Pacaran ?

257 40 0
                                    

Vote dulu yuk !
.
.
.


Tahun ajaran baru telah tiba. Tak terasa kini sudah bertahun-tahun mereka lewati bersama.

Mark memilih untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Meski mereka merasa kehilangan namun The Dream tetap mendukung keputusan yang diambil oleh si sulung.

Jisung kini juga sudah melepas seragam putuh biru dan berganti menjadi putih abu-abu . Rasanya menyenangkan karena mereka kini kembali bersama lagi.

"Selamat pagi Zena "

Zena yang sedang duduk di bangku kantin terlonjak kaget ketika suara berat itu menembus gendang telinganya.

Sejujurnya ia belum terbiasa dengan suara berat Jisung.

"Selamat pagi Jisung " balas Zena

Ah ngomong-ngomong soal Jisung, pria ini mendapat sebuah hadiah berupa kalung berteknologi tinggi dari ibunya. Dimana kalung itu bisa merubah gerakan bibirnya menjadi ucapan suara . Getaran kecil suara Jisung membuat alat ini dapat membaca setiap kata yang hendak ia lontarkan

Namun bukan itu poin pentingnya, suara Jisung ini terdengar begitu berat dan rasanya tidak sebanding dengan wajah lucunya. Karena itu , Zena masih saja sering terkejut akan suara pria menggemaskan itu.

"Tumben yang lain belum kesini?" tanya Jisung

Ah dilihat dari dekat begini, Jisung berubah menjadi lebih tampan berkali-kali lipat. Bahkan suara deep nya itu juga bisa menjadi candu.

Jadi tak heran jika banyak siswi seangkatan maupun kakak kelas yang tertarik pada Jisung

"Kayaknya sih bentar lagi dateng mereka. Nah tuh Haechan datang"

Dari arah kejauhan terlihat Haechan yang setengah berlari menghampiri Jisung dan Zena .

Tak berselang lama Jeno dan Jaemin juga turut hadir. Tapi ga pakek lari-larian kayak si Haechan

"Guys.. Berita penting huh hah huh hah" 

"Tarik nafas dulu, tenangin diri baru ngomong Chan"

Haechan menurut pada ucapan Zena. Ia kemudian menarik nafas dan menghembuskannya hingga deru nafasnya kembali teratur.

"Jadi ada apa sih?" Jeno kini membuka suara ketika mereka semua telah duduk melingkar di bangku kantin yang tersedia.

"Tadi gue liat Renjun turun dari mobil bareng cewek" ucap Haechan menggebu

"Cewek? Ibunya kali si tante Wendy "

"Eh dia emak gue juga ya. Masa gue ga bisa bedain"

"Ya terus kenapa lo bisa ga tau itu cewek siapa? Kan kalian serumah, ga berangkat bareng emangnya?"

"Gini nih ya, gue sama Renjun tuh biasanya berangkat bareng naik mobil . Tapi tadi pagi, dia malah nyuruh gue jalan duluan. Katanya dia udah janjian sama temen. Gue ya jelas aja kepo lah, gue tanyain tuh temennya siapa tapi tetep aja ga dikasih tau"

"Biasanya juga lo maksa kan . Kenapa ga dipaksa aja ?" Jaemin

"Oh ya tentu aja gue maksa. Tapi tuh anak auranya gelap banget. Ngeri gue pokoknya ."

"Jadi inti obrolan ini apa?" Jisung bertanya. Sudah lelah dedek tuh cuma dengerin tapi ga faham.

"Intinya cewe itu siapa gitu lho?"

"Cewek gue "

Mereka auto noleh dan liat Renjun pakek muka datar sok cool. Tapi pusat utamanya ya cewek disebelahnya

"Hai kakak-kakak semua. Kenalin aku Karina, aku--"

"Eh buset, ini Karina yang sering ditemuin renjun di rooftop? " Jeno

"Gila Renjun diem-diem ya " Jaemin

"Eh dengerin dulu napa itu orang mau ngomong " potong Zena

"Hehe, aku boleh ikut gabung sama kalian?" tanya Karina dengan lembut. Beda sekali sifatnya ketika pertama kali bertemu Renjun

"Ngapain minta ijin? Mereka ga penting kok . Langsung duduk aja sayang "

"SAYANG?" teriak mereka serentak dengan wajah terkehut

"Iya, dia kan cewek gue. Kenapa , ga suka?"

