Selamat?

458 55 3
                                    

Vote nya ? :v

.
.
.


Mobil mewah jenis Tesla itu menabrak sebuah pohon besar yang tumbuh di pinggir jalan.

Asap mengepul dari bagian depan mobil dan si pemilik mobil tak ada tanda-tanda akan meninggalkan mobil itu.

Tak jauh dari sana, seseorang menatap mobil yang ringsek itu dari dalam mobilnya. Ia tak berniat membantu sama sekali. Justru senyum lah yang ia tunjukan.

Dia adalah Daniel.

Daniel sengaja menyabotase mobil Johnny dengan memutus kabel rem nya. Kalian ingat bukan tentang Johnny yang meliburkan seluruh karyawannya? Karena hal itu, mudah bagi Daniel untuk menyusup masuk.

"Ini bukan apa-apa Johnny. Ini baru permulaan saja"

Tak lama Daniel kemudian meninggalkan lokasi dan memilih untuk pulang ke rumah. Ia tak perduli Johnny akan selamat atau tidak. Kalau hidup pun ya takdir kalau mati ya syukur. Pikir Daniel dalam hati

Namun, tak lama kemudian segerombolan orang lewat dan melihat sebuah mobil ringsek itu di pinggir jalan yang sepi

"Eh ada yang kecelakaan tuh. Ayo kita bantu! "

"Lah iya ayo  "

Segerombolan orang itu pun segera membantu si pemilik mobil untuk keluar dan menggotongnya untuk menjauh.

"Bawa kemana?"

"bawa ke rumah aja"


💕💕💕



Matahari perlahan bergerak naik. Memberikan cahaya untuk menerangi dunia.

Johnny membuka mata dan merasa kepalanya berdenyut dengan hebat.

Dengan hati-hati ia mencoba untuk duduk sembari memegangi kepalanya yang diperban seadanya.

"Lah, kok gue bisa ada disini?" Kata Johnny setelah ia membuka mata dan melihat sekelilingnya .

Krieett

Pintu terbuka dan menampilkan seseorang disana. Jhonny mengernyit heran. Rasanya ia tak pernah bertemu orang itu

"Ah paman sudah bangun? Ayo sarapan dulu paman " ujar anak laki-laki itu

"Aku kenapa ada disini?" Tanya Johnny

"mqobil yang paman kendarai kecelakaan. Kami kemarin menemukan paman tak sadarkan diri dan kemudian kami membawa paman ke rumah. Ah maaf, rumah kami hanya seadanya." ujar anak itu sambil meletakan bubur ayam di meja samping ranjang yang Johnny tempati

"Terimakasih sudah membantuku " ujar Johnny yang dibalas anggukan

"Silahkan dimakan paman. Semoga lekas sembuh"

Hati Johnny menghangat. Baru kali ini ia merasa diperhatikan begini.

"Hmm siapa namamu?"

"Namaku Jaemin. Kalau paman?"

"Johnny "

"Kalau begitu saya permisi dulu. Paman bisa beristirahat disini sampai kondisi paman mulai membaik"

Johnny mengangguk dan Jaemin melangkah keluar kamar

Di ruang tamu, ke lima anak itu menunggu kehadiran Jaemin  . Mereka ingin masuk ke ruangan itu bersama. Tapi sudah tentu ruangan yang pada dasarnya sudah sempit itu akan terasa makin sempit

"Gimana?" Tanya Haechan

"Dia udah sadar kok. Namanya Johnny. Syukur deh dia ga amnesia kayak di film-film "

"Iya untung deh . Kalau gitu sekarang kita sarapan ya. Nanti kita harus ke ruko paman Taeil kan buat bantu-bantu " ujar Mark

"Semua udah siap. Ayo ke ruang makan" ajak Renjun

Ya, kini mereka tinggal bersama di rumah Donghae. Ruko milik Renjun dan Haechan mereka sewakan agar uangnya dapat mereka gunakan bersama.

💕💕💕

Chenle telah kembali dari rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa kondisi chenle sudah membaik meski masih tetap perlu perawatan jalan.

Laki-laki itu menatap langit-langit ruang tamunya sembari bersandar di sofa. Ia merasa sangat kesepian semenjak The Dream memilih pergi dari rumahnya.

"Jadi mereka saudara gue ya?" Lirih Chenle sembari mengingat pertemuan awal mereka

"Gue jadi ngerasa bersalah. Mereka pasti hidup susah selama ini."

Chenle memejamkan matanya. Ia terlalu lelah untuk memikirkan banyak hal yang begitu mengejutkan ini.

Ia tak menyangka ayahnya sebejat itu dan ia juga tak menyangka bila ibunya turut andil dalam kejahatan itu.

"Chenle.. " bisik seseorang di telingga Chenle.

Suara lembut itu menelusuk masuk melalui gendang telinganya. Membuat chenle membuka mata dengan refleks

"Zena?" Tanya Chenle

"Iya ini gue. Gimana kondisi lo?"

"gini-gini aja. Ngapain lo kesini? Bukannya kita udah ga ada urusan ya?" Sarkas Chenle

"Gitu amat lo sama gue. Kita ini temen lama lho" Zena

"Iya-iya. Bercanda doang gue. Tapi masih sakit lho Zen pas liat lo ciu-"

"Bahas itu lagi gue tonjok muka lo" ancam Zena

"Hahahaha muka lo lucu banget sumpah "

"Ga usah bercanda deh le. Nyebelin banget sih " ambek Zena

"Dih ambekan. Jadi lo kesini ada perlu apa? Ga mungkin cuma nengokin gue kan?"

"Nah iya hampir gue lupa. Lo udah tau kan soal The Dream ?"

"Iya "

"Gue mau kita ketemu sama mereka. Gue pengen The Dream balik lagi dan selain itu, gue mau kalian bersama lagi bukan sebagai teman atau rekan kerja. Tapi saudara "

Chenle nampak berfikir. Ia memang berencana melakukan itu. Tapi ia terlanjur malu akan perbuatan ibunya. Ia yakin mereka tak akan sudi melihat Chenle lagi

"Lo juga ikut ya kalau udah sembuh".

"Maaf gue ga bisa Zen"

"kok?"

"Gue takut kalau mereka benci sama gue"

"Alah cupu banget sih lo. Pokoknya gue ga mau tau. Lo harus ikut titik "

Setelah itu Zena melangkah pergi. Bukan untuk pulang tapi ke dapur ngambil minum. Tamu yang mandiri emang

"Dasar Zena. Ga berubah ya lo dari dulu. Lo selalu bisa buat gue makin nyaman tapi - ah " Chenle menggelengkan kepalanya ketika sebuah imajinasi muncul di kepalanya itu.

"Semoga lo bahagia Zena " ujar Chenle yang sudah tentu tak dapat didengar oleh Zena

.
.
.
.
.

Emm vote yuk !

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang