V
O
T
E
!Sebuah mobil mewah telah terparkir rapi di depan sebuah rumah besar itu.
Dengan segera kini si pemilik mobil keluar dan mulai mendekati pintu rumah tersebut.
Tangan cantik itu kemudian menekan bel beberapa kali hingga tak berselang lama pintu rumah besar itupun dibuka oleh orang di dalam.
"Zena, lo ngapain kesini?"
Itulah kalimat awal yang diucapkan ketika kedua netra mereka bertemu
"Untuk membahas masalah ini lah. Om Johnny sama tante Ziu telah menjadi tersangka kan? Jadi ayo kita rembungkan masalah ini " ujar Zena pada pria dihadapannya
"Ayo masuk" ajak pria tinggi itu
"Terimakasih jaemin" balas Zena
Akhirnya mereka berdua mulai melangkah masuk ke dalam rumah The Dream dan langsung mendapat tatapan tak suka dari para penghuni di dalamnya
"Ngapain kesini?" Tanya Chenle dengan sinis
"Lho, emangnya ga boleh ya?" Tanya Zena yang masih belum memahami mengapa orang orang di ruangan ini tiba-tiba saja menjadi dingin padanya
"Ya aneh aja sih, secara kan lo udah ga dijodohin lagi sama gue. Urusan keluarga kita juga usah kelar selain itu, hubungan lo sama Jaemin juga cuma teman kan?" Chenle
"Ya tapi kan kita kita teman baik dan gue juga manager The Dream. Ga salah dong kalau gue kesini?" balas Zena dengan tatapan tak terima ketika dirinya tiba-tiba diperlakukan seperti orang asing
"Mending kita duduk dulu dan bicarain baik-baik deh " ajak Jaemin menyela percakapan Chenle dan Zena
Akhirnya Zena mengambil tempat duduk di sebelah Jaemin dan kini mereka telah membentuk posisi melingkar di sofa ruang tamu
"Kalian ini sebenarnya kenapa sih? Kok jadi aneh gini dah. Rasanya kita ga ada problem kan sebelumnya?" Tanya Zena membuka obrolan yang terlihat seperti rapat meja bundar
"Lo juga aneh. Ngapain lo repot repot kesini dan berniat bantuin keluarga gue?" tanya Chenle
"Ya karena kita temen lah. Kita ini team kalau kalian lupa" Zena
"Yakin cuma itu?" Jeno nampak juga terlihat curiga pada Zena
"Ya emang apalagi bambang?"
"Bukan karena lo mata-mata kan?" Haechan
"Sumpah deh ini ga lucu ya. Kalian curiga sama gue gitu?"
"Ya elo emang mencurigakan soalnya." Renjun
"Kalian juga nuduh gue sebagai pelaku dibalik semua ini?" Zena lagi-lagi bertanya
"Ya kalau bukan elo siapa lagi? Lo punya buktinya, lo juga punya alasan untuk benci sama bokap kita kan. Jadi ya, selamat karena lo udah berhasil sekarang. " Renjun
"Gila ya, gue ga nyangka kalau kalian bisa berfikiran kayak gini ke gue."
"Kenapa engga?" Haechan
"Kalian pikir gue sejahat itu hah? Gue datang kesini karena mau bilang kalau bukti yang gue simpan di curi sama orang dan gue mau bantu kalian untuk persiapan sidang nanti. Tapi apa? Yang gue temui justru tuduhan tak beralasan dari kalian. Gue kecewa sama kalian" ujar Zena sembari mencoba menahan tangisannya
"Maaf zena, kita belum bisa percaya sepenuhnya sama lo. Dibalik benar atau bohongnya ucapan lo, kita ga akan mempermasalahlannya. Hanya saja, cukup sampai disini aja lo ikut campur di urusan keluarga kami. Kita masih temenan kok, lo kan manager dream. But please, kalau untuk urusan keluarga, biar itu urusan kami aja" jelas Mark menengahi
"Wahh jadi kalian benar-benar segitunya ya menaruh curiga sama gue. Oke, fine kalau itu yang kalian mau"
"Makasih juga untuk semua bantuan lo selama ini dan tolong jangan ganggu keluarga kami lagi. Maaf juga atas nama mama dan papa" Renjun
"Ganggu ya? Jadi selama ini gue ganggu keluarga kalian ternyata. Wahhh gue pikir kita udah kayak saudara, nyatanya cuma gue doang yang nganggep gitu"
"Ya mau gimana lagi, kita juga kecewa sama lo. Kita kecewa karena lo ngingkarin janji " Haechan
"Gue juga kecewa sama kalian. Gue kecewa karena kalian nuduh gue tanpa bukti yang valid"
Mereka semua diam dan terlihat menatap muak pada Zena
"Oke, gue akan pergi dari hidup kalian. Tapi satu hal yang harus kalian ingat, gue ga pernah berkhianat sama kalian. Gue ga laporin bokap nyokap kalian. Dan gue juga ga pernah sedikitpun punya niat jahat sama keluarga kalian meskipun gue tau kisah yang sebenarnya. Kisah memilukan yang menghancurkan keluarga kecil gue. Karena apa? Karena gue sayang sama kalian. Gue udah menganggap kalian saudara gue. Keluarga kedua gue. Tapi inikah balasan kalian?" Air mata yang zena tahan sedari tadi kini pecah ketika kalimat nya berakhir.
Siapa yang tidak akan marah ketika dirimu difitnah? Di cap sebagai orang bersalah padahal tak pernah kau perbuat. Dipandang penuh kebencian untuk hal yang sebenarnya tak pernah kau jalani. Fitnah ini sungguh sangat menyakitkan bagi Zena.
"Huahmm udah Zen dongengnya?" Chenle
Zena tersenyum miris dan kemudian menatap Jaemin
"Bahkan lo juga ga percaya sama gue?" Tanya Zena yang kini menatap obsidian mata Jaemin
Jaemin hanya diam, ia sebenarnya yakin Zena tak bersalah. Tapi disisi lainnya ia juga menaruh curiga pada gadis itu.
"Ah udahlah, kalian kan saudara jadi jawabannya udah pasti kan" Zena menghapus air matanya kasar.
Ia kemudian berdiri dan memandangi mereka satu persatu. Hingga matanya beradu pandang dengan Jisung
Tangan Zena kini bergerak membentuk kata demi kata dengan bahasa isyarat.
' jisung, aku tau kamu percaya sama aku . Aku akan segera kembali dengan sebuah kebenaran. Semangat ya '
Jisung hanya mengangguk dan tersenyum. Ia juga menggerakam tangannya untuk membalas perkataan zena
' aku percaya padamu zena '
Setelah itu Zena segera melangkah pergi meninggalkan rumah yang dulu menjadi tempat favoritnya untuk merasakan hangatnya sebuah keluarga yang utuh.
"Apa yang mereka ucapkan?" Tanya Mark
"Zena hanya menyemangati Jisung. Dan Jisung mengucapkan terimakasih " jelas Jaemin singkat. Sepertinya, Jaemin berada di pihak Jisung.
Percaya sepenuhnya pada Zena
.
.
..
Vote yuk :)Aku triple up dong ... draf udah mau abis jadi mau ngetik dulu. Makasih udah nyempetin baca.
Kondisi aku saat ini 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING FOR YOU ✔
Fanfiction[FINISH] Jangan tanyakan dari keluarga siapa aku berasal. Karena sesungguhnya aku tak mengenal siapapun , termasuk ibu yang telah melahirkanku .. 🔽🔽🔽 Pernahkah kalian membayangkan jika kalian ditelantarkan oleh keluarga sendiri dan harus menjalan...