila disekelilingnya dipenuhi oleh orang-orang yang ia rindukan.
Confeti dan juga suara terompet kecil turut menambah riuh suasana yang sebenarnya sudah heboh akibat teriakan mereka.
Chenle mencoba untuk bangkit dan mengambil posisi duduk yang dibantu oleh Jaemin.
"Ini gue dimana?"
Jujur Chenle masih bingung ia ada dimana dan ia juga masih trauma akan kejadian beberapa hari lalu. Ia jadi lebih waspada saat ini.
"Ini rumah gue" ucap jwaemin yang berada paling dekat dengan Chenle
"Ayok tiup lilin dulu, nanti keburu meleleh lilinnya " titah Zena.
"Bentar, ini gue ga akan di bunuh kan?" tanyanya penuh curiga
"Ya tergantung sih " Renjun
"Heh kok jawabnya gitu? Kalian niat mau bunuh gue?"
"Udah itu tiup dulu lilinnya sebelum abis. Nanti ga bisa dimakan kuenya " omel Zena
Chenle hanya menurut, karena ia merasa tak ada pilihan lain lagi. Ia kemudian mencakupkan kedua tangannya dan mulai membuat harapan.
"Hari ini hari ulang tahunku. Kuharap doaku terkabulkan saat ini. Semoga saja, semua kembali baik-baik saja dan kami bisa berkumpul bersama "
Fyuhhh
Mereka semua bertepuk tangan heboh dan turut berbahagia saat ini.
"Terus sekarang apa?" tanya Chenle
"Menjelaskan semuanya "
🔅🔅🔅
"JADI INI SEMUA CUMA PRANK?"
Teriakan suara Chenle menggelegar di dalam kediaman Jaemin.
Ia masih tak menyangka jika semua yang ia lalui ini hanyalah prank semata. Oh ayolah, ia sudah menangis di setiap malam, ia juga lelah pikiran dan perasaan. Namun semua hanyalah tipuan?
Ada rasa lega sebenarnya ketika mengetahui bahwa semua ini hanya bagian dari rencana gila zena, akan tetapi tetap saja ia merasa paling di rugikan saat ini.
"Iya ini cuma prank. Gimana ide gue, keren kan?" ucap Zena sembari menaik turunkan alisnya, membuat Chenle ingin melemparnya dengan sendal murah miliknya.
"Keren pala lo bulat? Gue mental breakdance ya jadinya. Btw soal kalung Jaemin?"
"Itu juga bagian dari rencana kita " Jeno
"Gila ya, gue ulang tahun sekarang tapi dikerjainnya dari sebulan lalu. "
"Hehe biar keliatan real gitu. Biar antimainstream " Haechan
"Ya iya sih. Gue makasih banget nih sebelumnya, tapi tahun depan kalau bisa ga usah deh bikin ginian lagi. Kalian tau ga sih, gue nangis-nangis tiap malam gara-gara kalian fitnah. Terus ya, gue juga hampir frustasi pas Zena babak belur di jalanan. Tau itu tipuan kan gue gelitikin ya. Terus juga, pas adegan penculikan, gila gue mau menghilang aja dari muka bumi saking terkejutnya. Bisa-bisanya ya kalian acting sebagus itu. Untung gue ga depresi beneran ya" omel Chenle
"Ya sorry, kita juga terkejut sama jawaban lo waktu itu. Sebenarnya kita juga ga enak mau lanjutin prank ini. Tapi udah kepalang tanggung hehe " Jeno
"Iya, kita juga udah diomelin mama tadian. " Jaemin
Chenle hanya bisa mengusap dada nya. Saudaranya ini kelewat kreatif sampai semua bisa direncanakan dengan baik seperti ini.
"Maafin mama juga ya Chenle, mama ga maksud untuk bohongin kamu. Tapi beneran deh mama khawatir banget pas kamu ga pulang semalam. Apalagi kamu ditemukan dalam kondisi pingsan, mama jadi tambah khawatir" Yeri kini turut berujar. Ia tak bisa tidur nyenyak semalam semenjak Chenle tak kembali ke rumah.
"Iya ma. Ga apa-apa. Paling Chenle cuma masuk angin. Cuma ya .. Ah susah emang kalau temenan sama detective. " ujar Chenle sembari menatap sinis ke arah Zena.
Zena yang ditatap hanya cengengesan "Hehe sorry"
"Chenle.. "
Suara lembut itu membuat tubuh Chenle menegang seketika.
Ia kemudian menoleh ke belakang dan melihat sang ibu yang selama ini ia rindukan.
"Mamaaaa " Chenle segera berlari untuk memeluk ibunya.
Saking seriusnya ia mendengarkan penuturan sudara-saudaranya , ia sampai tak sadar jika sang ibu dan ayahnya juga turut ada disini ..
"Mama kenapa bisa disini hmm?" tanya Chenle yang masih enggan melepaskan pelukannya
"Lho kamu lupa? "
"Lupa apa?"
"Hari ini kami resmi bebas. Tapi kamu tidak menjemput kami" ujar Johnny dengan wajah yang sengaja disedih-sedihkan
"Lah iya ya, aduh kok aku bisa lupa sih. "
"Padahah belom tua" sahut renjqun yang langsung ditatap tajam oleh Chenle.
"Ayo duduk dulu. Ada yang mau mama bicarakan " ucap Ziu pada Chenle
Mereka semua kini berkumpul bersama di ruang tamu rumah Jaemin. Jisoo tidak ada disini karena wanita itu sedang sibuk mengurus restoran.
"Mama bahagia sekali bisa melihat kebersamaan kalian lagi. Mama juga senang karena kalian akhirnya bisa bertemu dengan ibu kandung kalian lagi. Maafin mama ya, karena tega memisahkan kalian dulu"
"Engga apa apa ma, semua sudah berlalu. Yang terpenting mama sudah tau kalau itu salah dan mau mempertanggungjawabkan semua." Mark
"Kalian memang anak-anak yang luar biasa. Hati kalian sungguh mulia sekali. Mama bersyukur memiliki anak seperti kalian "
Ziu kini menatap Chenle yang duduk di sebelahnya. Dielusnya rambut putranya itu dengan penuh kasih sayang.
"Mama tau ini ga tepat. Tapi, mama harus mengatakannya padamu dan kalian semua"
Ziu kemudian menyerahkan sebuah surat pada Chenle yang langsung diterima dengan rasa penasaran.
Kata demi kata ditelusuri oleh matanya, hingga akhirnya air mata mulai menggenang di mata indahnya.
"Chenle, kenapa?" tanya Zena yang melihat genangan air di mata Chenle
"Mama beneran mau pisah sama papa?"
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Mereka semua terkejut akan pengankuan Ziu saat ini.
"Ini yang terbaik sayang. Jika ibu dari saudaramu tak bersama ayah, maka mama juga akan begitu. Biarlah Yeri yang akan mendampingi Johnny kedepannya. Yena, jauh lebih membutuhkan sosok ayah bukan?"
Ziu menatap Yeri penuh makna. "Berbahagialah Yeri "
.
.
.
.
.Nah lho.. Tinggal dua part lagi ( ending+bincang-bincang )
Vote dulu lah ya hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...