"Idih Renjun songong bener mentang-mentang udah jadian. " Haechan

"Canda elah. Jadi ini Karina pacar gue. Kita jadian kemarin sih"

"Salam kenal " Karina

"Oh iya Karina, dia namanya Jaemin si tolol bin ga peka, kalau yang ini Jeno otot gede mental yupi dan ini Jisung adek imut kesayangan gue. Dan Haechan yah tau sendiri lah saudara kembar gue dan terakhir ini Zena, calok pacar Jaemin . Itupun kalau ditembak sih "

Mereka semua terkecuali Jisung menatap tajam pada Renjun . Perkenalan macam apa itu , ini first impression lho, harusnya kan jaga image dikit gitu. Tapi balik lagi, ini si Renjun. Suka suka dia pokoknya .

"Serah dah njun. Capek gue " ujar Zena

"Capek di gantungin ya? Eakkk berapa tahun jadi jemuran neng" goda Haechan yang membuat Zena murka

"Lo juga, gagal move on kan lo dari Yeji. Ah kasian di ghosting , paling Yeji udah dapat yang lebih dari lo"

"Nah mampus lo Chan" Jeno

Dan adegan saling membuka kartu pun terus berlanjut yang menimbulkan keriuhan di pagi hari ini.

Chenle baru tiba di area kantin . Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan saudara-saudaranya.

Akan tetapi langkahnya tiba-tiba terhenti ketika ia melihat keseruan yang tercipta.

Entah kenapa Chenle merasa tak enak hati untuk turut bergabung. Ia merasa ada tembok pembatas antara dirinya dan saudaranya itu.

"Chenle, kenapa disini? Ga join sama circle lo itu?" tanya seorang siswi yang sepertinya hendak ke kantin juga

"Ini mau kesana kok. Tapi masih mikir , mau langsung kesana atau mesen makanan dulu" ujar Chenle tak lupa dengan senyuman.

Gadis itu kembali berujar "Oh gitu. Tapi nih ya le, kalau gue jadi lo sih gue ga bakalan gabung lagi sama mereka. Secara ya, kita udah semacam beda kasta? Mereka itu anak orang berada, sedangkan lo cuma anak narapidana. Mereka hidup mewah dan lo hidup melarat. Kalau gue sih malu banget . Mending nyari yang selevel aja kalau gue"

Chenle nampak merenung. Ada benarnya juga ucapan gadis ini. Ia terhalang kasta yang begitu nyata.

Ia hanya anak remaja tanpa orang tua. Hidup sebatang kara dan bergantung pada ibu tiri yang tak ada hubungan darah dengannya.

Lalu , haruskah ia menjauh secara perlahan dan membatasi diri dengan kasta yang sudah jelas terlihat oleh mata ini.

Chenle menatap gadis cantik yang merupakan teman sewaktu smpnya dulu itu.

"Lo bener. Gue itu ga selevel sama mereka . "

"Ya emang be-"

"Tapi gue ga akan menjauh. Lo pikir dalam suatu hubungan keluarga memandang kasta? Ga sama sekali . Hidup bagai roda berputar. Kadang lo ada di atas kadang lo ada di bawah. Tapi satu yang ga akan pernah berubah . Rasa kekeluargaan. Di atas ataupun di bawah, ikatan itu ga akan pernah pudar. Itu juga terjadi, kalau mereka sama sama memiliki rasa terikat. Bukan semata memandang posisi yang dipijak. Gue permisi "

Chenle segera menghampiri saudara-saudaranya itu dan meninggalkan si gadis yang kini terdiam mencerna ucapannya 

"Hmm cowok yang menarik "

.
.
.
.
.
.
.

Seperti biasa vote ya, terimakasih :)

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang