Vote dulu yuk !
.
.
.
."Yakin nih?" Tanya Chenle ketika ia dan saudaranya yang lain tiba di sebuah tempat yang bahkan belum rampung itu.
"Ga ada pilihan lain selain yakin" jawab Jeno
"Ayo pakai seragam kita dan mulai semua ini" titah Mark
"Ayo " jawab yang lainnya
Dan disinilah mereka berada. Di sebuah gedung tinggi yang baru setengah jadi itulah kini mereka akan mencari rejeki.
Cukup sulit memang bagi anak seusia mereka, namun tak ada pilihan lain lagi. Mereka memang tak pernah punya pilihan selain mengikuti alur.
Usia yang belum cukup dewasa sebenarnya menyulitkan mereka untuk mencari kerja, akan tetapi beruntunglah pemilik gedung ini tak perduli soal usia pekerjanya. Yang terpenting bangunan pencakar langit ini jadi dan ia bisa segera mengelola bisnis. Entah kehadirannya harus di syukuri atau disumpahi, ku kembalikan pada hati nurani dirimu.
Ketujuh remaja itu mulai menjalani pekerjaannya. Jaemin, Jeno, dan Mark mendapat bagian untuk memasang tembok . Renjun dan Haechan membuat adonan semen, sedangkan Jisung dan Chenle mengangkut batu bata dari pinggir jalan menuju ke tempat bangunan itu didirikan.
Tentunya mereka tak hanya bertujuh, ada banyak pekerja lainnya yang jauh lebih senior dari mereka yang turut bekerja disini.
"Ayo semangat" ujar Mark menyemangati adik-adiknya itu.
Sejujurnya ia tak tega melihat saudara-saudaranya turut bekerja keras di bawah terik matahari. Namun apa daya, mereka harus melakukan ini untuk menyambung usia.
Kegiatan pun dimulai ketika waktu menunjukan pukul 8 pagi. Dengan penuh semangat anak-anak remaja ini mulai bekerja maksimal untuk mendirikan bangunan milik atasan mereka.
Sedangkan tak jauh dari sana seorang mandor mulai hadir untuk mengawasi kerja mereka.
"Jaemin, kamu bisa naik ke lantai 3 ga? Disana ada bagian tembok yang belum dilapisi semen" titah si mandor yang bernama pak Zhang .
"Bisa pak" jawab Jaemin yang langsung bergegas menuju lantai 3 dengan se ember adonan semen yang dibuat oleh Renjun dan Haechan.
Matahari mulai meninggi. Keringat mulai mengucur deras melalui dahi serta sekujur tubuh mereka. Namun semua itu tak membuat mereka menghentikan kegiatannya. Saat ini, tidak ada lagi kata menyerah .
"Gila panas banget. Ini ga lama lagi gue jadi ikan teri nih" ujar chenle sembari mengelap keringatnya
Jisung melirik ke arah chenle yang terlihat begitu kesulitan. Maklum saja, ini pertama kali bagi pria itu untuk melakukan pekerjaan berat. Jisung kemudian mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna biru muda dari dalam sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...